Thursday, February 17, 2011

Skripsi, Oh.. Skripsi

Akhirnya tahap 'belajar' untuk sementara ini sudah mendekati garis akhir. Dari yang awalnya ribut memikirkan tema dan rancangan, sampai pusing menuliskan pembahasan, dan akhirnya mikir bikin kesimpulan (dan revisi). Memang belum bisa dikatakan 'menang' karena 'cobaan' yang sesungguhnya memang belum saya lewati. Namun setidaknya saya sudah bisa sedikit bernapas lega. Setidaknya kekhawatiran saat ini sudah jauh berkurang dibandingkan pemikiran-pemikiran negatif yang dulu selalu datang hampir setiap waktu.

Apa yang saya bicarakan?
Yup! Ujian! I'm talking about 'the real final exam'. Bukan cuma ujian tentang materi yang dihafalkan beberapa hari sebelumnya, bukan pula ujian open book yang hanya menuntut kesiapan materi secara lengkap. Ujian ini ujian yang membutuhkan usaha dan doa yang ekstra. Ujian yang ini menuntut saya untuk mempertahankan apa yang saya kerjakan satu semester terakhir (sebingung apapun sebenarnya yang saya rasakan sama materinya). Well, say the magic word: skripsi!!

Mendekati 'ujian akhir', saya jadi berpikir lebih mengenai apa yang akan saya lakukan di masa mendatang. Sesuai dengan apa yang pernah saya tuliskan di essay saya dulu, saya selalu bertanya-tanya, will I get a job after graduation? Cari kerja mau nggak mau adalah satu hal yang mesti dilakukan kalo saya mau nabung biaya kuliah (lagi). Dan kesan pertama saya mengikuti Job Fair adalah, cari kerja itu susah, ribet, capek, belum lagi suasana hectic yang ditawarkan. Semua orang seakan-akan minta kerjaan. Semua unemployment tumpah di satu momen, berdesakan, dan ribut. Dan yang saya rasakan waktu itu, saya kapok.
Bukan kapok cari kerjaan, tapi lebih kapok dengan suasana yang saya lihat waktu itu. I'm not really a 'crowd' person. Saya tidak nyaman dengan keramaian dan kebisingan. Saya paling suka melakukan sesuatu dengan diam. Pikiran pertama saya waktu itu: "Mampus kalo tiap cari kerja selalu kayak gini". Yang ada sebelum maju udah patah arang duluan.

Meski begitu, saya harus tetap berjuang! Demi mendapatkan 'kenyamanan' di akhir cerita, dalam prosesnya saya harus rela berdarah-darah. Melakukan hal-hal yang nggak saya sukai untuk kemenangan di akhirnya. Sounds like fairytale, huh? But yes. Our life is our fairytale. Kita sendiri yang menulis kisahnya, kita sendiri yang menentukan takdirnya. Mau happy ending atau sad ending adalah pilihan kita. And for me, though I kinda like sad-ending story for books, I'd love to see my life in a happy ending. Dan saya sadar jalannya akan berkelok-kelok dan berbatu-batu sebelum pada akhirnya saya sampai di jalan bebas hambatan yang beraspal.

Tapi untuk mencapai itu, saya perlu menjalani langkah (hampir) terakhir ini. Langkah yang sebenarnya selalu dibilang tidak siap untuk dilakukan, langkah yang katanya adalah masa-masa living hell, atau langkah yang mau nggak mau harus dijalani kalo mau dapat gelar. And right now, I'm on my way there.

Things to do: Minta restu dari siapa pun. Berharap diberikan yang terbaik. Dan, belajar!!! :D

Come on, Ping! You can do it!! ^^

No comments:

Post a Comment