Wednesday, November 26, 2014

Thailand! (part 2)


Nah, lanjut deh ceritanya ke hari ke-3.. :D


DAY 3

Seperti biasa, kami harus udah check-out jam 9 biar langsung bisa berangkat. Sarapan di hotel di Pattaya hari ini agak beda karena kami nggak nemu nasi. Jadinya ya cuma sedapatnya. Tapi saya kenyang juga sih.. Yang agak bikin bete adalah temen-temen saya yang menganggap bahwa makan tanpa nasi itu semacam kiamat, nggak bakalan survive. Agak annoyed sih dengerin mereka ngomel mulu. Tapi ya saya diemin aja.
Kelar sarapan (which took too long because some people just kept filling in their plates though they won’t eat anything), kami langsung menuju mobil. Pas di dalam mobil, si bos pamer foto-foto di pantai yang mengindikasikan bahwa ternyata sebelum berangkat mereka mampir ke pantai sebentar. Mana foto-fotonya bagus banget lagi. Saya langsung nuduh si bos curang, dan malah diketawain.. -__-

Sepanjang perjalanan mengarungi Pattaya, si guide ini banyak banget cerita tentang daerah ini. Menurutnya, daerah ini merupakan daerah yang banyak ditinggali sama turis Rusia. Katanya, karena di negara mereka sendiri bulan-bulan begini udah musim dingin (yang teramat parah kalo di Russia), akhirnya mereka “migrasi” ke Pattaya. Dan memang sebagian besar turis didominasi oleh orang Russia. Nilai plus daerah ini buat para turis itu adalah karena biaya hidup di Pattaya murah. Dan mereka banyak nyari cewek lokal untuk dijadikan pasangan kawin kontrak. Yah, semacam itulah.. Memang agak horor sih ceritanya. Dan kesannya jadi negatif banget. Tapi kalau lihat suasana kotanya memang banyak sekali bar. Apalagi kalo siang hari, kotanya sepi banget; toko-toko juga pada tutup. Pattaya itu kota malam. Jadi pas udah malem, baru deh semua orang keluar buat have fun dan party-party..

Jadwal pagi itu kami diajak ke Gems Jewelry Factory. Katanya, GJF ini adalah tempat wisata yang sama pemerintah diwajibkan untuk dikunjungi bagi semua turis. Katakanlah, kalau ada travel agent atau tour semacamnya yang bawa turis, mereka harus memasukkan GJF ini ke agenda. Jadi bisa dibilang memang pemerintah Thailand ikut andil dalam men-support pariwisata di sana.
Nah, sekilas tentang GJF, tempat ini adalah tempat pembuatan perhiasan. Waktu sampai di sana, kami sempet bingung karena kami disuruh antri menuju semacam lorong, dan ternyata di lorong itu ada keretanya. Kata si guide, nanti kami akan diminta masuk ke semacam wahana kayak di Dufan. Dan bener aja, pas masuk keretanya, kami dibawa ke lorong-lorong gelap dan ternyata di situ ada banyak dorama-dorama yang menjelaskan asal muasal dan bagaimana pembuatan batu-batu untuk perhiasan. Bagusnya, di keretanya, ada terjemahan untuk masing-masing turis dari berbagai negara. Jadi kami bisa ndengerin penjelasannya lewat bahasa Indonesia. Di dalam lorong, terus terang agak spooky. Patung-patung dorama yang bergerak-gerak juga kesannya nyeremin. Tapi cukup fun juga sih, dan perjalanan juga tidak terlalu panjang. Yang jelas yang bikin cukup menarik adalah patungnya bisa bergerak karena dikasih tali-tali penggerak supaya bisa memeragakan proses yang dilakukan dalam penceritaannya.

Contoh bebatuan yang selanjutnya akan diproses

Contoh dorama yang ada di sana
(Orang ini ceritanya lagi menyaring bebatuan yang jatuh dari atas setelah disiram air)

Setelah keluar dari kereta, kami diantar ke area pembuatan perhiasannya. Di situ, kita bisa lihat proses yang dilakukan oleh para pekerja di pabrik ini. Ada yang mengasah batu, memotong batunya, sampai masang ke perhiasannya. Selanjutnya, kami juga diantar untuk melihat-lihat produk jadi dan yang dijual di sana.
Masuk ke areanya, perhiasan yang ditunjukkan ke kami adalah perhiasan yang mahal-mahal dengan kisaran harga 50 juta ke atas. Hadehh.. Akhirnya kami cuma mupeng liat cincin-cincin yang biasa dijadikan properti lamaran di film-film itu dengan berbagai warna batu di atasnya. Saya naksir banget sama cincin dengan batu berwarna hitam, tapi saya nggak nanya itu batu apaan. Di area ini, range harga menjadi acuan utama penempatan produk, jadi kita bisa tahu mana area mahal mana area yang lebih murah. Oh, dan di sini juga nggak boleh ngambil foto sama sekali. Padahal saya pengen banget foto-foto perhiasannya. Huhu..

Banyak banget perhiasan yang bisa ditelusuri di sini. Kami juga diantar ke area yang isinya mutiara. Lumayan murah sih sebenarnya. Liontin mutiara asli di sana dijual antara 200-600 Baht. Saya sempat pengen beli satu buat ibu. Tapi tiba-tiba inget ibu saya nggak terlalu suka pakai kalung. Akhirnya saya cari yang gelang. Dapet sih.. tapi harganya lebih mahal karena mutiaranya jauh lebih banyak. Akhirnya diurungkan dan saya cuma beli gantungan kunci berbentuk perangko yang unyu sekali buat oleh-oleh. Rasanya nggak sanggup beli yang mahal-mahal, mengingat oleh-olehnya harus didistribusikan secara adil dan merata *tsaaah*.. <- mupeng parah padahal (T___T)

Oh iya, waktu ngelewatin beberapa informasi yang dipigura, saya sempat baca bahwa orang yang lahir di bulan Juli itu batu alami yang pas untuknya adalah Ruby. Agak kaget juga, soalnya selama ini saya memang lebih tertarik sama rubi diantara batu yang lain. Entah apakah memang ngefek dan benar.. :p
Dan di sana sepertinya memang banyak yang bisa bahasa Indonesia. Bahkan salah satu mas-mas yang njelasin produk-produk perhiasan di sana sepertinya orang Indonesia asli. Bahkan dia sempat “nyetani” kami dan bertukar joke ketika kami galau beli apa enggak. Tapi menyenangkan sih.. dan sekali lagi saya yakin bahwa memang banyak orang Indonesia yang liburan ke Thailand. Jelas banget soalnya akses bahasanya gampang banget.

Kelar dari GJF, kami langsung menuju ke Nong Nooch Village. Nong Nooch Village ini semacam area resort yang luaaaaaas banget. Mungkin ada sekitar 40 hektar-an, dan dimiliki oleh orang bernama Nong Nooch. Katanya, Ibu Nong Nooch ini merupakan orang paling kaya di daerah itu, dan kalo dilihat dari lahannya, emang sih.. Luas aja pake banget-banget! Dan waktu perjalanan menuju ke area utamanya, kami ngelewatin pepohonan berkilo-kilometer jauhnya. Dan di sepanjang jalan, ada pohon-pohon palem yang ditaruh di pot besar di kanan-kiri jalan. Kata si guide itu pohonnya dijual. Semakin gedhe dan semakin berbunga semakin mahal. Tapi bingung juga sih bawanya gimana itu pohonnya, orang jarak main road sama areanya aja jauhnya minta ampun. Tapi saya menemukan bahwa ternyata para bule banyak yang memilih jalan kaki menuju ke sana. Geez.. (O_O)

Sampai di sana, kami langsung ke tempat pertunjukan. Jadi, jadwal kami hari itu adalah nonton pertunjukan budaya yang ada semacam thai boxing-nya juga, dan setelah itu nonton elephant show. Pas cari posisi buat pertunjukan seni-nya, kami dihadapkan pada panggung yang cukup besar, dan di depan panggungnya ini sudah di set kursi-kursi buat duduk. Tapi setengah area duduk dari depan cuma pake busa aja yang ditaruh di bawah, di anak tangga. Jadi kesannya duduknya ngedeprok gitu. Baru di belakangnya ada kursi. Saya duduk di kursi bareng rombongan. Dan sumpah, ramenya… Bahkan banyak banget anak-anak kecil (mungkin anak-anak TK) yang berwisata ke sana hari itu.

Depan kami isinya anak kecil semua

Pertunjukan thai boxing yang dipertontonkan

Pertunjukannya sih cukup menarik saya bilang. Banyak tarian dari Thailand, dan bahkan saya juga lihat ada tarian Melayu juga. Sempat ada intermezzo pertandingan thai boxing juga, tapi lebih ke parodi sih, karena ada beberapa orang yang pura-pura jatuh dan semua orang ketawa. Dan di akhir, ada juga pertunjukan yang pake dua gajah gedhe banget dan pura-puranya dua orang yang menunggangi gajah-gajah itu lagi bertempur trus salah satu kalah.

Setelah pertunjukan seninya selesai, orang-orang langsung pada berbondong-bondong ke belakang untuk lihat Elephant Show. Saya sama salah satu teman saya kebawa arus dan akhirnya meninggalkan rombongan lain. Tapi sampai lokasi sudah penuh ternyata. Akhirnya kami berdua duduk “ndeprok” di depan sendiri dan bener-bener di pinggir jalan. Tapi cukup dapet view bagus sih, terutama kalau gajahnya lagi minggir.

Pertunjukannya mungkin mirip-mirip sama pertunjukan gajah pada umumnya (bahkan bos saya bilang lebih bagus yang di Taman Safari). Intinya, gajahnya pinter lah. Main dart, ngelukis, main hula-hup, dan juga ada gajah yang main sepeda. Tapi saya jatuh cinta sama salah satu anak gajah yang hiperaktif banget. Ini anak gajah mungkin salah makan, soalnya dia sangat bersemangat dan ngelempar hulahup-nya pun lebay banget. Dia juga banyak disorakin sama pengunjung saking enerjiknya. Udah gitu kan penonton boleh ngasih makan, nah.. si anak gajah ini kalo dikasih makan nggak mau berhenti. Mana ekspresinya juga seneng banget, lucuuuuu.. pengen saya peluk deh! X)
Oh iya, di akhir pertunjukan, kita boleh foto sama gajah (dikasih tiga pose, termasuk diangkat sama gajahnya). Tapi harus bayar 100 Baht. Saya candid fotonya si anak gajah aja deh, yang gratis.. :p

Anak gajah yang hiperaktif

Anak gajah yang ini juga lucu, tapi lebih anteng

Gajah-gajah yang dipakai di pertunjukan

 Akhirnya di jam makan siang, kami diajak makan di deket situ. Ternyata orang-orang Indonesia ngumpul makan siangnya juga di situ. Saya jujur udah setengah nyawa banget. Kaki udah pegel, mata berat, super ngantuk. Jadi pas makan juga sekenanya nggak niat-niat amat. Tapi lumayan enak sih makanannya. Meskipun toilet lumayan susah dan jarang yang ada air bersihnya.
Setelah makan, kami foto-foto sebentar sambil menuju ke mobil. Bahkan sempet sama si bos kami disuruh naik-naik batu gede di taman biar fotonya bagus.

Pas udah di mobil rasanya pengen tepar. Si guide bilang tujuan kami selanjutnya adalah dried food market, sambil kami juga jalan kembali ke Bangkok. Akhirnya saya bisa tidur juga, meskipun di sepanjang perjalanan, saya berkali-kali kebangun karena nyupirnya “smooth” banget. Terlalu “smooth”.. -__-

Sampai di dried food market, saya bingung mau beli apa. Masalahnya koper saya udah benar-benar terbatas space-nya (mengingat koper saya juga kecil), plus dia juga nggak bisa ditarik lagi, harus dijinjing (mungkin dia memang sudah lelah). Akhirnya dengan mata 5 watt, saya cuma jalan muter-muter nyobain sample makanan. Dan di sini juga banyak yang bisa bahasa Indonesia. Bahkan mas-mas yang pegang halo-halo, nawarin barangnya juga dalam bahasa Indonesia. Produknya sendiri mirip sama produk kita, terutama keripik-keripik buah yang banyak kita temu di Jawa Timur. Dan akhirnya, cuma buat sah-sah-an aja, saya beli teh instan buat ibu kos. Tapi pas bayar kenapa harganya nggak sesuai sama tulisan yang di kartonny? >_< *nggak santai*

Dan akhirnya mobil berjalan lagi menuju Bangkok. Tujuan terakhir kami hari ini adalah MBK. MBK ini semacam pusat perbelanjaan, kayak mall begitu lah.. Mungkin di Jakarta mirip sama ITC Kuningan. Barang-barang di sana kata teman saya cenderung murah dan memang banyak jadi tujuan para turis buat berbelanja. Yang bikin saya lebih excited lagi, pada akhirnya saya janjian dengan teman saya di MBK untuk ketemuan. Sebenarnya awalnya dia pengen nyamperin saya ke hotel. Tapi jarak tempat kerjanya (yang deket dengan MBK) dan hotel saya lumayan jauh, mana dari stasiun kereta juga jaraknya lumayan. Akhirnya, setelah tahu kalau saya mau nyambangin MBK, dia dengan senangnya meminta saya menunggu dia di sana. Sempat agak ragu karena dia ternyata jadwal pulangnya jam setengah 7, dimana saya jam segitu udah harus kumpul lagi buat makan malam dan balik ke hotel. Dan setelah kompromi, teman saya berusaha untuk diam-diam skip kerjaan (*oops*) dan langsung nyamperin saya sekitar jam setengah 6.
Sambil nunggu dia, saya cari-cari oleh-oleh buat dua krucil (aka ponakan) di rumah. Banyak sih baju yang murah-murah, tapi banyak juga model yang saya senengin dan ternyata harganya mahal. Tapi pada akhirnya saya bisa dapat yang saya pengen buat dua krucil itu, plus magnet kulkas buat mainan si krucil yang gedhe. Dan sekali lagi terbukti bahwa di MBK ini banyaaaaak banget penjual yang bisa bahasa Indonesia. Ada yang lancar banget, tapi ada juga yang cuma sepatah-dua patah kata dan tetap harus dibantu kalkulator pas nawarin harga. Tapi setiap lewat lapak orang, kami sering banget disapa pake bahasa Indonesia.

Bisa dibilang waktu di MBK saya nggak bisa tenang. Karena cara satu-satunya menghubungi teman saya itu ya pake sms. Sedangkan roaming mengharuskan saya kena tarif per sms sekitar 8000-an rupiah. Saya sih udah siapin pulsa agak banyak di hape, tapi tetep aja, pasti cepet habis. Dan akhirnya setelah beberapa kali sms-an sama dia, saya bisa ketemu juga.
Tepat setelah saya selesai cari-cari baju, saya dapat sms kalo temen saya ini udah nunggu di dekat information center di lantai 6. Akhirnya saya tanya sama penjual terdekat information center-nya dimana. Pas udah ditunjukin, saya langsung ngacir ke sana. Hal ini juga mengingat jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, which is waktu kami ngobrol cuma sekitar setengah jam.

Pas saya lihat dia dan dia lihat saya, kami langsung berpelukan kayak Teletubbies. I know, cheesy banget! XD Dan di tengah-tengah mall pula (jadi banyak diliatin orang). Tapi saya sih udah nggak peduli, habis rasanya ketemu teman dunia maya itu memang susah dideskripsikan, antara nggak percaya bahwa orangnya beneran ada dan akhirnya setelah menunggu sekian lama bisa ketemu juga.
Pas saya bilang sama Natt (temen saya ini) kalo waktu ketemuan cuma setengah jam, dia mulai bingung mau kemana. Kalo makan, nggak mungkin. Mau jalan-jalan juga bingung kemana. Akhirnya dia nanya sama saya mau nggak saya diajak muter-muter. Saya iyain aja lah, karena saya juga nggak ngerti arah di sini. Tapi saya pastikan dulu kalo jam setengah 7 saya udah harus nyampe di salah satu entrance yang namanya Tokyu Door (dia sempet nggak ngerti Tokyu Door itu dimana, tapi setelah saya jelasin deskripsinya dan saat ini itu ada event boxing, dia langsung ngerti). Dan jadilah, saya dibawa muter-muter jembatan skytrain sama dia.
Jadi, di Thailand ini ternyata ada kereta yang lintasannya di atas, sebutannya skytrain atau BTS; beda dari MRT yang sistemnya underground. Makanya ada jembatan-jembatan (semacam jembatan penyebrangan) yang menghubungkan tempat-tempat di sekitar situ (mostly malls dan gedung tinggi kalo saya lihat) menuju ke stasiun skytrain-nya. Tapi saya sama Natt cuma memutuskan untuk jalan-jalan di bridge-nya aja, jadi nggak naik keretanya. Sekali lagi, karena nggak ada waktu. Dia bilang waktu itu mau nunjukin mall lain ke saya karena menurutnya MBK ini sebenarnya biasa aja (dan memang iya). Saya juga bilang di Jakarta mall beginian juga banyak. Pas kami masuk ke mall lain (saya  nggak tau mall apaan, tapi memang lebih mewah – mungkin siam paragon atau sodaranya), saya langsung diajak ke toko asesoris yang menjual barang-barang lucu. Seleranya dia memang barang-barang lucu begitu, dan pas saya liat banyak banget toy-capsule dari Jepang yang sistemnya pake koin gitu. Tapi saya sih cuma liat-liat aja. Dalam perjalanan keluar dari MBK ke salah satu bridge skytrain-nya, kami sempet-sempetnya nyasar. Ternyata temen saya ini juga sering nyasar di mall kayak saya.. lol
Kami cerita banyak, mulai dari hal-hal yang menyatukan interest kami berdua (termasuk fangirling-an), dan bahkan saya juga curhat kerjaan sama dia. Dia sempet ngasih saya oleh-oleh kripik duren sama kripik pisang dan pas banget, karena saya nggak beli keripik sama sekali.. :p
Pas udah jam setengah 7-an, akhirnya kami turun ke meeting point yang ditentukan sebelumnya. Kami mau foto-foto dong ya.. kan sayang kalo udah ketemuan dan nggak ada bukti foto yang membenarkan kalo kami udah kopdar-an di Bangkok. Tapi pas sampe sana ternyata temen-temen saya belum balik juga. Kami nyoba selfie tapi ternyata gelap, sedangkan saya bingung mau minta tolong siapa buat moto-in. Tapi setelah agak lama ditunggu, temen-temen saya muncul juga. Saya kenalin deh Natt ke mereka, dan saya minta salah seorang temen saya buat motoin. Hasilnya yah.. begitulah. Masih kurang puas sebenernya, tapi kami udah harus balik lagi. Akhirnya Natt nganter saya ke mobil dan kami udah kayak orang pacaran karena gandengaaaaan melulu.. XD (nggak sadar sebenernya gandengannya)
Sampai mobil saya digodain sama si bos yang bilang kami ini kayak anak TK soalnya gandengan melulu.. *facepalm* Yah, semoga next time bisa ketemu lagi di tempat lain dan lebih lama.

Me and Natt

Buat makan malam, kami dibawa sama guide ke tempat makan all-you-can-eat lainnya, tapi yang ini menunya lebih lengkap. Ada makanan Indonesia, Jepang, Itali, macem-macem lah pokoknya. Saya juga icip-icip banyak, termasuk makan sushi. See, saya baru sekali ini nyobain makan sushi. Sebelumnya kalo pengen selalu males beli soalnya mahal, dan saya kan belum tahu saya bakalan suka apa enggak. Tapi ternyata pas nyobain saya suka.. :a Dan saya juga sempet-sempetnya ngambil pizza sama bakpau yang super enak dan isinya labu. Padahal saya udah makan banyak juga.. Goodbye, diet! Makan saya sama sekali nggak dijaga di sana.. *cries a river*

Setelah makan malam, kami balik ke hotel yang kami inapi di hari pertama. Lega karena pas masuk lobby saya udah bisa wi-fi-an lagi. Dan ternyata saya dapat kamar yang dekat sama lift di lantai tiga, beda dari dua hari sebelumnya yang kamarnya masih jauh ke belakang. And guess what? Ternyata di kamar saya masih ada bocoran wi-fi dari lobby! X) Seneng dong, saya.. Soalnya kan sebelum ini udah pasrah aja hidup tanpa wi-fi selama di sini. Tapi ternyata malah bisa wi-fi-an sedangkan teman yang lain nggak bisa pada ngenet sama sekali.. *grin* Sebenarnya agak miris rasanya ketergantungan sama wi-fi, tapi mengingat opsi komunikasi di sana cuma itu, ya gimana lagi.. (.__. )
Dan malam itu saya tepar karena kecapekan.


DAY 4

Hari ke-empat adalah hari bebas, jadi tidak ada jadwal dari dari travel yang harus kita ikutin. Tapi dari hari sebelumnya si bos sempat wanti-wanti kalau mereka mau bikin acara buat kita. Belum tahu sih pilihannya mau ke mana, tapi pada dasarnya kami lebih bisa bangun siang dibandingkan hari-hari sebelumnya. Dan sesuai dugaan, saya bangun siangan dikit dari hari sebelumnya, dan teman sekamar saya udah siap aja gitu. Udah mandi dan udah dandan. Saya merasa dikhianati karena nggak dibangunin. Setelah siap-siap, langsung menuju ke bawah. Nah, karena udah siang, menu sarapannya juga tidak sebanyak kalo kami bangun pagi. Tapi setidaknya makanannya tetep enak dan kami kenyang lah ya..
Pas sarapan juga si bos bilang kalo kami harus check-out jam 10, dan selanjutnya mau diajak jalan-jalan ke Art in Paradise. Semacam galeri 3D interaktif gitu lah. Setelah sarapan, saya dan teman saya balik ke kamar dan saking capeknya, saya sempet-sempetnya ketiduran. Baru bangun setelah teman di kamar lain ketuk-ketuk pintu minta kita turun buat check-out.. *facepalm*

Nah, sebenarnya di hari terakhir ini kami nggak dikasih fasilitas apapun sama travel-nya. Tapi si bos kayaknya minta supaya tetap disediain driver dan mobil dengan charge tambahan di luar paket karena kami nggak tau jalan dan si bos satunya lagi juga males naik MRT. Akhirnya salah seorang driver (yang kali ini tidak bisa berbahasa Indonesia) mengantarkan kami ke tempat tujuan. Art in Paradise ini letaknya di semacam mall, tapi saya nggak lihat tulisan gedungnya apaan. Yang jelas tempatnya di lantai 4 gedung itu, dan belum buka. Jadi, pas kami sampai, kami sambil lihat-lihat apa aja isinya di dalam. Saya sempet mupeng soalnya saya lihat iklan film Mockingjay dan hari itu pas tanggal 19. Pengen nontooooon.. (btw, Mockingjay super keren!!!) Dan saya juga lihat poster Peeta gedhe banget. Oh, iya, sama di lantai atas, di balkonnya, juga dipasang poster film Saint Laurent yang dibintangi Gaspard Ulliel. Mas Gaspard-nya terlalu cakep.. *sesenggukan*

Anw, pas jalan mau ke lantai atas, sempat saya lihat salah satu toko yang masih baru diberesin, dan di depan toko ada satu Teddy Bear hampir segedhe badan. Nah, karena saya suka banget sama boneka Teddy Bear, apalagi yang fluffy-fluffy gitu, saya dari jauh udah nyeletuk “Teddyyy~”, sambil mengulurkan tangan pengen megang. Saya nggak sadar kalo ada mbak-mbak di depan tokonya yang ngeliatin saya dengan pandangan sinis dan bilang “no touch!”. Tapi saya nggak menggubris dan tetep megang tu Teddy yang sangat fluffly. Habis itu saya langsung kabur, takut dimarahin sama mbaknya. Dan temen saya di sebelah langsung ngakak.

Pas nyampe di depan Art in Paradise, ternyata kami pengunjung pertama. Jadi kami masih mondar-mandir aja di depan pintunya sambil foto-foto dan nunggu si bos beli tiket. Nah, ternyata pas kami masuk, si petugasnya bilang kalo hari itu sedang ada promo. Jadi semua pengunjung dikasih satu foto gratis berpasangan (semacam foto trik ilusi gitu), dan gayanya bisa milih dari gaya-gaya yang ada dan ditempel di dinding. Saya sama temen saya milih gaya yang paling simpel, karena dia males ribet-ribet dan nggak mau dikasih gaya yang agak ekstrim.

Pintu masuk Art in Paradise

Masuk ke kawasan lukisannya, ternyata kami disuruh lepas sepatu, jadi saya juga cuma pake kaos kaki (lebih karena males aja pake lagi kaos kaki-nya pas kelar nanti). Nah, masuk-masuk, langsung deh kami disuguhi pemandangan lukisan realis 3D yang masing-masing bisa kami masukin buat pose. Intinya, buat foto di sini, kami harus kreatif karena posenya harus disesuaikan dengan tema yang ada. Nggak bisa cuma berdiri mejeng trus difoto <- mati gaya nanti.
Sebenarnya saya termasuk orang yang nggak terlalu suka difoto. Dari dulu kayaknya. Jadi pas masuk sini, meskipun excited, saya juga nggak sebegitu antusiasnya minta difoto di semua lukisan. Bahkan kebanyakan saya fungsinya jadi juru foto dan pengarah gaya.. (-__-“) Tapi tak apa lah, seenggaknya saya masih punya kenang-kenangan gambar di beberapa lukisan yang cukup oke. Dan favorit saya.. lukisan kucing super besar ini. He’s just too cute.. <3

Ini kucingnya pengen saya peluk beneran deh..
  
Kami stay dan foto-foto di AiP selama hampir 3 jam. Kelar dari sana, badan rasanya pegel semua. Karena ternyata ngambil foto di sana juga nahan posenya bikin pegel. Setelah selesai, si bos ngeliat kami dehidrasi dan memutuskan untuk beli minum di café-nya. Tapi ternyata service-nya lama banget, dan mbaknya juga nggak bisa bahasa Inggris sampai-sampai dia manggil salah satu petugas lainnya yang lebih ngerti bahasa Inggris buat ngomong ke kita.

Salah satu hasil foto favorit saya
  
Kelar dari Art in Paradise, kami langsung ke MBK (lagi). Tujuan utama si bos adalah supaya yang kemarin belum puas belanja bisa cari barang belanjaan lagi. Dan kami juga mau cari makan di sana. Awalnya sih niatnya mau makan McD, tapi si bos malah ngajak kita ke food court-nya. Sistem di food court ini, kita beli makannya pake kartu. Dan masing-masing kartu kisa isi voucher berapa baht, kayak kalo beli pulsa lah ya.. Nah, kami disuruh cari makanan yang kami senengin sama si bos. Tapi ternyata.. pas masuk.. ugh! Banyak banget yang daging babi! Bahkan waktu kami lewat counter makanan pun bau daging babi-nya menusuk banget, dan sumpah nggak enak. Saya ampe rasanya pengen buru-buru menjauh dari konter-konter itu. Dan karena pusing, kami cari makanan yang ada label halal-nya, sampe nanya ke yang masak ini halal apa enggak. Akhirnya kami semua malah makan nasi semacam nasi gurih (yang buat kenduri di desa-desa itu..) sama ayam yang udah direbus dan dikasih bumbu gurih plus ayam goring krispi. Enak sih, dan jujur saya kangen makanan dengan cita rasa begitu. Udah lama nggak makan.

Setelah dari food court, saya dan salah satu teman saya langsung keluar cari baju, yang rencananya mau saya kasih ke bapak. Tapi malah di pintu keluar saya nemu orang yang jualan perhiasan. Katanya sih perak (meskipun saya agak ragu keasliannya karena harganya termasuk murah).  Macem-macem sih jenisnya.. Ada kalung, gelang, bros, dll. Dan karena sebelumnya saya nggak jadi beliin ibu gelang mutiara yang di Gems Jewel Factory, akhirnya saya beliin kalung satu buat ibu. Wkwk..
Dan setelah dapat kaos pun saya memutuskan untuk cari tempat duduk di food court, karena kaki saya rasanya udah minta ampun pegelnya. Jalan pun udah nggak sanggup, dan tiap kali turun tangga bawaannya meringis. Huhu.. *elus2 kaki*

Jam 5 sore, kami langsung menuju mobil karena sudah jadwalnya menuju ke bandara buat pulang. Sampai bandara, ternyata ngantri check-in-nya super panjang. Tapi kami sempet lihat satu mas-mas  cakep dengan gaya nerdy gitu, lagi serius banget mantengin hape-nya dan ngantri di belakang kami. Buat hiburan, kami mantengin aja masnya biar nggak bosen.. XD
Tapi sempat ada balada si bos kehilangan iPhone-nya. Dan setelah dilacak, ternyata iPhone-nya ketinggalan di MBK, tepatnya di Coffee Bean. Akhirnya si bos jadi senewen. Kami juga agak menjaga jarak deh, takut diomelin. Untungnya tour guide kami bisa dihubungin dan dimintain tolong untuk nyimpenin dulu.

Sempat makan dulu di bandara karena ternyata semuanya udah laper lagi. Dan sambil menunggu boarding, kami sempet observe ternyata orang Indonesianya banyak banget. Dan pas di pesawat untungnya saya bisa tidur meskipun cuma bentar. Sampai di Jakarta udah jam setengah 1. Cari taksinya nggak terlalu lama karena antrian juga nggak begitu panjang, dan akhirnya saya sampe kosan sekitar jam 2-an pagi. Langsung tepar. Besoknya, sudah bisa diduga saya kesiangan dan semuanya telat masuk kantor.


***


Overall, trip ke Thailand-nya cukup menyenangkan buat saya. Seenggaknya dari sini saya sudah pernah jalan-jalan ke luar, dan rencana taun depan liburan sama temen pun lebih bisa direncanakan dengan matang karena step-step-nya saya udah familiar. Tapi ya itu.. rasanya jadi pengen ke tempat-tempat lain yang sekiranya lebih seru. Melihat budaya lain memang menarik. Saya juga banyak menyadari bahwa culture Indonesia dan Thailand secara umum tidak jauh berbeda, karena wilayahnya juga dekat dan iklimnya juga sedikit-banyak mirip. Tapi bahasanya memang susah sih.. saya yang diajarin beberapa kata aja kadang inget kadang enggak. Yang jelas, target selanjutnya adalah tempat-tempat yang sudah menjadi impian saya beberapa tahun terakhir untuk dikunjungi.

No comments:

Post a Comment