Beberapa waktu yang lalu, saya sempat diajak oleh bos saya
untuk jadi volunteer seleksi program
AFS (American Field Study) di Karawang. Bagi yang belum tahu AFS itu apa, itu lho.. yang waktu kelas 1 atau 2 SMA mungkin ada teman yang menghabiskan waktu sekitar 1 tahun untuk exchange ke luar negeri. Nah, pas ditawarin untuk jadi volunteer seleksi, well, okelah. Karena
waktu itu saya cukup nggak enak untuk menolak dan kebetulan juga cukup penasaran
prosesnya seperti apa, akhirnya saya terima tawaran tersebut. FYI, si bos ini
aktif sekali di program AFS, bahkan kadang kesibukan kantor ikut diriweuhkan
sama kesibukannya di program ini. Apalagi ditambah anaknya salah satu Returnee yang dulu sempat pertukaran ke Italy selama sekitar 1 tahun.
Nah, di program seleksi ini, saya didaulat menjadi interviewer untuk menggali kepribadian si bocah-bocah yang lulus
seleksi tahap pertama. Well, mungkin
karena dasarnya saya sudah biasa interview
orang makanya sama si bos saya diajakin juga. Beberapa teman dari kantor juga
diajak sih.. Dan nantinya, di bulan Juni, saya juga diminta menjadi observer untuk seleksi Dinamika
Kelompok. Oke, kalau yang ini mungkin karena saya sudah sangat biasa, sampai
eneg sepertinya, mantengin simulasi Grup Diskusi melulu… -_-
Nah, akhirnya kemarin, setelah bingung-bingung gimana saya
mau ke Karawang hari Minggu-nya karena bagaimanapun panitia harus ngumpul jam 8
pagi sedangkan saya ada di Pancoran yang nun jauh di sana. Mau berangkat jam
berapa saya? Belum transportnya yang nggak jelas mau naik apa.
Akhirnya, permintaan si bos adalah, nginep aja di rumahnya di Bekasi. Well, sempat sih awalnya ragu, dan males
tentunya. Karena saya sangat begitu nyamannya menghabiskan waktu di kosan,
ngerjain hal-hal yang saya senengin. Tapi, setelah dipertambangkan dan
memikirkan jauhnya, saya akhirnya terima juga tawaran si bos. Dan Sabtu malam,
saya diantar ke Bekasi oleh salah satu karyawan di kantor yang sudah sering
bolak-balik ke bekasi (ke rumah yang dituju). Dan akhirnya juga, hari ini saya
mengalaminya; interview calon
anak-anak peserta AFS. Dalam prosesnya sendiri, masing-masing interviewer dipasangkan dengan salah satu interviewer lain. Sebenarnya ada dua jenis interview sih tadi; kepribadian dan bahasa Inggris. Tapi saya dapat jatah interview kepribadian. Yang Bahasa Inggris biarlah para Returnee saja yang menghandle.. wkwkwk
Gimana rasanya?
Seru juga. I mean, setiap kali
melihat mereka, saya sebenarnya jadi semacam refleksi masa-masa SMA dulu waktu
saya mupeng banget ingin ikut program ini tapi masih belum punya nyali. Sumpah
saya dulu cemen banget deh anaknya. Krisis PD saya bisa dibilang parah. Setiap
mau ikut sesuatu, pikirannya selalu negatif duluan. Bahkan kalau nggak ada
temennya nggak mau. Tapi saya bersyukur pada akhirnya memilih masuk psikologi
dan memperbaiki diri pelan-pelan. Meskipun ada rasa penyesalan, tapi apa mau
dikata. Sudah terlanjur.. <- eh, kok malah jadi curhat?
Anw, waktu saya pertama kali ngomong sama anak-anaknya, errrr.. sumpah! Mereka lucu-lucu banget! X) Dan layaknya proses seleksi pada umumnya, saya pernah mendapatkan anak yang diinterview sangat stand-out sekali, tapi ada juga yang terlalu cupu dan bahkan saya heran kenapa dia bisa lolos tahap seleksi ini. Mendengar jawaban-jawaban mereka juga terkadang rasanya pengen ketawa sendiri. Disamping mereka masih polos, saya juga jadi membayangkan apa jawaban saya kalau saya seumur mereka dulu dan ditanyai pertanyaan yang sama. Apakah saya juga akan membuat interviewer saya ngakak dalam hati? Atau saya justru malah bakalan bikin mereka geleng-geleng saking bingungnya?
Anw, waktu saya pertama kali ngomong sama anak-anaknya, errrr.. sumpah! Mereka lucu-lucu banget! X) Dan layaknya proses seleksi pada umumnya, saya pernah mendapatkan anak yang diinterview sangat stand-out sekali, tapi ada juga yang terlalu cupu dan bahkan saya heran kenapa dia bisa lolos tahap seleksi ini. Mendengar jawaban-jawaban mereka juga terkadang rasanya pengen ketawa sendiri. Disamping mereka masih polos, saya juga jadi membayangkan apa jawaban saya kalau saya seumur mereka dulu dan ditanyai pertanyaan yang sama. Apakah saya juga akan membuat interviewer saya ngakak dalam hati? Atau saya justru malah bakalan bikin mereka geleng-geleng saking bingungnya?
Yang pasti, dengan kebiasaan interview
kandidat employee suatu perusahaan
dan sekarang diharuskan interview anak SMA yang rata-rata masih 15-16 tahun,
ekspektasi saya harus sedikit diturunkan. Mungkin yang biasanya dengan jawaban
atau attitude tertentu saya bakalan
kasih skor 2, di sini saya harus lebih bermurah hati untuk memberikan skor 3
(atau lebih). Kagok sih awalnya, apalagi kalau anak-anaknya ada yang abstrak
sekali. Tapi lama-lama menyenangkan juga. Terutama kalau mereka malah jadi
curhat.. :D
Yang jelas, pengalaman ini jadi hal yang baru dan cukup
menarik buat saya. Meskipun saya harus rela tidur 4 jam saja gara-gara harus ke
sana pagi-pagi, berpanas-panas ria di ruang kelas yang AC-nya abal-abal karena
nggak kerasa dingin sama sekali, sampai pulangnya harus nahan pening di mobil,
masuk angin, dan bahkan kehujanan pas dijemput balik ke kosan. But yeah.. I enjoyed it. Seenggaknya
saya jadi tahu besok anak saya kalo ikut-ikut program kayak gini harus nyiapin
apa aja.. :3
Eh, kejauhan ya? Baiklah. Besok kalau saya cari beasiswa setidaknya saya harus
tahu mau nyiapin apa.. <- maksa
No comments:
Post a Comment