Thursday, December 31, 2015

Renungan Singkat di Akhir Tahun

Ya.. Ya.. Saya memang hampir bisa dibilang blogger murtad gara-gara kelamaan nggak nulis di blog. Tapi di penghujung tahun ini, saya jadi kepikiran sesuatu. 

Masalah hidup dan pekerjaan.
Ya, ketika dulu menjadi mahasiswa, saya nggak berpikir saya akan bekerja di bidang yang saya tekuni sekarang. Saya bahkan sama sekali tidak menyangka saya bakal terjun ke dunia PIO. Tapi nyatanya, jalan yang saya hadapi saat ini berkata demikian. Jauh berbeda dengan idealisme saya semasa kuliah dulu dimana saya "sukanya" adalah mata kuliah yang berbau klinis dan sosial. Sisanya? Nggak mbakat rasanya waktu itu. Terbukti juga dari nilai makul Pendidikan dan PIO yang cenderung di bawah yang lain. *sighs
Tapi toh sekarang apabila saya diminta masuk ke ranah klinis, saya malah bakalan kelimpungan. Bukan apa-apa, beberapa tahun mencoba mengenal diri sendiri dengan lebih dalam, saya tahu saya bukan orang yang sabaran. Dan saya bukan orang yang pas buat mencurahkan perhatian seperti di klinis. Mungkin kalo saya masuk Psikologi Klinis, saya bisa stress (walaupun belum bisa dibuktikan juga sih, soalnya kan belum pernah menjalani).

Empat tahun menjadi asesor adalah perjalanan yang seperti roller coaster buat saya. Saya masih ingat waktu pertama kali masuk kerja, saya bener-bener nggak bisa ngapa-ngapain. Bahkan presentasi aja deg-degannya minta ampun di depan bos-bos saya. Saya masih cupu-cupunya. Masih kurang PD, nggak ngerti apa-apa, dan apa yang saya punya di kepala hanya teori yang bahkan kalau diminta mengaplikasikan pun saya bakalan kelabakan. Gimana enggak? Praktikum yang saya lakukan itu jauh sangat berbeda dengan tuntutan di kantor. Dari titik awal itu saya digembleng, diajari langkah-langkahnya menjadi asesor dari nol, dari mulai prinsip melakukan observasi, interview, skoring, praktek interview (yang astaghfirullah panjang sekali tahapannya supaya bisa menjadi interviewer yang maknyus di competency based), dan akhirnya diarahkan pelan-pelan menjadi PIC proyek yang langsung berhubungan dengan klien dan bertanggung jawab sama prosesnya dari awal sampai akhir. 
Ada momen-momen "saya rasanya gila" di situ. Ada momen-momen burn-out karena saking numpuknya pekerjaan dan sedikitnya orang, rasanya ini kepala dan badan mau rontok dan tidak sanggup bertahan. Setiap hari ada proses pembelajaran dan pencarian pengalaman. Setiap komunikasi yang saya lakukan dengan klien adalah langkah saya untuk belajar dan mencermati apa yang harus saya lakukan di situasi-situasi tertentu. Ya, pengalaman itu nggak bisa bohong. Pengalaman adalah titik dimana kita bisa tahu kalau klien nanya ini jawabannya apa, atau kalau mereka bargain seperti ini kira-kira apa yang harus kita tawarkan, dll. Dan saya juga bisa merasakan bedanya; dulu yang awalnya saya culun banget sampai-sampai semua langkah harus dikonfirmasikan dan dikoreksi si bos dulu, sampai sekarang yang kewenangan hampir selalu diberikan ke saya untuk proyek-proyek sendiri, asal laporan. 

Ada nggak sih kebosanan? 
Jelas ada. Apalagi di perusahaan consulting seperti tempat saya bekerja, career path saya tidak mungkin akan berjalan lebih jauh seperti di perusahaan kantoran lain yang strukturnya lebih luas dan jelas (meskipun secara jobdesc kerjaan saya bisa jadi bertambah dan berkembang dari waktu ke waktu). Ini yang masih saya coba cari, ke mana saya mau jalan? Nggak mungkin saya jalan di tempat. Nggak mungkin ada yang mau seperti itu. Tapi bukan berarti saya langsung akan lari tanpa arah dan tujuan kan?
Saya bukan orang yang suka pindah-pindah pekerjaan sebenarnya. Meskipun saya orangnya bosenan, tapi saya juga ada tendensi untuk berada dalam comfort zone di waktu-waktu tertentu. Dan ini juga karakter dalam diri saya yang ingin saya rubah. Saya mau lebih berani mengambil resiko. Saya nggak mau jadi so-so dan cenderung melakukan hal yang sama berulang-ulang. Untuk orang yang bisa berempati dengan character differences masing-masing orang, saya harus akui saya mendapatkan challenge tersendiri untuk hal yang satu ini. Dan yang pasti, saya masih punya keinginan untuk belajar terus. Karena otak saya masih setengah kopong dan belum ada apa-apanya.

Di penghujung tahun ini, keinginan saya nggak muluk-muluk. Saya nggak niat bikin resolusi sih, saya cuma ingin kualitas hidup saya meningkat di tahun depan. Bisa dari mimpi saya yang pada akhirnya kesampaian, atau aktualisasi diri yang bisa terpenuhi dalam hal karir dan kehidupan pribadi saya. Intinya, saya ingin menjadi orang yang bahagia. Nggak usah jadi orang paling kaya atau paling sukses lah.. Tapi ketika saya melihat orang lain (contohnya teman) yang hidupnya keliatan keren dan merasa tidak ingin bertukar tempat dengan mereka, saat itulah saya bisa menyatakan bahwa saya bahagia. Sulit kah? Semoga tidak. Dan semoga impian saya pelan-pelan akan tercapai tahun depan dan dimudahkan jalannya. Bismillah.. 

Happy New Year, everyone! And 2016, here I come~ :)


2 comments:

  1. Replies
    1. Euntiiiin... I lost your contact! Termasuk Pin BB. hiks
      Ada LINE ato Whatsapp kah? Message, plis.. *mringis*

      Delete