Saturday, December 15, 2012

Don't Even Know What's the Title Gonna Be

OOR. They're totally stuck in my head!

Sambil menunggu seorang teman kembali dari Jepang sambil membawakan Primal Footmark yang saya pesan (hell yeah~), akhirnya pre-order single baru mereka yang keluar 9 Januari tahun depan. The weird thing is, tepat di tanggal itu teman saya berangkat dari sana. Well, masih harus memikirkan bagaimana enaknya tu PF bisa sampai dengan selamat ke kosan saya di Jakarta sementara teman saya di Jogja. Oke. Save that for later. I'll find a way..
Dan bisa dipastikan kondisi keuangan saya langsung merana gara-gara benda-benda yang disebut tadi.. T,T


source: jpopasia.com


And then, there's this new song; the same as.. yang ternyata dibikin buat soundtrack film Good Morning Everyone. Filmnya sih katanya tentang keluarga gitu.. Kalau mau lihat trailernya, di sini.
Gaung-gaungnya sih udah terdengar sejak akhir Agustus lalu, bahkan sudah ada spekulasi kalau ini lagu bakalan dijadiin salah satu lagu di single baru. Tapi ternyata salah. Nggak ada lagu ini di single, dan iTunes bahkan hanya memberi waktu 1 hari untuk orang-orang mendownload ini lagu. 
And the result is: geger.
Tumblr mubal. Fandom ribut. So many people crying over this song, which I find kind of normal
And me? I'd say I'm pretty calm. Nggak seperti lagu sebelumnya, lagu ini nggak bikin saya nangis. But I'm still gonna say it's great! Meskipun konsepnya mirip banget sama The Beginning (yang juga jadi soundtrack film Rurouni Kenshin), dengan hanya vocal dan piano di awal lagu, terus semakin lama musiknya semakin keras dan semakin nge-rock..
Atau karena pertama kalinya saya dengar lagu ini kondisi saya masih setengah sadar gara-gara baru bangun tidur jam 2 pagi dan mendapati temen saya ngasih link-nya buat didengerin makanya jadi nggak bisa nangis? Hmm.. Entahlah.. 
The meaning's beautiful though.. So deep. Dan mungkin semacam kompilasi curhatan si mas yang bikin  (mengingat drama keluarganya yang sangat 'wew') sama makna yang dia dapet dari filmnya.. :p

Dan ketika saya menulis ini, lagunya terputar di playlist berulang-ulang. How many times have I listened to it anyway? Too many, I guess! :)


"The shape of love is the same as your heart is,
It doesn't matter who you are..
So tell me my heart is the same as yours is.."
(OOR - the same as...)

Friday, December 14, 2012

=_=


Sore.
Hujan terlalu deras.
Angin.
Nggak ada kerjaan.
Kekenyangan.
Ngantuk.
Nggak boleh tidur.

dan akhirnya..

ngeblog..

Oke deh! Suasananya sudah mendukung banget sebuah kegiatan yang namanya tidur. Rasanya tinggal pengen narik selimut dan pulas. Bahkan minimal pengen guling-guling di lantai. Tapi diurungkan karena pasti lantai kantor kotor.
Bahkan saya yang biasanya nggak kedinginan pun sebentar-sebentar merinding gara2 hawa dingin dari segala arah. Duduk di bawah AC pula.. -_-

Dan karena ngantuk saya sudah teramat sangat akut, akhirnya memutuskan untuk ngeblog supaya kantuknya bisa teralihkan. Lagipula tandeman ngobrol via message dan sms tau2 lenyap dari radar, entah kenapa. Otomatis rasa kantuk saya jadi bertambah.
Jangan lupakan juga masuk angin yang pede-pedenya datang lagi.. *sigh*
Ada apa sih dengan saya dan masuk angin? Kok kayaknya nggak mau jauh-jauhan banget gitu?? :/

God, please.. Let it be  5 p.m. already!!! XO
*nggak santai*

Sunday, December 2, 2012

Breaking Dawn Part Two.. Surprisingly Shocking! :)


Hari Sabtu kemarin, akhirnya saya memutuskan untuk jalan gara-gara diajak sama temen saya yang kepengen banget nonton Breaking Dawn Part 2. Nggak jauh-jauh juga sih jalannya, cukup mall yang deket sama kosan aja. Yang penting nonton kan? :D

Sempet kesiangan, saya langsung bergegas mandi karena janjiannya jam setengah 12. Sarapan dengan terburu-buru, dan akhirnya memutuskan untuk langsung jalan karena saya sudah hampir telat. Dengan angkot yang sumpah-lama-banget-ditungguin-nggak-dateng-dateng, akhirnya temen saya sampai duluan di sana. Dan dengan baik hatinya teman saya mengantrikan. Antrian yang katanya cukup panjang dan ternyata masih banyak juga yang pada mau nonton Breaking Dawn meskipun ini entah sudah minggu keberapa setelah filmnya rilis di  bioskop.
Anw, setelah menemui teman saya di bioskop, kami duduk-duduk sebentar sambil saya mengatur nafas yang ngos-ngosan gara-gara lari sehabis turun dari angkot. Dan setelah itu, memutuskan untuk singgah di Gramedia sebentar sambil menunggu waktu nonton yang dijawalkan mulai jam 12.15.

Di toko buku, saya berusaha menahan diri untuk nggak beli buku, which is sesuatu banget kalau buat saya. Beneran deh saya harus mengencangkan ikat pinggang. Ngirit-sengiritnya mengingat saya sudah menghabiskan banyak banget sebulan terakhir .. T^T
Dan malah nemu satu buku yang pengen banget saya beli gara-gara tag-line-nya mengingatkan saya sama seseorang. Yang ada, saya nggak beli tapi cuma moto itu buku, ringkasan di belakangnya, dan mengirimkan fotonya ke salah seorang teman saya yang nasibnya mirip sama saya dalam hal ini. Errr.. 

Sebelum jam 12.15, kami sudah kembali lagi ke bioskopnya, berpikir bahwa sebentar lagi pasti teaternya dibuka. Dan ternyata sampai sana, masih belum dibuka. Kami dengan setia menunggu di depan teater 1 (yang jadi tempat nonton BD nanti) sambil berdiri dan ngobrol2 karena sudah kehabisan tempat duduk. Dan saya dengan polosnya berujar ke temen saya, "kenapa ya kalau nonton di sini kita selalu dapatnya teater 1, nggak pernah teater yang lain?" which is true.. :D
Semakin lama menunggu, saya merasa ada sesuatu yang aneh. Pintu teater nggak dibuka-buka dan orang yang nunggu semakin banyak padahal udah hampir jam setengah 1. Dan teman saya langsung bilang kayaknya ada masalah di dalam. Bener aja, akhirnya ada pengumuman kalau film Breaking Dawn diputer di teater 4. Yang menunggu langsung berbondong-bondong menuju ke sana, dan kami mengikuti arus.
Yang saya nggak sadar, kalimat yang dengan polosnya saya utarakan barusan, kejadian. Kami akhirnya punya kesempatan mengunjungi teater yang lain selain teater 1.. *lol*
Really, still confused of how the mind works.. :p

Dan sekarang kita beralih ke filmnya..
Personally, saya punya ekspektasi tinggi terhadap film ini. Secara Bill Condon sudah cukup membuktikan di film sebelumnya bahwa penceritaannya benar-benar sesuai dengan yang di buku. Okelah, saya memang dapat kabar kalau film ini beda dari bukunya. "Sebeda apa sih?", pikir saya waktu itu. Dan ternyata saya menemukan jawabannya.
Dari awal sampai akhir, saya bisa merasakan atmosfer bukunya yang benar-benar tergambar di film. Memang sih, di film penggambarannya tidak terlalu detil, tapi hal-hal yang penting seperti waktu si Bella senewen gara-gara Jacob meng-imprint anaknya, terus adu panco sama Emmett yang berujung si Emmett kalah, dan beberapa adegan penting yang lain bisa tergambar dengan baik. Hanya saja, detil-detil deskripsi yang dirasakan sama Renesmee terutama, yang saya rasa masih agak kurang. Gimana dia merasa posesif sama Jacob, even dari bayi, yang akhirnya bikin Bella agak gimanaa gitu. Atau waktu Renesmee ketemu sama Charlie pertama kali dan harus menahan rasa haus akan darahnya. Dan yang jelas tidak ada penggambaran tentang gimana si Alice nggak pernah bisa melihat Renesmee sama Jacob di visinya karena kromosom mereka yang berbeda dari vampir dan manusia yang pada akhirnya bikin dia sering sakit kepala dan senewen sendiri kalau deket-deket Renesmee. Justru di film beda banget. So sweet-nya Edward sebagai ayah kalau sama Renesmee juga kerasa belum maksimal. Malah kadang saya mikir dia lebih kaya mas-nya.. wkwkwk
Well, agak kurang puas dengan itu tapi nggak papa lah.. 
Dan kejutannya memang benar-benar ada di akhir film. Mmmm.. hampir menuju akhir lebih tepatnya..

Spoiler Alert!!
Kalau di buku, kita akan langsung menemukan keluarga Volturi pergi dengan damai setelah diberikan penjelasan oleh Alice.
Nah, kita nggak akan melihat itu di film.

Alice, yang datang dengan Jasper mencoba memberikan penjelasan ke Aro terkait Renesmee. Tapi tiba-tiba, Alice berseru bahwa Aro tetap tidak akan mengubah keputusannya untuk menyerang. Dan tau-tau, Alice ditahan oleh pengawal Volturi, dan hal ini membuat Carlisle maju menyerang Aro.
Ini nih, yang bikin saya kaget. Waktu mereka berdua tubrukan, tau-tau kepala Carlisle udah copoooot aja. And I'm shock! Sangat shock! Berani bener Bill Condon bikin ceritanya kayak gini?? Apa dia mau mati dikeroyok sama Twi-Hard? DX
Intinya, adegan Carlisle mati dan dibakar tadi jadi pemicu penyerangan. Seru sih.. Volturi sama vampir sekutu keluarga Cullen saling serang begitu. Bunuh-bunuhan. Dan banyak banget kepala vampir yang terpenggal. Cuma.. saya merasa semakin aneh setelah si Jasper mati juga, terus Leah juga, pokoknya karakter yang seharusnya menurut saya tidak boleh mati (T,T) tapi dimatiin di adegan perang itu.. Bahkan akhirnya 3 petinggi Volturi (Caius, Marcus, dan Aro) mati juga. "Lhah! Terus siapa yang menegakkan hukum vampir kalo Volturi mati? Kacau dong dunia vampir habis ini?", pikir saya waktu itu.

Dan benar saudara-saudara, hal itu tidak mungkin terjadi. Karena ternyata, itu semua hanyalah visi yang ditunjukkan oleh Alice ke Aro supaya Aro menghentikan niatannya untuk menyerang keluarga Cullen. Dan karena si Aro takut nasibnya seperti yang digambarkan sama si Alice di visinya tadi, Aro akhirnya nyuruh pasukan Volturi mundur.

Ngomong-ngomong, saya cukup terkesan dengan Dimitri yang matinya kok susah banget meskipun pada akhirnya bisa juga dibunuh. Dan juga waktu Jane dikejar sama Alice setelah dia dilindungi shield dari Bella. Sungguh, Jane itu bukan apa-apa tanpa kemampuannya melumpuhkan orang dengan pikiran. Ha!

Lega. Akhirnya cerita sama seperti yang di buku. Dan lega juga, si sutradara bisa bikin saya hampir jantungan dengan ceritanya yang berbeda tapi ternyata jadinya nggak berbeda. Salut!

Satu hal. Satu hal yang bikin saya amazed dari film ini adalah scoringnya..
Sumpah Carter Burwell keren banget bikin semua momen ter-captured dengan baik dengan backsound yang bikin saya merinding dari awal sampai akhir.
Di awal film, Twilight Overture bisa bikin saya bernostalgia dengan film pertama karena Bella's Lullaby-nya.. Dan introduction yang cukup simpel tapi terkesan Twilight banget dengan permainan warna dari grayscale sampe merah-item itu memang sungguh sangat sesuatu. Rasanya saya nggak bisa mengalihkan pandangan dari layar dan menikmati pemandangan bukit dan pegunungan sama tulisan nama-nama pemain (yang sebenernya biasa aja tapi entah kenapa berasa bagus).
Belum lagi waktu keluarga Cullen dkk dan Volturi berkumpul di padang salju.. Wew.. scoringnya bikin saya merinding disko dengan sound choir yang mendayu di belakang. Dan PAS banget! X)
Dan dengan demikian, official sudah, hal yang ada di pikiran saya waktu keluar dari bioskop adalah, "saya harus dapet ini score, no matter what"! And here I am, still looking for it.. *sigh*


sumber dari sini

Akting pemainnya sih masih biasa aja menurut saya. Cuma Kristen Stewart beneran sudah lebih bagus kalo menurut saya dibandingkan film-film sebelumnya (terutama di awal-awal yang kesannya datar). Mackenzie Foy manis.. Tapi masih kurang greget memerankan Renesmee yang karakternya sebenernya nggak terlalu suka ngomong. But that's fine.. 
Dan entah kenapa sampai sekarang saya masih terpesona sama Jasper.. Jackson Rathbone is way too cool.. O.O *meleleh*

Oia, yang perlu digarisbawahi adalah, Bill Condon bisa membuat saya bernostalgia dengan film-film pendahulunya. Terutama ketika dia mulai memainkan scene dengan cuplikan kata-kata yang tertulis di bukunya. Dan bagian terakhir sukaaaa banget. Saya jadi mengingat-ingat lagi perasaan saya ketika membaca ending di buku pertama kali, meresapi cerita yang baru saja saya baca. Jeez.. itu bener-bener memorable banget deh.. :)
Nggak lupa juga sang sutradara mengajak kita bernostalgia dengan cast yang sebelumnya sudah pernah ikut andil di Twilight Saga meskipun itu tokoh di film terakhir ini udah nggak ada. Let say.. tiga vampir nyebelin di buku pertama yakni James, Victoria, Laurent; bawahannya Victoria yang manis tapi kasihan yaitu si Riley yang muncul di Eclipse, dan nama-nama lain yang pernah mendukung juga meskipun udah nggak keliatan. Saya sebenernya pengen duduk sampai layar bener-bener item, nggak ada apa-apa lagi. Tapi sayang, saya harus beranjak dari sana dan keluar..
Intinya, film terakhir ini beneran seperti penutup Saga secara keseluruhan meskipun sutradaranya ganti-ganti terus. 

Worth it untuk ditonton. Terutama bagi penggemar Twilight. Menghibur, dan surprisingly, it's kinda shocking.. :)

Sesuatu yang Bisa Diceritakan


Meskipun pikiran rasanya ingin banget nulis lagi di blog, tangan saya nggak mampu mematuhi keinginan sang pikiran untuk membuat sebuah tulisan, pendek sekalipun. Jadilah, akhirnya hal-hal yang harusnya bisa saya tuliskan menjadi terlupakan. Well, intinya masih inget sih. Tapi detilnya sudah hampir saya lupakan saking lamanya. 
God, why do I have lazy hands? <- ngeles

Dan beberapa minggu ini mengalami kejadian yang cukup unforgettable, karena insiden tertentu..

Well, pas long weekend kapan itu yang mengakibatkan kantor saya libur 4 hari, hari Kamis-nya, saya dan beberapa teman memutuskan untuk mengunjungi teman saya yang baru saja melahirkan. Nggak baru-baru amat sih, sekitar 3 mingguan lah.. Dan karena kunjungan yang sudah direncanakan sebelumnya pada akhirnya nggak pernah terlaksana, saya dan beberapa teman akhirnya sepakat untuk memakai salah satu hari di long weekend buat akhirnya main ke sana. 
Rumah teman saya yang di Bekasi ternyata mampu membuat kami semua bingung. Bahkan yang pernah ke daerah situ sekalipun. Saya yang nggak tau jalan sama sekali, even area sekitar itu, duduk manis di belakang mobil (Katana) bersama salah satu teman lain dan pasrah sama nasib disetirin salah satu temen saya sambil dia nanya sama orang entah berapa kali selama perjalanan dilakukan.
Setelah berjibaku dengan arah dan tujuan (yang dicapai setelah hampir nyasar beberapa kali), akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Dan akhirnya bisa ketemu sama dede bayi-nya.. Lucuuuu~ :3

Saya sempat moto2 itu dede bayi yang hobinya tidur. Mau diangkat-angkat, digendong, dipegang-pegang, tetep aja dia nggak bangun-bangun. Rasanya pengen nguyel-uyel, tapi kasian sih, jadi saya urungkan.. :p
Dan di perjalanan pulang, just our luck.. Dari tempat temen saya, mulai ujan. Agak jauh, hujan semakin deras. Wiper sudah mulai kewalahan menyapu air yang ada di kaca depan mobil. Dan akhirnya, menuju jalan tol, sempat nggak tahu jalan juga, hujan semakin gedhe. Kali ini ditambah dengan angin. Lengkap sudah.. Kaca-kaca di mobil sudah mulai burem, nggak keliatan deh suasana di luar. Pohon-pohon juga sudah bergoyang ke sana-kemari. Bahkan air sudah setengah ban banjirnya. Ditambah lagi suara hujan yang menyentuh atap mobil di atas kami bunyinya semacam air yang menyentuh atap tenda. Tambah horor deh..
Memutuskan untuk berhenti sebanyak dua kali di pinggir jalan karena kami lebih cari safe daripada kenapa-kenapa dengan suasana yang begitu gloomy, pada akhirnya bisa pulang juga setelah hujan agak mereda. Di jalan pun, rasanya terguncang-guncang naik itu Katana, berasa kayak naik roller coaster. And guess what? Saya masuk angin (lagi).. huhuhu

Pas udah mau nyampe kantor, saya dan teman saya satu lagi memutuskan untuk mampir ke mall Kalibata dulu. Sudah lama saya mengincar buku yang saya pengen banget tapi belum jadi-jadi dibeli. Dan pada akhirnya, kenapa saya malah jadi hedon? Saya jadi mampir ke toko sepatu dan pulang bawa gembolan. Belum lagi hunting case buat HP, ganti batere jam tangan, makan di sana karena kepala saya sudah kliyengan dan saya nggak mau ambil resiko untuk pingsan di sana, dan ujung-ujungnya jajan juga.. -_-
Untungnya kebutuhan yang dibeli banyak yang jangka panjang.. Jadi saya nggak perlu takut berubah menjadi impulsive buyer..

Anw, ini buku yang udah lama banget saya incar. Mungkin sudah bertahun-tahun sejak buku pertamanya keluar. Sebenernya ada e-book-nya sih.. Tapi entah kenapa saya terlalu malas membaca yang versi bahasa Inggris. Mungkin karena itu juga bukan bahasa aslinya juga, jadi berasa agak aneh. 
Sampai sekarang saya baru baca 45 halaman, dari 600 halaman lebih yang ada.. T^T
Ini saya yang terlalu sibuk sampe nggak sempet baca atau gimana sih? Huaaaaaa~


***

Dan minggu lalu, saya diajak si bos untuk meeting sama klien terkait proyek tertentu. Memang sih, selama ini kalau ada meeting (yang berkaitan dengan klien ini) saya selalu diajak, soalnya semua proyek mereka yang meng-handle saya sama si bos. Cuma gara-gara belakangan saya ditambahin proyek yang lebih gedhe karena nggantiin temen saya, rasanya agak keteteran aja gitu klien yang satu ini. Terlebih, mereka cukup banyak membuat saya senewen karena kegejeannya dan keseringannya bikin kami pusing.
Nah, karena si bos nggak ada temen buat meeting (dikarenakan bos satunya lagi nggak bisa), saya akhirnya yang dirayu buat nemenin. Okelah..

Meeting dijadwalkan sore, sekitar jam 3. Tempat yang tadinya direncanakan di kawasan GatSu dimana kantor klien ini berada, terpaksa dipindah ke Kemang karena mereka menghindari demo buruh yang lagi ramai. Oke, antara bete karena saya nggak pernah ke sana dan nggak tau jalan serta daerah itu padahal saya harus pulang sendiri, dan juga karena jaraknya lebih jauh dari GatSu yang biasa saya lewati. Tapi ya sudahlah, pasrah akhirnya.
Bener deh. Di perjalanan ke sana, saya bingung ngeliat jalan. Beberapa kali si bos sempat ngomel ke saya tentang betapa perlunya saya jalan-jalan bisa tau tempat, daerah, sama arah. Well, saya nggak hobi sih blusukan di Jakarta, apalagi nggak ada temen. Sense of direction saya benar-benar payah. Di Jogja aja saya nggak apal jalan, apalagi di sini. Huhu
Sampai di tempatnya, di sebuah restoran yang juga Ranch Market di kawasan Kemang, kami berdua akhirnya nungguin si klien datang. Dari mulai pesen makanan saking lapernya, sampai makanan kami habis, dan isi minuman saya yang banyak banget tinggal separuh, si klien belum dateng juga. Padahal langit sudah sangat gelap dan rasanya sudah hampir maghrib padahal saat itu baru sekitar jam 4-an. Dan akhirnya, hujan angin terjadi. Saya bisa melihat pepohonan di luar restoran bergoyang ria kesana-kemari. Lampu restoran juga udah nyala semua dan mengakibatkan suasana remang-remang gimanaa gitu. Romantis sih, tapi please deh.. -_-

Spaghetti bolognaise yang saya pesan di sana.. Yumm.. :a



Akhirnya, demi mencegah kengantukan yang sangat akut, dan saya pun sudah berujar pengen tidur dulu sambil nungguin si klien, si bos memberikan iPad-nya buat mainan saya selama menunggu. Akhirnya browsing-browsing. Dan jam 4 lebih, si klien baru datang. Itu pun baru satu. Walhasil harus nunggu satu orangnya lagi yang janji mau nemenin Ibuknya yang itu. Nunggu sambil membiarkannya memesan makanan, bos saya malah jadinya dicurhatin. 

Pulang dari resto, sudah jam 6-an lebih. Si bos mau ke salon dulu katanya. Dan saya harus pulang sendiri naik taksi. Tapi kenyataannya, di luar suasana hectic banget. Nggak ada taksi kosong, banjir pula. Akhirnya saya didaulat untuk ikutan ke salon sambil sekalian nyari taksi di jalan. Kalau perlu cari taksinya di depan salon katanya. Well, it's so hard to get a taxi, terutama di Jakarta, kalo pas hujan dan banjir pula. Di sepanjang perjalanan menuju salon, kami cuma melihat taksi yang sudah ada penumpangnya. Nemu satu taksi yang kosong dan berhenti di pinggir jalan, akhirnya si bos meminta supirnya buat nanyain sama si supir taksi terkait apakah bapaknya bersedia membawa saya pulang (ke kosan saya lho ya..), ternyata bapaknya lagi ngopi dan menolak. Jadilah saya akhirnya harus menunggu di ruang tunggu salon sambil supir si bos kembali berusaha nyariin taksi di pinggir jalan sambil berhujan-hujan ria.
Dan sekitar 15 menit kemudian, si bapak menemui saya dan bilang kalau taksinya udah dapet. Saya langsung bergegas keluar, bahkan nggak sempet pamitan sama si bos yang di dalam lagi potong rambut. And guess what? Itu taksi ternyata taksi yang sama yang distop di pinggir jalan dalam perjalanan ke salon tadi. Dan ujung-ujungnya, again, saya dicurhatin masalah kerjaannya sama si bapak supir taksi. Oh my, apakah muka saya semacam ada tulisan "silahkan curhat"? -_- Padahal di dalam taksi saya nahan sakit perut gara-gara kedinginan (karena nungguin lama banget di dalam restoran yang dingin, plus di taxi dinginnya juga menggila padahal udah pake blazer), dan positif sudah, saya masuk angin (LAGI!). Argh! T^T

Well, dan sekarang saya sudah kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Rutinitas yang membuat setiap hari Senin saya selalu berharap hari itu sudah hari Jumat karena terlalu bosannya, dan juga karena saya nggak sabar pengen weekend-an di kosan, doing nothing (eh, not really) dan bersantai sesukanya tanpa diribetin masalah kerjaan..
Dan saya (masih) berharap bisa libur panjang suatu hari nanti.. *fingers crossed*