Tuesday, March 26, 2013

Little Things...


There are two things happened today.. Well, several things actually. Maybe many. But the memorable one is only these two.. :p

Dimulai dari niatan ke Kantor Pos untuk maketin barang yang sudah direncanakan dari berbulan-bulan yang lalu. Niat banget dong tentunya, sampai hari Minggu kemarin saya ijin sama bos kalau pagi ini sebelum berangkat mau kantor pos dulu. Dan walaupun mengantongi ijin, ternyata saya malah disuruh bareng temen kantor yang diminta maketin barang ke luar negeri juga. Oke. Mental gratisan saya mulai menimbang-nimbang. Dan akhirnya setelah koordinasi, saya mau barengan. Ngirit ongkos juga sih..hoho

Meskipun sempat dagdigdug karena udah jam 10 lebih nggak berangkat-berangkat juga (saya agak parno kalau belum pasti sama kondisi), akhirnya dijabanin juga itu kantor pos Pasar Minggu (yang gedhe dan lebih deket dari kantor). Sampai sana, udah pede dong ya mau maketin. Langsung deh menghampiri mas-mas petugasnya. Pas ditanya mau ngirim ke mana dan pake service apa, saya jawab (saya maketin pake EMS btw). Dan setelah dikasih formulir buat diisi, masnya nanya apa alamat yang dituju ada nomor telpon-nya. Enggak ada. Dan dari situlah ternyata dramanya dimulai.

Yang namanya proses, memang nggak pernah dimuluskan (kalau buat saya)..
See, saya nggak yakin ini regulasinya dimulai kapan. Tapi setahu saya, beberapa rekan yang pernah mengirimkan hal serupa dengan service yang sama nggak pernah dimintai nomor telpon yang dituju. Saya mencoba berargumen sama masnya sampai-sampai bapak petugas (yang lebih senior) mendatangi saya dan mencoba 'meluruskan' niatan saya yang sudah pingin belok (baca: nekat ngirim tanpa nomor telpon) ke jalan lurus (baca: kalau nekat ngirim tanpa no. telp, sebelum keluar kantor pusat bakal langsung dikembaliin). Bahkan saya sempat merasa "making scene" di sana karena argumen kami yang cukup menggebu-gebu dan diperhatikan banyak orang. Tapi ya mau gimana lagi? Orang saya nggak ada data no. telp sama sekali. Dan saya dalam posisi nggak bisa kepo. Pemikiran "nggak jadi ngirim" rasanya terlalu berat, mengingat perjuangan prosesnya. Dan saya nggak mungkin nyerah gitu aja. Meskipun dalam hati rasanya udah mau nangis. Nyoba ngelobi tetep nggak bisa. Bapaknya berpegang teguh pada pendiriannya. Akhirnya dengan desperate, saya telpon salah satu teman yang kemungkinan bisa ngepo info yang lebih detil.

Sumpah. Nunggu infonya benar-benar bikin perasaan saya nggak karuan. Temen sekantor saya (yang akhirnya nggak jadi ngirim hari itu karena dia juga nggak dapat info no. telpon) sampai saya suruh pulang duluan karena saya keukeuh mau nunggu dapet infonya. Saya nggak akan nyia-nyiain kesempatan maketin yang lumayan susah didapat, apalagi hari-hari ke depan bakalan hectic banget. Saya bahkan sempat nanya sama bapak petugas (yang baik itu) kapan jam istirahatnya. Ternyata nggak ada istirahat, dan bapaknya mempersilahkan kalau saya mau ngendon di sana sampai jam setengah 7 malam (jam bapaknya pulang). Please deh, Pak.. Nggak selama itu juga sih.. -_-
Setelah menunggu berapa lama (sambil sms temen saya tadi yang isinya tulisan depresif semua), saya dapat juga apa yang saya cari. Dengan perasaan bahagia (*tsaaahh~*) saya langsung mengumumkan ke si bapak petugas kalau saya dapat nomor telponnya. Meskipun sebenernya saya juga nggak ngerti itu no. telp siapa. Biarlah~ yang penting paket saya bisa dikirim dan sampai ke alamat tujuan. Masalah telpon-telponan sih urusan pos-nya aja.. :p #eh

Anw, saya pengen ngacungin jempol buat bapak petugas yang saya sebut-sebut tadi. I mean, bapaknya sungguh sangat ramah, baik, dan helpful. Meskipun saya bisa dibilang cukup ngotot dan berusaha nyari celah biar dibolehin, dia bisa melayani dengan sabar, ngasih penjelasan, bahkan mencoba meng-influence saya dengan kejadian/cerita yang dia alami sebelumnya terkait pengiriman blablabla. Beda banget sebenernya attitude bapak ini dengan mas-mas yang pertama kali melayani saya. Si mas lebih jutek. Ngomong satu kalimat, terkesan final. Bahkan nggak ngeliatin saya lagi. Ketus pula jawabannya kalau ditanya. Nah, bapaknya sungguh berbeda. Selain ramah, dia juga bisa baca situasi. Misalnya, waktu saya keliatan bingung dan celingukan nyari orang yang bisa ditanyain (maklum, suasana kantor pos rame banget), sebelum saya manggil petugas, bapaknya sudah nanya ke saya apa ada yang mau ditanyain. There. Dengan reflek saya langsung bilang, "wah, bapak pinter". I know, polos banget ya.. =_= Habis saya seneng sih ada yang perhatian gitu, sadar kalau saya ini banyak nanya (sebagai orang yang cukup kritis dan nggak mau salah, wajar dong ya~).. Dan pas saya laporan sudah dapat nomor yang dimaksud, bapaknya langsung menyelamati saya dan meng-guide secara langsung cara mengisi data (yang lebih detil) karena saya agak bingung ngisinya gimana. Bahkan kami sempat tawar-menawar value barang kiriman yang harus diisi.. XD
Setelah semua beres, baru deh bapaknya meninggalkan urusan ini ke mas yang bertugas nginput data..

See. Little things. But that actually made me happy..
Saya nggak butuh hal-hal spektakuler untuk membuat saya impressed terhadap seseorang. Dan saya akui, bapak ini punya jiwa customer service yang mumpuni.. Kalau saya ng-interview bapaknya jadi CS, saya mungkin akan kasih rekomendasi "High".. *ups*
So, siapapun petugas lainnya yang merasa masih jutek, you need a lot to learn, man.. :/ Pelanggan itu bukan untuk didekte, tapi diberi pengertian dengan cara sebaik-baiknya. Bahkan saya yang ngeyel pun akhirnya bisa puas dan nurut kan meskipun pake pusing-pusing segala?
<- oke. ini kok jadi kemana-mana.. -_-

And that's it. Paket saya sudah dikirim. Dan satu tugas yang saya emban beberapa bulan ini tuntas sudah. Semoga kerja kerasnya berbuah manis.. Dan sekarang rasanya sepi. Sebelumnya, setiap pulang dari kantor selalu ada urge untuk ngerjain "proyek". Bahkan sampai nggak sempat nulis dan ngerjain yang lain. Sekarang, balik dari kantor, sepi. Nggak ada "deadline" lagi.. Rasanya aneh. Kangen malah.. It's pretty weird, you know.. :(


***


Dan di tengah galau kerja (yang berasa nggak ada habisnya), a little thing helped me again.. Just a video. Satu video aja, yang akhirnya bisa membuat suasana hati saya terobati.
Saya pernah nyeritain 2Cellos di sini. Duo cello ini nggak akan pernah bisa membuat saya stop suka sama mereka, baik dari cara main mereka, musiknya, dan juga "inovasi-inovasi" yang mereka lakukan, termasuk sekarang.

Well, check this out...




How could you not fall in love with them?? X)
I mean, please.. Mereka selalu berhasil membuat saya antara kagum sama geli. Ekspresi Stjepan berasa minta ditonjok saking bikin gelinya. Untung Luka masih cool meskipun posenya nggak banget waktu main berdua.. XD
Terakhir kali saya liat mereka bereksperimen, Stjepan main cello sambil lari-lari di antara penonton menggunakan semacam cello belt. Yah, alat yang bisa nahan cello yang diiket ke badan gitu lah. Jadi si cello-nya nggak perlu ditaroh di lantai seperti cara biasa, bisa dibawa kemana-mana sambil dimainin. Sumpah ini orang, udah lari-lari, headbang, heboh lagi.. That's why I love them. And they really deserve compliments!! X)


***


So, I guess today is made by little things. Hal-hal yang tidak diduga teryata bisa membuat saya merasa lebih baik di tengah ruwetnya pikiran.

Maybe they're right, you know? For little things that happened today, when we look back at it in the future, we may realize they're actually big things.. :)

Friday, March 8, 2013

DUALED


Whoaaaaaaa~ Sudah berapa lama saya nggak nulis di blog? XO

Well, kerjaan yang sangat sangat hectic dan menyita waktu saya sampai ke weekend berhasil membuat saya overwhelmed. Bahkan buat beres-beres kamar dan bersantai rasanya nggak ada. Belum lagi proyek yang akhir bulan ini udah harus selesai dan siap kirim juga butuh diperhatikan karena masih banyak yang belum dikerjakan. Oke. Time management saya lagi payah. Dan jadilah, ini blog terbengkalai.. (-_-)

Tapiiiiiiiiii, saya mencoba produktif baca. Dari bulan Januari, ada sekitar 6 buku yang saya selesaikan meskipun mostly dalam bentuk soft-file. Nggak papa lah, yang penting baca.
Dan kemarin saya selesai membaca satu buah buku yang menarik perhatian saya dan baru rilis juga di bulan Februari lalu. Judulnya “DUALED”. Okay, first of all, saya tau informasi mengenai buku ini sekitar akhir tahun lalu dari fandom salah satu band favorit saya. Kenapa? Karena ternyata, pengarang buku ini juga fans-nya si band itu, dan dia sangat aktif di tumblr, fangirling-an (di sela-sela nulis buku sepertinya), dan pada akhirnya malah jadi satu kontributor informasi utama di fandom yang saya bilang semakin menggila akhir-akhir ini.

See? Daya tariknya selain karena ringkasan ceritanya yang menurut saya menarik adalah karena yang bikin adalah “teman” fangirlingan.. :D Semangat dong ya??


sumber: elsiechapman.com

Oh iya, buku ini akan ada sekuelnya, DIVIDED, yang rencananya akan dirilis bulan Februari tahun depan.

Jadi, DUALED ini konsep ceritanya adalah ketika seseorang memiliki Alt (kembaran) dan di satu titik ia harus bertarung dengan Alt-nya tersebut untuk melihat siapa yang bisa survive. Setting ceritanya di  Kersh, sebuah tempat di mana semua orang dilahirkan dengan Alt masing-masing atas dasar rekayasa genetika sang Board (pemerintah) yang dari awal menginginkan penduduk mereka adalah orang-orang terpilih yang bisa bertarung dan pantas untuk hidup. Jadi, keluarga yang ingin memiliki anak harus datang ke Board dulu, baru nanti calon orang tersebut dan satu pasang calon orang tua lainnya akan “mendapatkan” anak yang serupa (Alts), semacam hasil kloningan gitu lah, yang menggabungkan keempat DNA calon orang tuanya. Nah, ketika mereka sudah besar (rentang umur 10-20 tahun), akan ada masanya mereka menjadi active, status dimana mereka diberikan waktu 31 hari untuk saling bertarung dan bertahan hidup. Apabila mereka berhasil membunuh Alt mereka, maka statusnya dari active akan menjadi complete (which is sudah menjadi pembuktian bahwa dia yang terhebat diantara dia dan Alt-nya sendiri). Nah, kalau dalam waktu 31 hari itu mereka nggak bunuh-bunuhan juga, maka self-detonate yang sudah diprogramkan ke mereka akan meledak dan dua-duanya mati. Jadi, mau nggak mau, semua orang dengan status active akan melakukan segala cara untuk bisa jadi complete (kalau dia mau survive).

Di DUALED ini, tokoh utamanya adalah West Grayer, cewek berusia 15 tahun yang hampir sebatang kara karena mayoritas keluarganya sudah meninggal semua. Yang tersisa cuma dia, salah satu kakaknya (Luc), dan sahabat kakaknya (Chord) yang juga love interest-nya West di buku ini. Dengan hanya kakaknya yang tersisa, si West ini pada akhirnya juga malah harus ditinggal mati sama Luc yang sempat mencoba membantu Chord membunuh Alt-nya. Sebatang kara lah si West. Nah, di buku ini sempat diceritakan secara singkat tahapan dan kelas-kelas training yang akan mereka dapatkan untuk mempersiapkan mereka dalam bertarung melawan Alt masing-masing. Hanya saja, si West belum bisa masuk kelas weaponry, kelas yang paling helpful untuk persiapan katanya, karena dia memang belum cukup umur. Sedangkan yang ngajarin dia survive selama ini adalah kakak-kakaknya. Dan pada akhirnya, ia bertemu dengan salah satu guru weaponry terhebat yang sempat mengajar kakak-kakaknya (Baer) yang akhirnya memotivasi West untuk bangkit. Dan atas rekomendasi dari Baer juga, West malah berniat untuk menjadi striker (seseorang yang dibayar oleh orang lain untuk membunuh Alt mereka)  demi mendapatkan pengalaman bertarung dan membunuh supaya nanti waktu statusnya jadi active dia bisa melawan Alt-nya dan survive. Dari sinilah serunya dimulai. Terutama ketika baru beberapa kali mendapatkan strike, si West sudah beralih status menjadi active dan harus memburu Alt-nya sendiri.

Basically, bukunya seru. Dari awal sampai akhir, pace yang dihadirkan cepat dan nggak mbosenin. Bahkan saya cukup terpacu untuk terus membaca sampai selesai. Hanya saja, ada beberapa kelemahan yang masih saya temukan (menurut saya lho ya..).

Di buku ini, deskripsi tentang situasi Kersh masih belum bisa saya tangkap dengan mudah. Entah karena saya bacanya terburu-buru atau memang informasi tersebut masih kurang. Dan lagi, istilah-istilah yang digunakan (dan cukup banyak), lumayan harus dihafalkan karena semakin ke belakang akan ada banyak singkatan. Kalau nggak hafal, jatohnya pasti bingung. Kayak misalnya AK (Assistant Killing), orang yang membantu membunuh Alt orang lain, dan masih ada beberapa lagi yang saya nggak hafal kepanjangannya apa. 
Terus, dalam hal cerita sendiri, penggambaran romansa si Chord sama West masih agak kurang greget kalau saya bilang. Saya belum bisa mendapatkan alur dan emosi yang smooth pas baca ini. I mean, ada beberapa cerita yang penggambaran kisah cintanya pas banget sehingga semakin dibaca emosi kita semakin berkembang. Nah, di buku ini, sayangnya, saya merasa kisah cinta mereka masih terlalu “ujug-ujug”. Meskipun di awal terlihat bahwa West ada rasa sama Chord, dan sebaliknya, emosi mereka masih belum terasa dan tiba-tiba di bagian menjelang akhir rasa cinta mereka malah digambarkan dengan lebih tajam. Jadi grafiknya terlalu menanjak, masih kurang smooth.
Dan yang terakhir, endingnya. Saya nggak akan ngasih tau endingnya karena saya males kasih spoiler. Cuma jelas ya akhirnya si West-nya bertahan. Kalau enggak, nggak mungkin ada buku ke dua, apalagi sudut pandang bukunya dari si West-nya. Yang pasti, yang bikin penasaran adalah, gimana caranya si West ini mengalahkan Alt-nya. Nah, ending di buku ini masih kurang shocking kalau menurut saya. Ada beberapa buku yang ketika masuk ending, saya bakalan langsung melotot dan senewen sendiri karena pemotongannya justru di bagian yang paling seru, dan akhirnya bikin nggak sabar untuk baca buku ke duanya. Nah, di buku ini, saya kurang mendapatkan emosi seperti itu. Bahkan bisa dibilang, sebenarnya kalau buku ini mau dibikin satu ini aja juga udah bisa. Jadi kurang ada keinginan yang menggebu-gebu untuk baca buku ke dua. Tapi, sisi positifnya, kita jadi blank sama sekali buku keduanya bakal nyeritain tentang apa. Jadi, saya sih nunggu-nunggu juga.. :D

Overall, saya merasa buku ini worth it dibaca. Apalagi untuk hiburan di kala bosan dan penat. Beberapa orang sempat memprotes kalau buku ini terlalu sadis untuk ukuran buku YA. Apalagi kan banyak adegan bunuh-bunuhan (mengingat West itu striker dan juga sedang memburu Alt-nya). Tapi kalau buat saya (yang cukup biasa dengan film-film thriller dan slasher), ceritanya nggak sadis juga.. :p

Mungkin setelah membaca buku ini, ada pertanyaan yang muncul dan sedikit mengganjal di pikiran (saking penasarannya). Well, bisa contact author-nya di sini kalau mau:


Dan sepertinya orangnya sangat welcome sekali diajak diskusi.
Ngomong-ngomong, saya jadi pengen minta tanda tangannya plus dikirimin satu koleksi majalah OOR yang dia punya.. :p #eh <- salah fokus