Sunday, December 2, 2012

Breaking Dawn Part Two.. Surprisingly Shocking! :)


Hari Sabtu kemarin, akhirnya saya memutuskan untuk jalan gara-gara diajak sama temen saya yang kepengen banget nonton Breaking Dawn Part 2. Nggak jauh-jauh juga sih jalannya, cukup mall yang deket sama kosan aja. Yang penting nonton kan? :D

Sempet kesiangan, saya langsung bergegas mandi karena janjiannya jam setengah 12. Sarapan dengan terburu-buru, dan akhirnya memutuskan untuk langsung jalan karena saya sudah hampir telat. Dengan angkot yang sumpah-lama-banget-ditungguin-nggak-dateng-dateng, akhirnya temen saya sampai duluan di sana. Dan dengan baik hatinya teman saya mengantrikan. Antrian yang katanya cukup panjang dan ternyata masih banyak juga yang pada mau nonton Breaking Dawn meskipun ini entah sudah minggu keberapa setelah filmnya rilis di  bioskop.
Anw, setelah menemui teman saya di bioskop, kami duduk-duduk sebentar sambil saya mengatur nafas yang ngos-ngosan gara-gara lari sehabis turun dari angkot. Dan setelah itu, memutuskan untuk singgah di Gramedia sebentar sambil menunggu waktu nonton yang dijawalkan mulai jam 12.15.

Di toko buku, saya berusaha menahan diri untuk nggak beli buku, which is sesuatu banget kalau buat saya. Beneran deh saya harus mengencangkan ikat pinggang. Ngirit-sengiritnya mengingat saya sudah menghabiskan banyak banget sebulan terakhir .. T^T
Dan malah nemu satu buku yang pengen banget saya beli gara-gara tag-line-nya mengingatkan saya sama seseorang. Yang ada, saya nggak beli tapi cuma moto itu buku, ringkasan di belakangnya, dan mengirimkan fotonya ke salah seorang teman saya yang nasibnya mirip sama saya dalam hal ini. Errr.. 

Sebelum jam 12.15, kami sudah kembali lagi ke bioskopnya, berpikir bahwa sebentar lagi pasti teaternya dibuka. Dan ternyata sampai sana, masih belum dibuka. Kami dengan setia menunggu di depan teater 1 (yang jadi tempat nonton BD nanti) sambil berdiri dan ngobrol2 karena sudah kehabisan tempat duduk. Dan saya dengan polosnya berujar ke temen saya, "kenapa ya kalau nonton di sini kita selalu dapatnya teater 1, nggak pernah teater yang lain?" which is true.. :D
Semakin lama menunggu, saya merasa ada sesuatu yang aneh. Pintu teater nggak dibuka-buka dan orang yang nunggu semakin banyak padahal udah hampir jam setengah 1. Dan teman saya langsung bilang kayaknya ada masalah di dalam. Bener aja, akhirnya ada pengumuman kalau film Breaking Dawn diputer di teater 4. Yang menunggu langsung berbondong-bondong menuju ke sana, dan kami mengikuti arus.
Yang saya nggak sadar, kalimat yang dengan polosnya saya utarakan barusan, kejadian. Kami akhirnya punya kesempatan mengunjungi teater yang lain selain teater 1.. *lol*
Really, still confused of how the mind works.. :p

Dan sekarang kita beralih ke filmnya..
Personally, saya punya ekspektasi tinggi terhadap film ini. Secara Bill Condon sudah cukup membuktikan di film sebelumnya bahwa penceritaannya benar-benar sesuai dengan yang di buku. Okelah, saya memang dapat kabar kalau film ini beda dari bukunya. "Sebeda apa sih?", pikir saya waktu itu. Dan ternyata saya menemukan jawabannya.
Dari awal sampai akhir, saya bisa merasakan atmosfer bukunya yang benar-benar tergambar di film. Memang sih, di film penggambarannya tidak terlalu detil, tapi hal-hal yang penting seperti waktu si Bella senewen gara-gara Jacob meng-imprint anaknya, terus adu panco sama Emmett yang berujung si Emmett kalah, dan beberapa adegan penting yang lain bisa tergambar dengan baik. Hanya saja, detil-detil deskripsi yang dirasakan sama Renesmee terutama, yang saya rasa masih agak kurang. Gimana dia merasa posesif sama Jacob, even dari bayi, yang akhirnya bikin Bella agak gimanaa gitu. Atau waktu Renesmee ketemu sama Charlie pertama kali dan harus menahan rasa haus akan darahnya. Dan yang jelas tidak ada penggambaran tentang gimana si Alice nggak pernah bisa melihat Renesmee sama Jacob di visinya karena kromosom mereka yang berbeda dari vampir dan manusia yang pada akhirnya bikin dia sering sakit kepala dan senewen sendiri kalau deket-deket Renesmee. Justru di film beda banget. So sweet-nya Edward sebagai ayah kalau sama Renesmee juga kerasa belum maksimal. Malah kadang saya mikir dia lebih kaya mas-nya.. wkwkwk
Well, agak kurang puas dengan itu tapi nggak papa lah.. 
Dan kejutannya memang benar-benar ada di akhir film. Mmmm.. hampir menuju akhir lebih tepatnya..

Spoiler Alert!!
Kalau di buku, kita akan langsung menemukan keluarga Volturi pergi dengan damai setelah diberikan penjelasan oleh Alice.
Nah, kita nggak akan melihat itu di film.

Alice, yang datang dengan Jasper mencoba memberikan penjelasan ke Aro terkait Renesmee. Tapi tiba-tiba, Alice berseru bahwa Aro tetap tidak akan mengubah keputusannya untuk menyerang. Dan tau-tau, Alice ditahan oleh pengawal Volturi, dan hal ini membuat Carlisle maju menyerang Aro.
Ini nih, yang bikin saya kaget. Waktu mereka berdua tubrukan, tau-tau kepala Carlisle udah copoooot aja. And I'm shock! Sangat shock! Berani bener Bill Condon bikin ceritanya kayak gini?? Apa dia mau mati dikeroyok sama Twi-Hard? DX
Intinya, adegan Carlisle mati dan dibakar tadi jadi pemicu penyerangan. Seru sih.. Volturi sama vampir sekutu keluarga Cullen saling serang begitu. Bunuh-bunuhan. Dan banyak banget kepala vampir yang terpenggal. Cuma.. saya merasa semakin aneh setelah si Jasper mati juga, terus Leah juga, pokoknya karakter yang seharusnya menurut saya tidak boleh mati (T,T) tapi dimatiin di adegan perang itu.. Bahkan akhirnya 3 petinggi Volturi (Caius, Marcus, dan Aro) mati juga. "Lhah! Terus siapa yang menegakkan hukum vampir kalo Volturi mati? Kacau dong dunia vampir habis ini?", pikir saya waktu itu.

Dan benar saudara-saudara, hal itu tidak mungkin terjadi. Karena ternyata, itu semua hanyalah visi yang ditunjukkan oleh Alice ke Aro supaya Aro menghentikan niatannya untuk menyerang keluarga Cullen. Dan karena si Aro takut nasibnya seperti yang digambarkan sama si Alice di visinya tadi, Aro akhirnya nyuruh pasukan Volturi mundur.

Ngomong-ngomong, saya cukup terkesan dengan Dimitri yang matinya kok susah banget meskipun pada akhirnya bisa juga dibunuh. Dan juga waktu Jane dikejar sama Alice setelah dia dilindungi shield dari Bella. Sungguh, Jane itu bukan apa-apa tanpa kemampuannya melumpuhkan orang dengan pikiran. Ha!

Lega. Akhirnya cerita sama seperti yang di buku. Dan lega juga, si sutradara bisa bikin saya hampir jantungan dengan ceritanya yang berbeda tapi ternyata jadinya nggak berbeda. Salut!

Satu hal. Satu hal yang bikin saya amazed dari film ini adalah scoringnya..
Sumpah Carter Burwell keren banget bikin semua momen ter-captured dengan baik dengan backsound yang bikin saya merinding dari awal sampai akhir.
Di awal film, Twilight Overture bisa bikin saya bernostalgia dengan film pertama karena Bella's Lullaby-nya.. Dan introduction yang cukup simpel tapi terkesan Twilight banget dengan permainan warna dari grayscale sampe merah-item itu memang sungguh sangat sesuatu. Rasanya saya nggak bisa mengalihkan pandangan dari layar dan menikmati pemandangan bukit dan pegunungan sama tulisan nama-nama pemain (yang sebenernya biasa aja tapi entah kenapa berasa bagus).
Belum lagi waktu keluarga Cullen dkk dan Volturi berkumpul di padang salju.. Wew.. scoringnya bikin saya merinding disko dengan sound choir yang mendayu di belakang. Dan PAS banget! X)
Dan dengan demikian, official sudah, hal yang ada di pikiran saya waktu keluar dari bioskop adalah, "saya harus dapet ini score, no matter what"! And here I am, still looking for it.. *sigh*


sumber dari sini

Akting pemainnya sih masih biasa aja menurut saya. Cuma Kristen Stewart beneran sudah lebih bagus kalo menurut saya dibandingkan film-film sebelumnya (terutama di awal-awal yang kesannya datar). Mackenzie Foy manis.. Tapi masih kurang greget memerankan Renesmee yang karakternya sebenernya nggak terlalu suka ngomong. But that's fine.. 
Dan entah kenapa sampai sekarang saya masih terpesona sama Jasper.. Jackson Rathbone is way too cool.. O.O *meleleh*

Oia, yang perlu digarisbawahi adalah, Bill Condon bisa membuat saya bernostalgia dengan film-film pendahulunya. Terutama ketika dia mulai memainkan scene dengan cuplikan kata-kata yang tertulis di bukunya. Dan bagian terakhir sukaaaa banget. Saya jadi mengingat-ingat lagi perasaan saya ketika membaca ending di buku pertama kali, meresapi cerita yang baru saja saya baca. Jeez.. itu bener-bener memorable banget deh.. :)
Nggak lupa juga sang sutradara mengajak kita bernostalgia dengan cast yang sebelumnya sudah pernah ikut andil di Twilight Saga meskipun itu tokoh di film terakhir ini udah nggak ada. Let say.. tiga vampir nyebelin di buku pertama yakni James, Victoria, Laurent; bawahannya Victoria yang manis tapi kasihan yaitu si Riley yang muncul di Eclipse, dan nama-nama lain yang pernah mendukung juga meskipun udah nggak keliatan. Saya sebenernya pengen duduk sampai layar bener-bener item, nggak ada apa-apa lagi. Tapi sayang, saya harus beranjak dari sana dan keluar..
Intinya, film terakhir ini beneran seperti penutup Saga secara keseluruhan meskipun sutradaranya ganti-ganti terus. 

Worth it untuk ditonton. Terutama bagi penggemar Twilight. Menghibur, dan surprisingly, it's kinda shocking.. :)

2 comments:

  1. Masih belum sempat nonton... Habisnya antriannya masih panjang aja.. T_T

    ReplyDelete
  2. *pukpuk Tanti*
    Cup cup.. Bentar lagi nonton gih~ :D
    Tapi nggak seru deh kalo Tanti udah tau ceritanya.. :/

    ReplyDelete