Friday, May 23, 2014

Just Another Thoughts on Books

Akhirnya, setelah berminggu-minggu tenggelam oleh ber-season-season series, saya akhirnya bisa lagi baca buku yang masih banyak diutangin. Belum selesai sih baca IQ84-nya Haruki Murakami (tinggal buku terakhir, semangat!), tapi karena bukunya terlalu tebal dan saya masih agak males nerusin, akhirnya mencoba membaca buku lain. Selesailah dua buku, The Graveyard Book karangan Neil Gaiman, dan Pivot Point karangan Kasie West

Temen saya minjemin The Graveyard Book pas saya pulang ke Jogja bulan lalu. Diantara 5 buku yang dia pinjemin, baru satu ini yang bisa saya selesaikan, meskipun sebenarnya saya sudah punya ebook-nya sejak jaman dahulu kala. Yang lain masih antri. Untuk Pivot Point sendiri, buku ini sudah masuk waiting list berbulan-bulan yang lalu. Salah satu teman di tumblr bikin saya ngeh sama buku ini dan kayaknya seru. Akhirnya kesampaian juga menyelesaikan satu buku, tinggal cari waktu untuk baca lanjutannya. 

Well then, here are the reviews.. :3


THE GRAVEYARD BOOK

source: girlreporter.blogspot.com
Buku karangan Neil Gaiman ini terbilang unik. Selain setting ceritanya di pemakaman, tokohnya juga seorang anak bernama Bod (Nobody Owens) yang akhirnya diadopsi oleh sepasang hantu suami-istri yang sudah meninggal di pemakaman gara-gara waktu masih bayi, keluarganya dibunuh oleh seseorang bernama Jack. Sebenarnya sih si Bod juga harus dibunuh, tapi dia merangkak aja ke pemakaman, ditemu sama hantu-hantu di sana, dan akhirnya bisa lepas dari pembunuhnya. Penjaga makam yang bernama Silas (yang nggak jelas orang hidup atau orang mati) juga menjadi walinya dan bisa menghindarkan si Bod dari pembunuh (yang ngikutin dia sampai pemakaman). Hal ini juga menjadi salah satu alasan si Bod nggak boleh keluar dari pemakaman ketika tinggal di pemakaman.
Buku ini banyak menceritakan petualangan Bod sebagai seorang anak yang cukup nggak normal, karena dia nggak punya teman dan sehari-harinya hanya bergaul dengan hantu. Di sini juga diceritakan gimana si Bod bisa punya kemampuan yang cukup berbeda dari manusia kebanyakan. Sampai misteri tentang pembunuhan keluarganya dan rahasia di balik itu. 

Saya bilang sih bukunya seru. Jujur saya nggak terlalu banyak baca karangan Neil Gaiman, meskipun banyak yang bilang bukunya bagus-bagus. Tapi pas baca buku ini, memang tampak ketidakbiasaan yang tidak banyak ditemui di buku-buku lain. Saya juga merasa kasihan sama Bod. I mean, come on.. Selama belasan tahun dia hidup di pemakaman, belajar dari orang-orang mati (bahkan sekolah pun cuma berapa saat dan dia harus memudar diantara teman yang lain supaya nggak menonjol). Yah, meskipun tetap ada hal-hal yang agak ganjil sih buat saya. Bayi yang jalan merangkak menaiki bukit sampai ke pemakaman itu terdengar agak berlebihan (but I'm not complaining tho, the story turned out well). Sama satu lagi, obrolan Bod pas umur 5 tahun sama temannya yang dia temui di pemakaman itu terdengar terlalu cerdas, terutama untuk anak 5 tahun. But well.. yang penting endingnya sangat menyentuh buat saya. 

Saya bilang sih bukunya recommended. Bukan buku yang berat, tapi juga nggak ringan-ringan banget. Pas lah buat hiburan. Dan nggak terlalu tebal juga,. :p


PIVOT POINT

Sebelum tau buku ini, saya nggak pernah dengar tentang Kasie West. Tapi saya bersyukur saya bisa nemu ini buku di tumblr dan akhirnya penasaran untuk baca. Because I loved it!
Mungkin buku YA ini nggak terlalu jauh dari genre yang lagi booming sekarang. Tapi saya suka sekali dengan gaya penceritaan sang pengarang, yang akhirnya membuat saya ketagihan baca terus-terusan sampai selesai.. :)

source: kasiewest.com
Ceritanya berpusat pada Addison Coleman, remaja cewek yang tinggal di Compound (tempat yang terisolasi dari dunia manusia normal (Norm World) dan isinya full orang-orang yang punya kekuatan tidak biasa) dengan kemampuannya untuk melihat masa depan ketika dia dihadapkan pada dua pilihan. Kemampuannya ini disebut Divergence, tapi orang suka salah kaprah bilang dia Clairvoyant. Jadi, kalau dia merasa bimbang dengan apa yang harus dia pilih, dia bisa melakukan Search dan tau hasil dari masing-masing pilihan yang akan dia ambil. Yah, semacam cenayang mungkin, tapi hanya berlaku untuk dirinya sendiri, dan dalam situasi harus menentukan sebuah pilihan. 
Addie punya satu sahabat namanya Laila, yang punya kekuatan untuk menghapus ingatan seseorang. Dua orang ini sudah berteman sejak kecil, and practically, kemana-mana selalu berdua. Suatu hari, orang tua Addie bilang kalau mereka mau bercerai. Dan Addie, sebagai anak satu-satunya diminta untuk memilih mau tinggal dengan siapa. Addie tadinya ingin bisa membagi waktu untuk mereka berdua, tapi ternyata sang Ayah (yang punya kekuatan bisa mendeteksi kebohongan) ini merencakan akan hidup di Norm, dunia biasa, yang isinya orang-orang normal dan tidak punya kekuatan. Yang mana jika Addie memilih tinggal bersama ayahnya, dia harus ikut ke sana. Atau ia bisa tinggal bersama ibunya (yang punya kekuatan Persuasiveness) di Compound dan melanjutkan hidupnya sekarang. Mau tidak mau, untuk menentukan pilihan, Addie harus melakukan Search.

Setelah sampai pada plot ini, bukunya dibagi menjadi dua kisah. Kisah pertama adalah jika Addie ikut ayahnya tinggal di Norm dan jauh dari sahabatnya, Laila, dan kisah ke dua adalah jika ia tinggal bersama ibunya di tempat ia tinggal sekarang. Ceritanya sediri berganti di setiap chapter. So the point of the story is WHAT IF. Dan semakin ke belakang, semakin kita menebak-nebak mana masa depan yang kita inginkan buat Addie, atau yang akhirnya dia pilih. 

Saya suka sekali cara pengarangnya membangun hubungan Addie dengan Laila, sahabatnya. Bahkan di titik-titik tertentu, komunikasi mereka sangat relatable dengan saya sendiri (yang agak dramatis - lol). Seperti misalnya, cara Laila merespon curhatan Addie yang sumpah mirip banget sama obrolan saya dengan teman saya dan bikin saya ngakak berkali-kali. Atau gimana alurnya benar-benar smooth, memainkan emosi, dan meskipun ide ceritanya nggak realistis tapi tetap bisa terkesan "biasa" sekali, saking manusiawinya. Pokoknya buku ini enak banget buat dibaca. Saya cuma butuh waktu dua hari buat menyelesaikan. Yes, THAT interesting! 
Saya juga suka gimana cara si pengarang membangun emosi antara Addie dengan cowok yang dia sukai secara perlahan. And oh my God, I looooove Trevor. Dia nggak dreamy-dreamy banget kayak lead character di kebanyakan buku, nggak perfect, even he seems so normal and sometimes he could be a weirdo. Tapi saya sukaaaaaa banget. Dan karakternya.. *sighs*  
Meskipun ada bagian-bagian yang membuat saya shock dan nangis (karena yang saya harapkan nggak kesampaian), tapi pada akhirnya jadi semakin penasaran sama lanjutannya. huhu

Jadi, ini buku sangat recommended! Silahkan dicari dan dibaca! :3 *manas2in*

And now I'm reading Split Second, the sequel.. *excited*

2 comments:

  1. Neil Gaiman... <3
    Bukunya keren-keren emang. Sekarang lagi pengen baca buku barunya, The Ocean at the End of the Lane, tapi masih harus ngantri di perpus...

    Resensi Pivot Pointnya berhasil bikin saya penasaran.. Langsung donlot ebooknya nih, hehe....

    ReplyDelete
  2. Aku dipinjemin yang The Ocean at the End of the Lane. Tapi masih ngantri bacanya. Sabar ya.. *puk2 buku*

    Wheeeeeee~!!! Berhasil bikin Tanti penasaran!! X3
    Selamat membaca, Tan! Let me know when you're done! So far Split Second juga tidak mengecewakan nih! >.<

    ReplyDelete