Tuesday, December 30, 2014

Free Stuff!

Everyone (at least everyone who knows me) knows I love books. Dan akhir-akhir ini saya merasa kalap beli buku. Semacam, I used to see myself as a book reader, but now I feel more like a book hoarder. Yah, mungkin karena udah bisa menghasilkan duit sendiri, yang namanya hobi jadi gampang banget tersalurkan. Ada diskon buku dikit langsung mborong. Bahkan saking parahnya, saya pernah niat ngecek website salah satu online bookstore favorit saya dan niatnya cuma liat buku apa aja yang baru. Tapi beberapa menit kemudian, saya sudah menghabiskan beberapa ratus ribu untuk belanja. I mean, come on.. =__= *timpuk diri sendiri*

Nah, ngomong-ngomong soal online bookstore favorit, beberapa waktu yang lalu saya dapat e-mail kalo periplus (I've decided not to hide the name) lagi ada program bagi buku-buku gratis. Sebagai orang yang ngakunya bookworm sejati (dan tentunya suka sama gratisan), saya merasa saya harus wajib ikutan program ini kalau memungkinkan. Setelah dicek, ternyata mereka emang bagi-bagi buku gratis di tanggal tertentu dan waktu tertentu. Meskipun kita tetap bayar ongkirnya, buat saya hal ini nggak masalah sama sekali. Karena harga satu buku di situ aja kadang bisa bikin saya nangis sambil elus-elus dompet. Akhirnya, dengan tekad baja, saya niatkan untuk hunting buku gratisnya. Programnya namanya Books Haul. Jelasin dikit deh ya.. Jadi, setiap jam 11-12 siang di tanggal tertentu, ada dua buku yang dibagikan dengan stok terbatas. Kita bisa pilih satu di antara dua buku itu. Nah, supaya bisa dapet gratis, kita mesti masukin kode voucher yang ada di tiap judul buku (yang muncul tepat jam 11). Habis itu, cepet-cepetan selesein proses belanjanya seperti biasa. Saya nggak tau jumlah yang dibagi per buku berapa biji. Tapi waktu pertama kali saya nyoba, saya bisa dapet! *Thank God for wifi*
Buku pertama yang saya dapat adalah Bird Box karya Josh Malerman. Saya belum tahu sih bukunya kayak apa, tapi diantara buku ini dan The Drop (yang katanya udah di film-in), entah kenapa saya lebih tertarik baca yang ini, makanya saya pilih buku ini dari awal. 

Pas saya lihat-lihat daftar buku yang dibagikan di hari-hari sebelumnya, saya sempat kaget karena besoknya, ternyata ada Pivot Point yang dibagikan. Bagi yang tahu, Pivot Point adalah salah satu novel favorit saya, dan pernah saya review di sini. Berhubung saya waktu itu baca soft-file-nya, pastinya saya pengen dong dapet versi buku beneran-nya.. Akhirnya saya niatkan harus ikut lagi besok. Dan mau nggak mau harus dapet. Sumpah saya nggak bisa tidur malemnya gara-gara kepikiran dan pengen banget. Dan esoknya, Alhamdulillah saya bisa dapet lagi.. X3


Basically, setelah kejadian ini, saya nyoba ikut Books Haul di setiap kesempatan. Tapi di hari ketiga, pas saya udah mau proses bukunya di web, ada notif yang mengatakan bahwa saya nggak bisa dapet bukunya. Berhubung waktu itu koneksi wifi kantor memang lagi ajeb-ajeb, saya asumsikan bahwa saya memang belum rejeki dapet bukunya Moira Young yang Blood Red Road (padahal pengen juga). Beberapa hari setelah itu saya belum ikutan lagi karena posisi lagi di Jogja dan ada acara yang tidak bisa diganggu gugat. Nah, hari ini, hari terakhir Books Haul, saya nyoba lagi. Sebelumnya saya memastikan dulu koneksi wifi udah yahud, supaya prosesnya lancar dan bikin senewen kayak sebelumnya. Eh, tapi.. pas udah saya masukin ke cart, nggak bisa aja gitu diproses, sama kayak sebelumnya. Katanya sih tiap customer cuma bisa dapat satu buku gratis. Saya agak bingung sebenernya. Dan setelah diusut, saya baru sadar kalo aturannya sudah diperbaharui. Jeng jeng jeng!!!
Sebelumnya, aturannya tidak membatasi bahwa satu customer hanya bisa dapat satu buku. Tapi aturan yang baru bilang, kalo intinya, yang udah dapet buku gratis nggak bisa dapet lagi. Mehh.. kecewa lah saya.. -___-" Saya bahkan baru nyadar kalo di bawah sendiri ada tulisan stok bukunya cuma satu dan di daftar masing-masing buku ada tulisan nama pemenangnya. Nama saya ada dua. Tapi di salah satu daftar, mereka menghilangkan nama depan saya sehingga nama saya terlihat beda (hoho~ kenapa coba? :p).


Well, mungkin mereka berpikir bahwa mereka harus adil, makanya orang-orang yang dapet buku lebih dari satu langsung di-blacklist. lol

But however, saya udah bersyukur bisa dapet beginian. As I said many times before, saya tidak merasa saya adalah orang yang beruntung. Hal-hal seperti ini (undian, cepet-cepetan, atau pokoknya yang ada unsur keberuntungan) selalu menjadi momok buat saya karena saya nggak pernah menang. Itu juga salah satu alasan kenapa saya paling males ikutan kuis berhadiah atau hal-hal semacam itu. Tapi entah kenapa kalo urusannya di seputar buku, saya merasa jauh lebih beruntung dibandingkan hal-hal terkait urusan selain itu. 
Yah, mungkin udah rejekinya juga kali ya.. Anyway, harus meluangkan waktu buat baca Bird Box-nya. Pas saya buka bukunya, saya langsung jatuh cinta sama tampilannya. Kertas cover-nya nggak biasa; tipe-tipe yang bertekstur gitu.. So pretty~ Dan nggak nyangka juga ada hadiah pembatas buku dari tokonya. Pokoknya online bookstore ini emang favorit saya. Selain suka ngasih diskon (yang lumayan signifikan dan di saat tidak terduga), mereka juga suka banget bikin program-program yang menarik dan bikin customer jadi setia sama service-nya. And I'm telling you, saya ini customer bawel (meskipun nggak bawel-bawel banget dan biasanya bawelnya beralasan). Jadi kalo saya udah muji-muji servis, tandanya memang worth it
Oke, kok malah jadi promosi.. -_-"

Wednesday, November 26, 2014

Thailand! (part 2)


Nah, lanjut deh ceritanya ke hari ke-3.. :D


DAY 3

Seperti biasa, kami harus udah check-out jam 9 biar langsung bisa berangkat. Sarapan di hotel di Pattaya hari ini agak beda karena kami nggak nemu nasi. Jadinya ya cuma sedapatnya. Tapi saya kenyang juga sih.. Yang agak bikin bete adalah temen-temen saya yang menganggap bahwa makan tanpa nasi itu semacam kiamat, nggak bakalan survive. Agak annoyed sih dengerin mereka ngomel mulu. Tapi ya saya diemin aja.
Kelar sarapan (which took too long because some people just kept filling in their plates though they won’t eat anything), kami langsung menuju mobil. Pas di dalam mobil, si bos pamer foto-foto di pantai yang mengindikasikan bahwa ternyata sebelum berangkat mereka mampir ke pantai sebentar. Mana foto-fotonya bagus banget lagi. Saya langsung nuduh si bos curang, dan malah diketawain.. -__-

Sepanjang perjalanan mengarungi Pattaya, si guide ini banyak banget cerita tentang daerah ini. Menurutnya, daerah ini merupakan daerah yang banyak ditinggali sama turis Rusia. Katanya, karena di negara mereka sendiri bulan-bulan begini udah musim dingin (yang teramat parah kalo di Russia), akhirnya mereka “migrasi” ke Pattaya. Dan memang sebagian besar turis didominasi oleh orang Russia. Nilai plus daerah ini buat para turis itu adalah karena biaya hidup di Pattaya murah. Dan mereka banyak nyari cewek lokal untuk dijadikan pasangan kawin kontrak. Yah, semacam itulah.. Memang agak horor sih ceritanya. Dan kesannya jadi negatif banget. Tapi kalau lihat suasana kotanya memang banyak sekali bar. Apalagi kalo siang hari, kotanya sepi banget; toko-toko juga pada tutup. Pattaya itu kota malam. Jadi pas udah malem, baru deh semua orang keluar buat have fun dan party-party..

Jadwal pagi itu kami diajak ke Gems Jewelry Factory. Katanya, GJF ini adalah tempat wisata yang sama pemerintah diwajibkan untuk dikunjungi bagi semua turis. Katakanlah, kalau ada travel agent atau tour semacamnya yang bawa turis, mereka harus memasukkan GJF ini ke agenda. Jadi bisa dibilang memang pemerintah Thailand ikut andil dalam men-support pariwisata di sana.
Nah, sekilas tentang GJF, tempat ini adalah tempat pembuatan perhiasan. Waktu sampai di sana, kami sempet bingung karena kami disuruh antri menuju semacam lorong, dan ternyata di lorong itu ada keretanya. Kata si guide, nanti kami akan diminta masuk ke semacam wahana kayak di Dufan. Dan bener aja, pas masuk keretanya, kami dibawa ke lorong-lorong gelap dan ternyata di situ ada banyak dorama-dorama yang menjelaskan asal muasal dan bagaimana pembuatan batu-batu untuk perhiasan. Bagusnya, di keretanya, ada terjemahan untuk masing-masing turis dari berbagai negara. Jadi kami bisa ndengerin penjelasannya lewat bahasa Indonesia. Di dalam lorong, terus terang agak spooky. Patung-patung dorama yang bergerak-gerak juga kesannya nyeremin. Tapi cukup fun juga sih, dan perjalanan juga tidak terlalu panjang. Yang jelas yang bikin cukup menarik adalah patungnya bisa bergerak karena dikasih tali-tali penggerak supaya bisa memeragakan proses yang dilakukan dalam penceritaannya.

Contoh bebatuan yang selanjutnya akan diproses

Contoh dorama yang ada di sana
(Orang ini ceritanya lagi menyaring bebatuan yang jatuh dari atas setelah disiram air)

Setelah keluar dari kereta, kami diantar ke area pembuatan perhiasannya. Di situ, kita bisa lihat proses yang dilakukan oleh para pekerja di pabrik ini. Ada yang mengasah batu, memotong batunya, sampai masang ke perhiasannya. Selanjutnya, kami juga diantar untuk melihat-lihat produk jadi dan yang dijual di sana.
Masuk ke areanya, perhiasan yang ditunjukkan ke kami adalah perhiasan yang mahal-mahal dengan kisaran harga 50 juta ke atas. Hadehh.. Akhirnya kami cuma mupeng liat cincin-cincin yang biasa dijadikan properti lamaran di film-film itu dengan berbagai warna batu di atasnya. Saya naksir banget sama cincin dengan batu berwarna hitam, tapi saya nggak nanya itu batu apaan. Di area ini, range harga menjadi acuan utama penempatan produk, jadi kita bisa tahu mana area mahal mana area yang lebih murah. Oh, dan di sini juga nggak boleh ngambil foto sama sekali. Padahal saya pengen banget foto-foto perhiasannya. Huhu..

Banyak banget perhiasan yang bisa ditelusuri di sini. Kami juga diantar ke area yang isinya mutiara. Lumayan murah sih sebenarnya. Liontin mutiara asli di sana dijual antara 200-600 Baht. Saya sempat pengen beli satu buat ibu. Tapi tiba-tiba inget ibu saya nggak terlalu suka pakai kalung. Akhirnya saya cari yang gelang. Dapet sih.. tapi harganya lebih mahal karena mutiaranya jauh lebih banyak. Akhirnya diurungkan dan saya cuma beli gantungan kunci berbentuk perangko yang unyu sekali buat oleh-oleh. Rasanya nggak sanggup beli yang mahal-mahal, mengingat oleh-olehnya harus didistribusikan secara adil dan merata *tsaaah*.. <- mupeng parah padahal (T___T)

Oh iya, waktu ngelewatin beberapa informasi yang dipigura, saya sempat baca bahwa orang yang lahir di bulan Juli itu batu alami yang pas untuknya adalah Ruby. Agak kaget juga, soalnya selama ini saya memang lebih tertarik sama rubi diantara batu yang lain. Entah apakah memang ngefek dan benar.. :p
Dan di sana sepertinya memang banyak yang bisa bahasa Indonesia. Bahkan salah satu mas-mas yang njelasin produk-produk perhiasan di sana sepertinya orang Indonesia asli. Bahkan dia sempat “nyetani” kami dan bertukar joke ketika kami galau beli apa enggak. Tapi menyenangkan sih.. dan sekali lagi saya yakin bahwa memang banyak orang Indonesia yang liburan ke Thailand. Jelas banget soalnya akses bahasanya gampang banget.

Kelar dari GJF, kami langsung menuju ke Nong Nooch Village. Nong Nooch Village ini semacam area resort yang luaaaaaas banget. Mungkin ada sekitar 40 hektar-an, dan dimiliki oleh orang bernama Nong Nooch. Katanya, Ibu Nong Nooch ini merupakan orang paling kaya di daerah itu, dan kalo dilihat dari lahannya, emang sih.. Luas aja pake banget-banget! Dan waktu perjalanan menuju ke area utamanya, kami ngelewatin pepohonan berkilo-kilometer jauhnya. Dan di sepanjang jalan, ada pohon-pohon palem yang ditaruh di pot besar di kanan-kiri jalan. Kata si guide itu pohonnya dijual. Semakin gedhe dan semakin berbunga semakin mahal. Tapi bingung juga sih bawanya gimana itu pohonnya, orang jarak main road sama areanya aja jauhnya minta ampun. Tapi saya menemukan bahwa ternyata para bule banyak yang memilih jalan kaki menuju ke sana. Geez.. (O_O)

Sampai di sana, kami langsung ke tempat pertunjukan. Jadi, jadwal kami hari itu adalah nonton pertunjukan budaya yang ada semacam thai boxing-nya juga, dan setelah itu nonton elephant show. Pas cari posisi buat pertunjukan seni-nya, kami dihadapkan pada panggung yang cukup besar, dan di depan panggungnya ini sudah di set kursi-kursi buat duduk. Tapi setengah area duduk dari depan cuma pake busa aja yang ditaruh di bawah, di anak tangga. Jadi kesannya duduknya ngedeprok gitu. Baru di belakangnya ada kursi. Saya duduk di kursi bareng rombongan. Dan sumpah, ramenya… Bahkan banyak banget anak-anak kecil (mungkin anak-anak TK) yang berwisata ke sana hari itu.

Depan kami isinya anak kecil semua

Pertunjukan thai boxing yang dipertontonkan

Pertunjukannya sih cukup menarik saya bilang. Banyak tarian dari Thailand, dan bahkan saya juga lihat ada tarian Melayu juga. Sempat ada intermezzo pertandingan thai boxing juga, tapi lebih ke parodi sih, karena ada beberapa orang yang pura-pura jatuh dan semua orang ketawa. Dan di akhir, ada juga pertunjukan yang pake dua gajah gedhe banget dan pura-puranya dua orang yang menunggangi gajah-gajah itu lagi bertempur trus salah satu kalah.

Setelah pertunjukan seninya selesai, orang-orang langsung pada berbondong-bondong ke belakang untuk lihat Elephant Show. Saya sama salah satu teman saya kebawa arus dan akhirnya meninggalkan rombongan lain. Tapi sampai lokasi sudah penuh ternyata. Akhirnya kami berdua duduk “ndeprok” di depan sendiri dan bener-bener di pinggir jalan. Tapi cukup dapet view bagus sih, terutama kalau gajahnya lagi minggir.

Pertunjukannya mungkin mirip-mirip sama pertunjukan gajah pada umumnya (bahkan bos saya bilang lebih bagus yang di Taman Safari). Intinya, gajahnya pinter lah. Main dart, ngelukis, main hula-hup, dan juga ada gajah yang main sepeda. Tapi saya jatuh cinta sama salah satu anak gajah yang hiperaktif banget. Ini anak gajah mungkin salah makan, soalnya dia sangat bersemangat dan ngelempar hulahup-nya pun lebay banget. Dia juga banyak disorakin sama pengunjung saking enerjiknya. Udah gitu kan penonton boleh ngasih makan, nah.. si anak gajah ini kalo dikasih makan nggak mau berhenti. Mana ekspresinya juga seneng banget, lucuuuuu.. pengen saya peluk deh! X)
Oh iya, di akhir pertunjukan, kita boleh foto sama gajah (dikasih tiga pose, termasuk diangkat sama gajahnya). Tapi harus bayar 100 Baht. Saya candid fotonya si anak gajah aja deh, yang gratis.. :p

Anak gajah yang hiperaktif

Anak gajah yang ini juga lucu, tapi lebih anteng

Gajah-gajah yang dipakai di pertunjukan

 Akhirnya di jam makan siang, kami diajak makan di deket situ. Ternyata orang-orang Indonesia ngumpul makan siangnya juga di situ. Saya jujur udah setengah nyawa banget. Kaki udah pegel, mata berat, super ngantuk. Jadi pas makan juga sekenanya nggak niat-niat amat. Tapi lumayan enak sih makanannya. Meskipun toilet lumayan susah dan jarang yang ada air bersihnya.
Setelah makan, kami foto-foto sebentar sambil menuju ke mobil. Bahkan sempet sama si bos kami disuruh naik-naik batu gede di taman biar fotonya bagus.

Pas udah di mobil rasanya pengen tepar. Si guide bilang tujuan kami selanjutnya adalah dried food market, sambil kami juga jalan kembali ke Bangkok. Akhirnya saya bisa tidur juga, meskipun di sepanjang perjalanan, saya berkali-kali kebangun karena nyupirnya “smooth” banget. Terlalu “smooth”.. -__-

Sampai di dried food market, saya bingung mau beli apa. Masalahnya koper saya udah benar-benar terbatas space-nya (mengingat koper saya juga kecil), plus dia juga nggak bisa ditarik lagi, harus dijinjing (mungkin dia memang sudah lelah). Akhirnya dengan mata 5 watt, saya cuma jalan muter-muter nyobain sample makanan. Dan di sini juga banyak yang bisa bahasa Indonesia. Bahkan mas-mas yang pegang halo-halo, nawarin barangnya juga dalam bahasa Indonesia. Produknya sendiri mirip sama produk kita, terutama keripik-keripik buah yang banyak kita temu di Jawa Timur. Dan akhirnya, cuma buat sah-sah-an aja, saya beli teh instan buat ibu kos. Tapi pas bayar kenapa harganya nggak sesuai sama tulisan yang di kartonny? >_< *nggak santai*

Dan akhirnya mobil berjalan lagi menuju Bangkok. Tujuan terakhir kami hari ini adalah MBK. MBK ini semacam pusat perbelanjaan, kayak mall begitu lah.. Mungkin di Jakarta mirip sama ITC Kuningan. Barang-barang di sana kata teman saya cenderung murah dan memang banyak jadi tujuan para turis buat berbelanja. Yang bikin saya lebih excited lagi, pada akhirnya saya janjian dengan teman saya di MBK untuk ketemuan. Sebenarnya awalnya dia pengen nyamperin saya ke hotel. Tapi jarak tempat kerjanya (yang deket dengan MBK) dan hotel saya lumayan jauh, mana dari stasiun kereta juga jaraknya lumayan. Akhirnya, setelah tahu kalau saya mau nyambangin MBK, dia dengan senangnya meminta saya menunggu dia di sana. Sempat agak ragu karena dia ternyata jadwal pulangnya jam setengah 7, dimana saya jam segitu udah harus kumpul lagi buat makan malam dan balik ke hotel. Dan setelah kompromi, teman saya berusaha untuk diam-diam skip kerjaan (*oops*) dan langsung nyamperin saya sekitar jam setengah 6.
Sambil nunggu dia, saya cari-cari oleh-oleh buat dua krucil (aka ponakan) di rumah. Banyak sih baju yang murah-murah, tapi banyak juga model yang saya senengin dan ternyata harganya mahal. Tapi pada akhirnya saya bisa dapat yang saya pengen buat dua krucil itu, plus magnet kulkas buat mainan si krucil yang gedhe. Dan sekali lagi terbukti bahwa di MBK ini banyaaaaak banget penjual yang bisa bahasa Indonesia. Ada yang lancar banget, tapi ada juga yang cuma sepatah-dua patah kata dan tetap harus dibantu kalkulator pas nawarin harga. Tapi setiap lewat lapak orang, kami sering banget disapa pake bahasa Indonesia.

Bisa dibilang waktu di MBK saya nggak bisa tenang. Karena cara satu-satunya menghubungi teman saya itu ya pake sms. Sedangkan roaming mengharuskan saya kena tarif per sms sekitar 8000-an rupiah. Saya sih udah siapin pulsa agak banyak di hape, tapi tetep aja, pasti cepet habis. Dan akhirnya setelah beberapa kali sms-an sama dia, saya bisa ketemu juga.
Tepat setelah saya selesai cari-cari baju, saya dapat sms kalo temen saya ini udah nunggu di dekat information center di lantai 6. Akhirnya saya tanya sama penjual terdekat information center-nya dimana. Pas udah ditunjukin, saya langsung ngacir ke sana. Hal ini juga mengingat jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, which is waktu kami ngobrol cuma sekitar setengah jam.

Pas saya lihat dia dan dia lihat saya, kami langsung berpelukan kayak Teletubbies. I know, cheesy banget! XD Dan di tengah-tengah mall pula (jadi banyak diliatin orang). Tapi saya sih udah nggak peduli, habis rasanya ketemu teman dunia maya itu memang susah dideskripsikan, antara nggak percaya bahwa orangnya beneran ada dan akhirnya setelah menunggu sekian lama bisa ketemu juga.
Pas saya bilang sama Natt (temen saya ini) kalo waktu ketemuan cuma setengah jam, dia mulai bingung mau kemana. Kalo makan, nggak mungkin. Mau jalan-jalan juga bingung kemana. Akhirnya dia nanya sama saya mau nggak saya diajak muter-muter. Saya iyain aja lah, karena saya juga nggak ngerti arah di sini. Tapi saya pastikan dulu kalo jam setengah 7 saya udah harus nyampe di salah satu entrance yang namanya Tokyu Door (dia sempet nggak ngerti Tokyu Door itu dimana, tapi setelah saya jelasin deskripsinya dan saat ini itu ada event boxing, dia langsung ngerti). Dan jadilah, saya dibawa muter-muter jembatan skytrain sama dia.
Jadi, di Thailand ini ternyata ada kereta yang lintasannya di atas, sebutannya skytrain atau BTS; beda dari MRT yang sistemnya underground. Makanya ada jembatan-jembatan (semacam jembatan penyebrangan) yang menghubungkan tempat-tempat di sekitar situ (mostly malls dan gedung tinggi kalo saya lihat) menuju ke stasiun skytrain-nya. Tapi saya sama Natt cuma memutuskan untuk jalan-jalan di bridge-nya aja, jadi nggak naik keretanya. Sekali lagi, karena nggak ada waktu. Dia bilang waktu itu mau nunjukin mall lain ke saya karena menurutnya MBK ini sebenarnya biasa aja (dan memang iya). Saya juga bilang di Jakarta mall beginian juga banyak. Pas kami masuk ke mall lain (saya  nggak tau mall apaan, tapi memang lebih mewah – mungkin siam paragon atau sodaranya), saya langsung diajak ke toko asesoris yang menjual barang-barang lucu. Seleranya dia memang barang-barang lucu begitu, dan pas saya liat banyak banget toy-capsule dari Jepang yang sistemnya pake koin gitu. Tapi saya sih cuma liat-liat aja. Dalam perjalanan keluar dari MBK ke salah satu bridge skytrain-nya, kami sempet-sempetnya nyasar. Ternyata temen saya ini juga sering nyasar di mall kayak saya.. lol
Kami cerita banyak, mulai dari hal-hal yang menyatukan interest kami berdua (termasuk fangirling-an), dan bahkan saya juga curhat kerjaan sama dia. Dia sempet ngasih saya oleh-oleh kripik duren sama kripik pisang dan pas banget, karena saya nggak beli keripik sama sekali.. :p
Pas udah jam setengah 7-an, akhirnya kami turun ke meeting point yang ditentukan sebelumnya. Kami mau foto-foto dong ya.. kan sayang kalo udah ketemuan dan nggak ada bukti foto yang membenarkan kalo kami udah kopdar-an di Bangkok. Tapi pas sampe sana ternyata temen-temen saya belum balik juga. Kami nyoba selfie tapi ternyata gelap, sedangkan saya bingung mau minta tolong siapa buat moto-in. Tapi setelah agak lama ditunggu, temen-temen saya muncul juga. Saya kenalin deh Natt ke mereka, dan saya minta salah seorang temen saya buat motoin. Hasilnya yah.. begitulah. Masih kurang puas sebenernya, tapi kami udah harus balik lagi. Akhirnya Natt nganter saya ke mobil dan kami udah kayak orang pacaran karena gandengaaaaan melulu.. XD (nggak sadar sebenernya gandengannya)
Sampai mobil saya digodain sama si bos yang bilang kami ini kayak anak TK soalnya gandengan melulu.. *facepalm* Yah, semoga next time bisa ketemu lagi di tempat lain dan lebih lama.

Me and Natt

Buat makan malam, kami dibawa sama guide ke tempat makan all-you-can-eat lainnya, tapi yang ini menunya lebih lengkap. Ada makanan Indonesia, Jepang, Itali, macem-macem lah pokoknya. Saya juga icip-icip banyak, termasuk makan sushi. See, saya baru sekali ini nyobain makan sushi. Sebelumnya kalo pengen selalu males beli soalnya mahal, dan saya kan belum tahu saya bakalan suka apa enggak. Tapi ternyata pas nyobain saya suka.. :a Dan saya juga sempet-sempetnya ngambil pizza sama bakpau yang super enak dan isinya labu. Padahal saya udah makan banyak juga.. Goodbye, diet! Makan saya sama sekali nggak dijaga di sana.. *cries a river*

Setelah makan malam, kami balik ke hotel yang kami inapi di hari pertama. Lega karena pas masuk lobby saya udah bisa wi-fi-an lagi. Dan ternyata saya dapat kamar yang dekat sama lift di lantai tiga, beda dari dua hari sebelumnya yang kamarnya masih jauh ke belakang. And guess what? Ternyata di kamar saya masih ada bocoran wi-fi dari lobby! X) Seneng dong, saya.. Soalnya kan sebelum ini udah pasrah aja hidup tanpa wi-fi selama di sini. Tapi ternyata malah bisa wi-fi-an sedangkan teman yang lain nggak bisa pada ngenet sama sekali.. *grin* Sebenarnya agak miris rasanya ketergantungan sama wi-fi, tapi mengingat opsi komunikasi di sana cuma itu, ya gimana lagi.. (.__. )
Dan malam itu saya tepar karena kecapekan.


DAY 4

Hari ke-empat adalah hari bebas, jadi tidak ada jadwal dari dari travel yang harus kita ikutin. Tapi dari hari sebelumnya si bos sempat wanti-wanti kalau mereka mau bikin acara buat kita. Belum tahu sih pilihannya mau ke mana, tapi pada dasarnya kami lebih bisa bangun siang dibandingkan hari-hari sebelumnya. Dan sesuai dugaan, saya bangun siangan dikit dari hari sebelumnya, dan teman sekamar saya udah siap aja gitu. Udah mandi dan udah dandan. Saya merasa dikhianati karena nggak dibangunin. Setelah siap-siap, langsung menuju ke bawah. Nah, karena udah siang, menu sarapannya juga tidak sebanyak kalo kami bangun pagi. Tapi setidaknya makanannya tetep enak dan kami kenyang lah ya..
Pas sarapan juga si bos bilang kalo kami harus check-out jam 10, dan selanjutnya mau diajak jalan-jalan ke Art in Paradise. Semacam galeri 3D interaktif gitu lah. Setelah sarapan, saya dan teman saya balik ke kamar dan saking capeknya, saya sempet-sempetnya ketiduran. Baru bangun setelah teman di kamar lain ketuk-ketuk pintu minta kita turun buat check-out.. *facepalm*

Nah, sebenarnya di hari terakhir ini kami nggak dikasih fasilitas apapun sama travel-nya. Tapi si bos kayaknya minta supaya tetap disediain driver dan mobil dengan charge tambahan di luar paket karena kami nggak tau jalan dan si bos satunya lagi juga males naik MRT. Akhirnya salah seorang driver (yang kali ini tidak bisa berbahasa Indonesia) mengantarkan kami ke tempat tujuan. Art in Paradise ini letaknya di semacam mall, tapi saya nggak lihat tulisan gedungnya apaan. Yang jelas tempatnya di lantai 4 gedung itu, dan belum buka. Jadi, pas kami sampai, kami sambil lihat-lihat apa aja isinya di dalam. Saya sempet mupeng soalnya saya lihat iklan film Mockingjay dan hari itu pas tanggal 19. Pengen nontooooon.. (btw, Mockingjay super keren!!!) Dan saya juga lihat poster Peeta gedhe banget. Oh, iya, sama di lantai atas, di balkonnya, juga dipasang poster film Saint Laurent yang dibintangi Gaspard Ulliel. Mas Gaspard-nya terlalu cakep.. *sesenggukan*

Anw, pas jalan mau ke lantai atas, sempat saya lihat salah satu toko yang masih baru diberesin, dan di depan toko ada satu Teddy Bear hampir segedhe badan. Nah, karena saya suka banget sama boneka Teddy Bear, apalagi yang fluffy-fluffy gitu, saya dari jauh udah nyeletuk “Teddyyy~”, sambil mengulurkan tangan pengen megang. Saya nggak sadar kalo ada mbak-mbak di depan tokonya yang ngeliatin saya dengan pandangan sinis dan bilang “no touch!”. Tapi saya nggak menggubris dan tetep megang tu Teddy yang sangat fluffly. Habis itu saya langsung kabur, takut dimarahin sama mbaknya. Dan temen saya di sebelah langsung ngakak.

Pas nyampe di depan Art in Paradise, ternyata kami pengunjung pertama. Jadi kami masih mondar-mandir aja di depan pintunya sambil foto-foto dan nunggu si bos beli tiket. Nah, ternyata pas kami masuk, si petugasnya bilang kalo hari itu sedang ada promo. Jadi semua pengunjung dikasih satu foto gratis berpasangan (semacam foto trik ilusi gitu), dan gayanya bisa milih dari gaya-gaya yang ada dan ditempel di dinding. Saya sama temen saya milih gaya yang paling simpel, karena dia males ribet-ribet dan nggak mau dikasih gaya yang agak ekstrim.

Pintu masuk Art in Paradise

Masuk ke kawasan lukisannya, ternyata kami disuruh lepas sepatu, jadi saya juga cuma pake kaos kaki (lebih karena males aja pake lagi kaos kaki-nya pas kelar nanti). Nah, masuk-masuk, langsung deh kami disuguhi pemandangan lukisan realis 3D yang masing-masing bisa kami masukin buat pose. Intinya, buat foto di sini, kami harus kreatif karena posenya harus disesuaikan dengan tema yang ada. Nggak bisa cuma berdiri mejeng trus difoto <- mati gaya nanti.
Sebenarnya saya termasuk orang yang nggak terlalu suka difoto. Dari dulu kayaknya. Jadi pas masuk sini, meskipun excited, saya juga nggak sebegitu antusiasnya minta difoto di semua lukisan. Bahkan kebanyakan saya fungsinya jadi juru foto dan pengarah gaya.. (-__-“) Tapi tak apa lah, seenggaknya saya masih punya kenang-kenangan gambar di beberapa lukisan yang cukup oke. Dan favorit saya.. lukisan kucing super besar ini. He’s just too cute.. <3

Ini kucingnya pengen saya peluk beneran deh..
  
Kami stay dan foto-foto di AiP selama hampir 3 jam. Kelar dari sana, badan rasanya pegel semua. Karena ternyata ngambil foto di sana juga nahan posenya bikin pegel. Setelah selesai, si bos ngeliat kami dehidrasi dan memutuskan untuk beli minum di café-nya. Tapi ternyata service-nya lama banget, dan mbaknya juga nggak bisa bahasa Inggris sampai-sampai dia manggil salah satu petugas lainnya yang lebih ngerti bahasa Inggris buat ngomong ke kita.

Salah satu hasil foto favorit saya
  
Kelar dari Art in Paradise, kami langsung ke MBK (lagi). Tujuan utama si bos adalah supaya yang kemarin belum puas belanja bisa cari barang belanjaan lagi. Dan kami juga mau cari makan di sana. Awalnya sih niatnya mau makan McD, tapi si bos malah ngajak kita ke food court-nya. Sistem di food court ini, kita beli makannya pake kartu. Dan masing-masing kartu kisa isi voucher berapa baht, kayak kalo beli pulsa lah ya.. Nah, kami disuruh cari makanan yang kami senengin sama si bos. Tapi ternyata.. pas masuk.. ugh! Banyak banget yang daging babi! Bahkan waktu kami lewat counter makanan pun bau daging babi-nya menusuk banget, dan sumpah nggak enak. Saya ampe rasanya pengen buru-buru menjauh dari konter-konter itu. Dan karena pusing, kami cari makanan yang ada label halal-nya, sampe nanya ke yang masak ini halal apa enggak. Akhirnya kami semua malah makan nasi semacam nasi gurih (yang buat kenduri di desa-desa itu..) sama ayam yang udah direbus dan dikasih bumbu gurih plus ayam goring krispi. Enak sih, dan jujur saya kangen makanan dengan cita rasa begitu. Udah lama nggak makan.

Setelah dari food court, saya dan salah satu teman saya langsung keluar cari baju, yang rencananya mau saya kasih ke bapak. Tapi malah di pintu keluar saya nemu orang yang jualan perhiasan. Katanya sih perak (meskipun saya agak ragu keasliannya karena harganya termasuk murah).  Macem-macem sih jenisnya.. Ada kalung, gelang, bros, dll. Dan karena sebelumnya saya nggak jadi beliin ibu gelang mutiara yang di Gems Jewel Factory, akhirnya saya beliin kalung satu buat ibu. Wkwk..
Dan setelah dapat kaos pun saya memutuskan untuk cari tempat duduk di food court, karena kaki saya rasanya udah minta ampun pegelnya. Jalan pun udah nggak sanggup, dan tiap kali turun tangga bawaannya meringis. Huhu.. *elus2 kaki*

Jam 5 sore, kami langsung menuju mobil karena sudah jadwalnya menuju ke bandara buat pulang. Sampai bandara, ternyata ngantri check-in-nya super panjang. Tapi kami sempet lihat satu mas-mas  cakep dengan gaya nerdy gitu, lagi serius banget mantengin hape-nya dan ngantri di belakang kami. Buat hiburan, kami mantengin aja masnya biar nggak bosen.. XD
Tapi sempat ada balada si bos kehilangan iPhone-nya. Dan setelah dilacak, ternyata iPhone-nya ketinggalan di MBK, tepatnya di Coffee Bean. Akhirnya si bos jadi senewen. Kami juga agak menjaga jarak deh, takut diomelin. Untungnya tour guide kami bisa dihubungin dan dimintain tolong untuk nyimpenin dulu.

Sempat makan dulu di bandara karena ternyata semuanya udah laper lagi. Dan sambil menunggu boarding, kami sempet observe ternyata orang Indonesianya banyak banget. Dan pas di pesawat untungnya saya bisa tidur meskipun cuma bentar. Sampai di Jakarta udah jam setengah 1. Cari taksinya nggak terlalu lama karena antrian juga nggak begitu panjang, dan akhirnya saya sampe kosan sekitar jam 2-an pagi. Langsung tepar. Besoknya, sudah bisa diduga saya kesiangan dan semuanya telat masuk kantor.


***


Overall, trip ke Thailand-nya cukup menyenangkan buat saya. Seenggaknya dari sini saya sudah pernah jalan-jalan ke luar, dan rencana taun depan liburan sama temen pun lebih bisa direncanakan dengan matang karena step-step-nya saya udah familiar. Tapi ya itu.. rasanya jadi pengen ke tempat-tempat lain yang sekiranya lebih seru. Melihat budaya lain memang menarik. Saya juga banyak menyadari bahwa culture Indonesia dan Thailand secara umum tidak jauh berbeda, karena wilayahnya juga dekat dan iklimnya juga sedikit-banyak mirip. Tapi bahasanya memang susah sih.. saya yang diajarin beberapa kata aja kadang inget kadang enggak. Yang jelas, target selanjutnya adalah tempat-tempat yang sudah menjadi impian saya beberapa tahun terakhir untuk dikunjungi.

Monday, November 24, 2014

Thailand! (part 1)


Lama nggak nulis, dan sepertinya sekarang saya bakal nulis pengalaman saya jalan-jalan ke Thailand seminggu yang lalu.

Setelah ditunda setahun lamanya, akhirnya November ini kantor resmi mengumumkan keberangkatan liburan ke Thailand. Sempet agak ragu soalnya males di-PHP lagi (dan saya sudah kenyang PHP), tapi ternyata kali ini jadi juga. Semua persiapan bos saya yang atur, termasuk pilih paket tour dari Indonesia dan schedule buat disana, plus penerbangannya. Jadi kami karyawannya sih tinggal terima jadi aja, which is fine with me. Tapi satu hal yang bikin saya cukup excited terkait liburan ini adalah, saya bisa merencanakan ketemu sama temen saya di tumblr yang tinggal di Bangkok. Lebih dari setahun kami cuma ngobrol lewat message, chatting, reblog2an postingan di tumblr, dan hal-hal seputar itu. Rasanya seneng aja ada kemungkinan kami bisa ketemu langsung. Setelah dapat konfirmasi dari si bos berapa lama stay di Thailand dan jadwalnya ke mana aja, saya akhirnya menghubungi teman saya dan berusaha mengatur jadwal yang enak buat kita berdua (mengingat jadwal dari tour cukup padat tiap harinya).

Jadi, total liburan ke Thailand ini 4 hari 3 malam. Kami berangkat dari Jakarta hari Minggu tanggal 16 November, sore. Balik lagi ke sini tanggal 19 November jam 9 malam. Nyampenya udah tanggal 20 pagi. Dan karena tempat yang dikunjungi banyak, mungkin saya akan bagi postingannya jadi beberapa part.


DAY 1

Hari pertama bisa dibilang cukup riweuh. Well, riweuh-nya sebenarnya sebelum hari pertama sih, karena kan kami harus persiapan apa aja yang perlu dibawa (termasuk do’s and don’ts-nya), plus saya harus akui ini pertama kalinya saya keluar dari Indonesia. Jadi mau nggak mau di otak saya, saya harus latihan step by step-nya dengan seksama. Next time ke luar sendiri kan biar udah ngerti kan ya? *grin*

Jam 12 siang, kami yang rumahnya dekat dengan kantor sepakat kumpul di kantor. Karena jam setengah 1 kami sudah harus berangkat ke bandara karena demi jam 3-an check-in. Akhirnya saya ke kantor deh, geret-geret koper. Pas persiapan juga diwanti-wanti sama si bos supaya bawa baju lebih, mengingat cuaca di sana agak mirip sama Jakarta yang udah mulai hujan. Si bos bilang, seenggaknya amannya bawa baju lebih daripada kurang. Akhirnya penuh deh koper saya sama baju. Mana gedhe-gedhe pula lagi bajunya. Untung koper saya masih terhitung enteng. Dan dengan pede saya nggeret koper ke kantor , mampir ke warung padang buat beli makan karena saya harus isi perut mengingat sampai malam nanti saya kemungkinan nggak makan lagi (kecuali di pesawat yang sepertinya porsinya agak mini).

*saya nggak inget saya ngeliatin apaan sampe seneng begitu*

Berangkat ke bandara, prosesnya biasa aja lah ya.. Normal kayak kalo mau pergi naik pesawat. Cuma yang saya belum pernah hadapi adalah melewati bagian imigrasinya. Tapi ya isinya cuma nyerahin paspor sama tiket buat dicap. Nunggu boarding ini yang amat membosankan. Saya udah siapin satu buku dari Emily Giffin yang judulnya Where We Belong buat jadi teman baca saya kalo pas nunggu, tapi dengerin temen-temen ribut sendiri, saya jadi nggak fokus. Akhirnya tu buku juga cuma dibaca beberapa halaman. Awalnya malah saya pengen bawa bukunya Cassandra Clare yang The Bane Chronicles. Buku ini pas banget datang ke saya sehari sebelum berangkat. Dan saya juga pengen banget langsung baca. Tapi setelah lihat wujudnya, yang gedhe banget, saya jadi urung bawa yang ini. Kasihan tas ransel saya, ketebelan bukunya. Dan kasihan bukunya juga, siapa tahu nanti malah jadi kucel kalo saya bawa.

The Bane Chronicles by Cassandra Clare
  
Setelah sampai di pesawat, karena saya bawa backpack yang cukup besar, akhirnya tu backpack masuk bagasi kabin (nggak bisa dipegang selama penerbangan). Saya cuma ambil buku, pulpen, paspor, tiket, sama tulisan alamat hotel yang mau kami inapi pas di sana buat pengisian formulir imigrasi. Keputusan yang kurang tepat. Pada akhirnya, dengan jarak tempuh yang lumayan (3,5 jam), saya bener-bener nggak modal di pesawat. Minyak kayu putih minta, koyo juga minta (ini perlu, apalagi kepala saya pusing), bahkan panadol dan tisu basah pun minta ke teman sebelah. Tapi nggak papa sih, mumpung ada yang diberdayakan. Hanya saja, di pesawat, saya malah nggak bisa tidur. Ribuuuuuuut melulu sama teman sebelah saya cari posisi pewe buat tidur. Mana karena saya nggak nyaman nggak ada tas yang dipeluk, akhirnya saya pinjem tas tangan temen saya buat dipeluk-peluk. Tetep nggak bisa tidur tapi. Pas dikasih makan di pesawat, menunya enak (saya dapat chicken rice setelah tukeran sama salah satu temen saya karena saya agak nggak mood makan nasi lemak). Dan setelah itu, ribut lagi, nggak bisa tidur. Pas udah landing, bos saya yang selama penerbangan duduk di depan saya protes dan bilang pengen jitak kami berdua karena ribut melulu dan bikin dia nggak bisa tidur. Lha habis gimana.. orang sayanya juga nggak bisa tidur.. :p

Sampai di Bandara Don Mueang (oh, btw, bandara internasional di Bangkok ini ada dua. Tapi entah kenapa kalo penerbangannya pakai Air Asia, bandaranya pasti pakai Don Mueang, beda kalo kita pake Garuda misalnya, yang turunnya di bandara baru, Svarna Bhumi), kami langsung cek ke imigrasi. Nggak ribet juga, bahkan saya dikacangin sama petugas imigrasinya sama sekali. Lanjut ambil bagasi, dan nunggu orang dari tour jemput kami. Tapi pas kami jalan ke mobil, saya baru sadar kalau handle koper saya patah (dayum!). Padahal tu koper lumayan juga beratnya kalo dijinjing. Tapi mau nggak mau akhirnya terpaksa saya harus bawa koper pake dijinjing. Ugh~ baru nyampe ni koper udah protes. Apa karena di bandara sebelumnya saya sempat mupeng liat koper orang lain yang keren dan pengen beli baru? Mungkin dia cemburu.. -_-

Dari bandara, kami menuju Miramar Hotel, tempat kami menginap di hari pertama. Jaraknya sekitar 45 menit dari bandara. Di jalan memutuskan untuk tidak tidur, tapi observasi daerah yang kami lewati. Dan ternyata… persis banget sama Jakarta. Suasananya, gedungnya, cuma mungkin di sana nggak macet. Pas lewat jalan tol juga teman saya bilang tolnya mirip banget sama tol Priuk. Memang sih..

Dan di hotel, saya shock. See, waktu kami googling cari informasi tentang hotelnya, dibilang kalo hotel ini bintang 4. Tapi kenapa, hotelnya kecil sekali. Udah gitu suasananya agak spooky (terutama koridornya yang sangat sepi, gelap, dan nyeremin). Dan yang paling tidak menyenangkan adalah, tidak ada free wi-fi di setiap kamar. Wi-fi cuma ada di lobi, which is suck! Saya jadi mikir, sesebel-sebelnya saya sama Indonesia, setidaknya di sini gampang banget cari wi-fi (yang notabene merupakan fasilitas penting buat wisatawan), apalagi hotel. Kayaknya hampir semua hotel pasti ada wi-fi. Dan ini bintang 4 lho, astaga.. -___-“
Akhirnya saya terpaksa menghubungi ibu lewat sms (yang mana tarifnya jadi mahal banget karena roaming). Kemungkin cuma bisa wi-fi-an dengan turun ke lobby itu masih terlalu absurd buat saya. Tapi akhirnya, malam itu, saya terpaksa mematikan semua alat komunikasi (termasuk koneksi SIM Card – supaya nggak kena tarif roaming) dan memutuskan untuk istirahat sambil ngobrol-ngobrol sama teman sekamar saya. Pas nyetel TV juga nggak ada acara yang lebih internasional (kayak HBO atau apalah). Adanya acara TV lokal yang kebanyakan adalah sinetron Thailand yang mirip-mirip sama sinetron di Indonesia. Akhirnya saking bosennya, saya sama teman sekamar saya memutuskan untuk makan pop mie (yang kami bawa buat bekal in case kami kelaparan, dan benar ternyata!) sambil main gamedubbing the show’. Jadi, pas kami nonton sinetron itu, kami bikin dubbing-an sendiri. Pretty stupid. Tapi bikin ngakak lah setidaknya. Setelah mandi, susah tidur ternyata. Dan saya juga langsung packing, mengingat besok check-out dan koper ditinggal karena kami mau ke Pattaya siang harinya. Biar nggak ribet dan memang sama guide-nya disuruh bawa barang-barang sama baju yang penting aja buat nginep di hotel di sana, karena hari ke tiga kami bakal nginep di hotel ini lagi. Alhasil, karena saya anak malam, saya baru bisa tidur jam 1.


DAY 2

Saya masang alarm jam 5, tapi baru bangun jam setengah 6. Dan rasanya.. ugh~ pengen tetep tidur. Ngantuk banget! Tapi mau nggak mau harus bangun, karena kami udah harus jalan pagi ini. Setelah kompromi dengan teman sekamar saya, saya mandi duluan deh. Habis itu finishing packing dan siap-siap ke bawah buat breakfast. Hal yang saya khawatirkan di negara orang tentunya makanannya, terutama kemungkinan kalo daging-daging yang disuguhkan itu nggak halal. Tapi untungnya, di hotel yang saya tempati, ada tulisan di tiap makanan yang disajikan (dan sejauh yang saya lihat hampir nggak ada daging babi). Tapi karena waspada ya tetep harus kroscek sama temen yang lain, akhirnya kami ngambil yang pasti halal aja lah. Mostly sayuran dan ikan.

Pas sarapan, saya masih berharap sama wi-fi. Pengen ngabarin ibu atau at least ngobrol sama kakak saya gitu, tapi ternyata malah wi-fi-nya mati. Nggak konek sama sekali. Udah gitu lobby juga penuh tamu. Akhirnya saya menyerah lagi. Mungkin takdir saya dengan wi-fi di hotel ini harus berakhir.. (.__. ) <- lebay

Jam 9, kami udah siap berangkat berkeliling kota Bangkok. Tour guide yang malamnya juga menjemput kami ini ternyata lancar sekali berbahasa Indonesia. Saya agak heran dia belajar dimana. Karena joke-joke Indonesia pun dia ngerti, semacam update gitu. Tapi orangnya jadi asyik sih.. Oh iya, tim rombongan kami ada 12 orang. 10 orang dari kantor, dan dua orang lain adalah pasangan newly wed dari Pontianak (yang sepanjang perjalanan sukanya misah dan saya juga nggak terlalu kenal).

Perhentian pertama adalah Wat Arun, yang kata tour guide-nya adalah candi paling cantik di Thailand. Kalo dilihat dari dekat, candi ini terbuat dari potongan-potongan keramik yang ditempel. Bagus sih, tapi buat saya masih lebih cantik Borobudur. Kata si guide, tingkatan di candi ini melambangkan neraka, dunia, dan surga (yang paling tinggi). Kami dikasih waktu bebas selama satu jam di sana buat keliling dan foto-foto. Kami juga akhirnya naik-naik aja gitu ke atas, meskipun saya males ke tingkat paling atas karena curam banget tangganya. Dan sudah mulai panas, sodara-sodara, meskipun masih sekitar jam 10-an.

Wat Arun from above (si bos yang ngambil)

Ini si bos juga yang ngambil

Ya, kami memang narsis kok..

Setelah kelar foto-foto di candi, kami kembali ke meeting point. Di sini ternyata kawasan cinderamata. Kami lihat-lihat lah akhirnya, apa aja cinderamata yang dijual. Dan yang bikin saya shock, hampir semua penjual di sini berbahasa Indonesia. Dan yang lebih bikin shock lagi, mereka menerima uang rupiah! Tau gitu saya sedia rupiah cukup banyak di dompet deh.. huhu.
But anw, setelah lihat-lihat, saya akhirnya kepincut sama gantungan kunci gajah yang keren. Dan saya akhirnya juga bayar pake rupiah.. :p

Oh, iya, ketika menuju Wat Arun, kami harus menyebrangi sungai dulu. Sungai yang lebar ini kayaknya sungai Chao Praya. Kami harus nunggu boat yang memang dikhususkan buat nyebrang ke candi tersebut. Dan pas balik, kami naik perahu lagi. Saya nggak tau tiket masuknya berapa. Soalnya semua pertiketan yang ngurusin adalah bapak tour guide-nya. Tapi seru sih waktu naik kapal. Antara horor karena goyangannya heboh dan pemandangan yang baguuuus banget.


Wat Arun dari seberang

Perahu yang dipakai buat nyebrang

Setelah dari Wat Arun, kami diajak ke Wat Pho. Nah, Wat Pho ini terkenalnya adalah patung Buddha tidur-nya, yang panjangnya sekitar 40-an meter kalo nggak salah. Waktu masuk kami harus lepas sepatu. Nah, waktu masuk, saya sempat lihat satu keluarga turis asing (bapak-ibu-dan dua anak). Salah satu anaknya di gendong sama bapaknya di punggung. Tapi cara nggendhongnya (di mana si anak lebih kayak di pundak bapaknya dan menghadap ke depan) itu bikin saya gemes. Saya langsung ngefan sama adiknya. Pas kami keluar, kami papasan lagi sama keluarga ini. Akhirnya, salah satu teman saya yang hamil nyolek saya dan bilang dia pengen foto sama anak ceweknya keluarga tadi. Jadilah saya minta ijin sama ibuknya untuk foto sama anak-anaknya, dan dia mengijinkan. Sumpah adeknya lucu bangeeeet. Sayang saya nggak nangkep namanya tepatnya siapa, mungkin karena nama Perancis, jadi agak susah di kuping saya. Tapi itu anak yang kecil pipinya emang minta diciwel-ciwel. Dan kakak ceweknya cantik bangeeeet, meskipun masih kecil juga! <333

Bumil foto sama dedek cantik :D

Dan si dedek cakep lagi diciwel-ciwel.. )^.^(

Ini jadinya.. tapi si dedek nggak fokus nih. wkwk

Bernarsis ria di depan Buddha tidur

Ketika kami sudah keluar dari arena patung Buddha tidur-nya, kami menukarkan tiket kami dengan satu botol air minum. Lumayan lah, haus banget! Satu hal yang kurang dari tur ini adalah air minum. Jadi, setiap dapat air harus dihemat, biar nanti nggak kehausan.

Setelah dari Wat Pho, kami langsung didaulat masuk mobil untuk cari tempat makan siang. Nah, karena jadwal di siang harinya kami harus ke Pattaya, akhirnya kami cari makan yang dekat dengan highway, sekalian jalan ke sana. Oh iya, Pattaya ini area di Thailand yang agak ke timur, katanya. Dan tempatnya ini terkenal sekali buat turis, karena banyak yang pergi ke sana. Cuma kalo dari info teman saya, di Pattaya stigma-nya agak negatif karena banyak tempat hiburan malam, dan hal-hal semacam itu lah. Saya jujur agak ngeri waktu mau ke sana. Tapi karena rombongan dan bareng-bareng, ya sudahlah.. jalanin saja. Jarak ke Pattaya dari Bangkok sekitar 2 jam kalo naik mobil. Mirip-mirip Jakarta-Bandung mungkin.

Kami makan siang di satu tempat yang namanya saya lupa, tapi tempatnya ini khusus makanan halal. Dan memang banyak turis Indonesia yang makan di sana. Bahkan beberapa karyawannya juga berjilbab. Menunya.. hmm.. :a Ada ikan gurame, tom yam, telur dadar, tumis daun apa yang saya nggak tau tapi enak banget, capcay, semacam chicken katsu, dan beberapa makanan lain yang enak. Atau mungkin karena saya juga lapar. Akhirnya kami makan sepuasnya (sampe kenyang banget, kan sayang kalo sisa banyak..). Dan setelah itu, kami jalan lagi menuju ke Pattaya. Dan saya berusaha tidur di mobil, karena ngantuk banget. Tapi apa daya, karena saya di belakang, naik mobil sama aja kayak naik roller coaster, kepala saya kejedot mulu karena bawanya kenceng. Saya juga akhirnya cuma merem doang, sambil sesekali lihat kanan-kiri. And again, nggak jauh beda sama Indonesia, cuma lebih bersih.

Sesampainya di Pattaya, jadwal kami selanjutnya adalah ke Big Bee Farm. Di sini, kita nggak cuma dikasih tahu proses pembuatan madu itu seperti apa, tapi juga ada informasi terkait produk-produk yang dihasilkan lebah apa aja, dan terutama.. apa saja manfaat dari produk lebah itu. Sumpah saya belajar banyak banget di sini. Orang yang menjelaskan ke kami adalah orang Indonesia, tapi memang kerja di sana. Bapak itu juga bilang kalo kualitas madu yang dihasilkan di sana jauuuuuuuh di atas kualitas madu di Indonesia. Pake banget. Kami dikasih sample madunya sih, dan memang enak banget. Saya yang biasanya nggak doyan madu juga seneng minumnya. Dan pas dijelaskan produknya, saya mupeng banget pengen beliin bee pollen buat ibu-bapak karena memang khasiatnya banyak untuk lansia. Tapi pas liat harganya.. *dhoenggg*uang saku saya ditotal aja nggak cukup buat beli satu bee pollen-nya.. *hiks* Terpaksa akhirnya saya cuma beli sabun madu, dan dibeliin es krim sama si bos. Plus lemon honey. Di sini semuanya serba madu. Jadi, meskipun es krim saya rasa coklat, saya tetap merasakan madu di dalamnya. Coklat pepaya yang dijual juga enak banget, ada madunya pula. Tapi ya itu.. ada kualitas ada harga. Di sini, semuanya mengacu pada kualitas. Saya juga ingat banyak banget ilmu yang di share sama si bapak waktu presentasi. Termasuk fakta bahwa madu di Indonesia kebanyakan adalah madu mentah yang diambil dari hutan. Bahkan si bapak juga ngasih tau kalau propolis fungsinya sebenarnya untuk antibiotik. Tapi karena di Indonesia yang jual kebanyakan MLM, mereka selalu menyarankan supaya orang minum propolis setiap hari. Padahal idealnya, propolis cuma diminum ketika sakit, nggak bisa untuk pencegahan. Ah, dasar orang MLM.  Memang caranya biar dagangannya laku dan cepat habis ya begitu..

Lemon Honey-nya enak. Rasanya agak mirip Nu Green Tea, tapi lebih enak.
  
Selanjutnya, kami ke floating market. Saya waktu di kasih tau, bayangannya adalah seperti pasar apung di Kalimantan, yang baik penjual maupun pembelinya naik perahu. Tapi ternyata bukan. Di sini, yang nge-float cuma penjualnya, bahkan banyak juga yang enggak. Si pembeli dikasih jalur untuk muter-muter pasarnya. Supaya nggak ilang, ada tanda panah yang bisa kami ikutin, karena suasananya cukup ramai dan kalau nggak ada jalur mungkin kami bisa nyasar. Di sana banyak banget yang jual jajanan. Tapi ya banyak banget juga yang daging babi. Karena sangat berhati-hati, akhirnya kami nggak beli daging-dagingan, meskipun katanya bukan daging babi sekalipun. Dan akhirnya cuma mupeng ngeliatin makanan sama bau enak daging dibakar pas kami lewat. Tapi bos saya sempet beli ketan bakar dan saya nyomot satu.. :p

Suasana di floating market

Di floating market ada banyak barang selain makanan, termasuk souvenir. Dan cukup murah. Saya akhirnya malah beli kaos yang ukurannya bahkan ada yang sampai 8L. Modelnya juga bagus, minimalis tapi keren. Cuma karena harganya agak mahal saya akhirnya cuma beli buat saya sendiri, meskipun niatnya mbeliin kakak-kakak sama ponakan. Fiuh..

Keluar dari area floating market-nya, rasanya dehidrasi banget. Kami juga dikasih satu botol air mineral sih pas masuk ke sana, jadi lumayan. Tapi gerahnya yang nggak nguatin. Pas keluar, kami memutuskan untuk nyobain sticky rice mango yang khas dari Thailand. Katanya sih enak banget. Waktu dicoba, enak sih. Tapi mungkin karena saya sudah sangat terbiasa makan ketan, jadi ya biasa aja. Nggak begitu spesial-spesial amat. Pas kami menuju meeting point, sempat ada hiburan di danaunya, dimana ada satu kapal kecil yang isinya beberapa penari joget-joget pake kostum warna pink dari gendang yang digebuk salah satu mas-mas di kapal. Dan pas kami keluar, ada mbak-mbak yang nawarin foto kami dan udah dibingkai. Saya ingat pas masuk tadi saya sempat dijepret sama mas-mas. Ternyata buat ini toh.. Tapi saya nggak beli. Mahal. Dan pose saya juga nggak banget di situ.. XD

Sticky rice mango

Hiburan di Floating Market

Di jalan raya menuju floating market, ada satu anak gajah di pinggir jalan. Saya nggak tau dia ngapain, atau disuruh ngapain sama orang yang bawa dia. Tapi anak gajahnya lucu bangeeeet. Saya pengen pegang, trus dipuk-puk gitu.. Tapi baunya emang nggak nguatin. Next time deh ya, dek gajah.. Semoga kamu sehat terus.. #eh #apacoba

Anak gajah yang unyu.. :3

Dari floating market, kami menuju Colosseum. Nah, salah satu hiburan dan atraksi yang paling menarik di Pattaya adalah cabaret show yang diperankan oleh para Lady Boy. Yang belum tau, Thailand ini kan emang terkenalnya adalah cowoknya yang cantik-cantik, dan transgender di sana cantiknya bisa ngalahin cewek tulen. Jauh banget malah. Lady Boy adalah sebutan untuk para transgender di sana, terutama yang sudah operasi dan dalam “proses” menjadi cewek.
Di Cabaret show ini, para Lady Boy bakalan pakai kostum yang heboh, trus mereka lipsync lagu-lagu yang ngehits dengan konsep teatrikal. Pas masuk panggungnya, saya cukup kaget juga soalnya tempatnya megah banget. Dan dekorasinya juga sumpah keren banget. Niat banget kalo saya bilang. Belum kostumnya yang wah sekali, terus Lady Boy-nya juga cantik-cantik (meskipun tetep ada yang masih keliatan cowoknya). Dan show-nya pun menurut saya cukup menghibur. Ada sih beberapa bagian yang cenderung membosankan dan monoton, ada juga yang sangat absurd dan rasanya pengen tepok jidat berkali-kali, tapi overall, cukup bikin ngakak dan dari segi artistiknya oke lah. Bahkan ada lagu Time to Say Goodbye-nya Sarah Brightman juga.

Kelar show sekitar jam setengah 8, kami langsung keluar. Nah, setelah show selesai, para Lady Boy ini akan berbaris di halaman depan Colosseum dan mempersilahkan orang-orang foto sama mereka. Tapi.. syarat untuk foto bareng adalah, kita harus ngasih tip. Kata si tour guide sih tipnya satu orang foto dengan satu Lady Boy adalah 40 Baht (sekitar 16 ribu rupiah), tapi saya pernah baca ada yang masang tarif 100 Baht per orang juga. Saya sih sayang mau foto bareng, soalnya uang saku juga nggak seberapa. Akhirnya saya dan teman saya nyolong-nyolong moto para Lady Boy yang berbaris. Karena sangat crowded dan orang seliweran ke sana kemari, agak susah juga dapet fotonya. Saya juga sebenarnya lebih pengen foto sama mas-mas yang manis di salah satu show-nya tadi, tapi mas-masnya nggak keliatan. Pas saya udah kelar foto-foto, eh.. si masnya malah melenggang di depan saya dengan sayap gedhe-nya yang bewarna biru. Aaaaaaahh.. Pengen tak culik trus tak foto bentar, tapi ya sudahlah.. lol

Lady boy yang paling cantik kalo menurut saya..

Foto lady boy paling jelas yang saya dapat
  
Habis dari sana, kami diantar ke tempat makan di dekat hotel. Karena makannya all-you-can-eat dan semua orang kelaperan, kami makan banyak banget. Setelah itu check-in di A-One Star Hotel. Dan saya nemu wi-fi!!! *seneng banget* Meskipun harus tanya ke lobby setelah 15 menit check-in dan mbaknya memberikan informasi yang menyesatkan tentang password wi-fi-nya, seneng akhirnya bisa internet-an lagi. Tapi saya sama beberapa teman memutuskan untuk jalan-jalan ke Pantai. Sebenarnya kaki saya rasanya udah capek banget. Tapi nanggung sih, deket banget sama pantai. Jadinya kami berenam jalan-jalan aja ke arah pantai. Sekali nemu pantai dan pasir, langsung deh copot sandal dan lari-larian main ombak kayak anak kecil.

Ini semacam bullying memang..

Sayangnya gelap fotonya

Setelah waktu menunjukkan jam setengah 11, kami pun balik ke hotel. Bersih-bersih, mandi, packing sambil ngenet, nonton TV, dan siap-siap tidur. Tapi saya masih nggak bisa tidur juga coba.. *memang anak malam*
Oh iya, hotel di Pattaya ini unik banget. Kamarnya konsepnya kayak box gitu. Trus kamar mandinya juga kecil banget, nggak bisa bergerak bebas pokoknya. Dan pas mandi, bayangannya bisa keliatan dari luar. Jadi waktu saya giliran mandi sama teman saya, kami harus terus memastikan biar yang lainnya nggak ngintip. So hilarious. Tapi ya mau gimana lagi.. Akhirnya kami pake handuk buat nutupin pintunya.. wkwk

Konsep kamarnya lucu.. :3

Karena saya pegel dan kepala saya pusing, ceritanya nanti lanjut ke part 2 aja ya.. :p


[to be continued..]