Keputusan untuk menonton Bon Jovi tanggal 11 September ini langsung terbesit di kepala
setelah saya liat iklannya di internet. Bayangan Jon Bon Jovi bikin saya jadi
semangat dan niat nonton. Dan akhirnya, setelah berhasil mempengaruhi teman
saya untuk nonton, kami rencanakan pembelian tiketnya pada hari-H penjualannya
dimulai.
Agak susah sih waktu itu nyarinya. Karena
ternyata dari opsi penjual tiket resminya, tidak ada nama supplier tiket yang sudah biasa saya pakai jasanya. Akhirnya,
setelah kami berdua bahu-membahu dan saling memberikan informasi, dapatlah info
yang lebih lengkap termasuk harga akhir tiket setelah pajak. And who knows it would be much more
expensive than I thought? -_- Pajak tiket yang biasanya cuma 10% naik jadi
15%. Tapi sudahlah.. demi Om Jon dkk.
Sebenarnya selain pengen liat frontman-nya ini, saya juga pengen
banget liat Richie Sambora. Dari dulu dua orang ini merupakan definisi pribadi
saya untuk bromance di panggung.
Nggak tau kenapa, mereka keliatan klop banget kalau sudah beraksi. Bahkan ada
kesan inseparable. Lha kok, setelah
saya sudah dapat tiket, saya malah baru tahu kalau Om Richie sudah mundur dari band ini. Pupus deh harapan saya lihat bromance mereka di panggung. Hiks..
Anyway,
mumpung masih agak fresh di kepala,
saya akan coba jabarkan apa yang terjadi selama konser. Mungkin biar lebih
beralur, saya ceritakan dari awal saya berangkat.
Jadi, saya berangkat dari kosan sekitar
jam 3. Niatnya. Tapi apa daya harus mundur karena berkali-kali saya coba order Go-jek, eh.. nggak dapet-dapet
sinyalnya. Padahal saya sampai keluar rumah dan ngangkat-ngangkat hape di
pinggir jalan kayak orang nggak jelas, berharap koneksi ada. Setelah setengah
jam berlalu tanpa hasil, akhirnya saya memutuskan naik taksi. Pertimbangannya
adalah karena pintu/gate masuk yang
saya tuju belum pernah saya masuki sebelumnya. Kan kalau naksi dan driver-nya nggak tau ada GPS yang bisa
membantu. Oh, fyi, karena konser ini
penontonnya banyak pake banget-banget, jadi ada pembagian pintu masuk untuk
pemegang tiket. Kebetulan saya waktu itu beli tiketnya di posisi Lower Tribune Left (LTL), jadi saya
masuknya lewat Pintu Utara, yang deket sama TVRI. Pas nyari taksi pun
sebenernya susah banget. Dan ketika dapat, meskipun armadanya bukan yang biasa
saya naikin dan bukan favorit saya, saya relakan saja karena sudah sangat
mepet. Untungnya masnya orangnya sangat ramah. Dan ketika saya bilang saya mau
ke GBK, dia langsung nodong dan nanya apa saya mau nonton Bon Jovi. Wkwk
Anyway,
saya nggak tau kenapa tapi sejauh ini, banyak banget orang yang kalau saya ajak
ngobrol atau sebaliknya, mereka ada tendensi untuk curhat, termasuk driver yang nganterin saya ini. Setelah
saya ditanya-tanyain sama dia dan dia tau kalau saya lulusan psikologi, saya
langsung dicurhatin tentang masalah dengan mantan kekasihnya. Sempet mbatin
kenapa ujug-ujug jadi curcol begitu,
dan saya sempat niat bilang ke masnya, karena saya udah buka sesi konseling
gratis ke dia, harusnya taksinya digratisin. Tapi apa daya.. nggak tega.
*sighs*
Dan benar saja, jalanan udah mulai macet,
terutama yang ke arah Senayan. Untungnya masnya jago cari jalan, termasuk lebih
banyak nyari yang arah arus sebaliknya supaya nggak terlalu macet. Jadilah jam
4-an saya sudah di lokasi. Dan sebelum turun, sempat-sempatnya si supir taksi
ini bilang supaya salamnya disampaikan ke Bon Jovi dan kalau boleh minta
rekamannya aja. Halah..
Pas turun dari taksi dan mau nyebrang pun
susah karena mobil-mobil sudah pada antri masuk dan jalanan padat sekali. Dan
sampai lokasi, sudah banyak orang yang mau nonton dan bahkan dimana-mana banyak
sekali yang jualan merch berbau Bon
Jovi (KW pastinya), mulai dari kaos dengan tulisan macem-macem (termasuk ada
yang bergambar sablonan foto personilnya), syal, masker, sampai kipas yang ada
logo Bon Jovi di satu sisi dan di sisi lainnya ada gambarnya om Jon waktu masih
muda. Cakep banget beneran! *salah fokus* Kadang kalau liat pengen beli sih,
cuma untungnya kemarin saya masih bisa berpikir rasional dan menahan keinginan impulsif
itu, terutama karena saya bukan fans fanatik yang harus punya merchandise dan segala macamnya.
Kalaupun mau beli, rasanya lebih baik membeli yang asli (tapi akhirnya nggak
jadi juga sih.. :p).
Karena saya masih harus menunggu teman
saya sampai, saya pilih satu spot di
pojokan sebelum gerbang masuk area stadion utama dan menunggu di situ. Bisa
dibilang itu semacam tempat nongkrong dan banyak juga orang jualan. Tapi
minusnya adalah.. dimana-mana orang pada
ngerokok (jeleknya show yang
disponsori rokok juga nih), jadi mau madep kanan, kiri, depan, apa belakang,
selalu aja ada asap rokok yang melayang ke muka saya. Dan orang-orang ini bukan
orang-orang sensitif yang saya batuk-batuk dikit mereka langsung ngerasa.
Saking parahnya, malah ada yang menghembuskan asap rokoknya ke muka saya.
Woalah, pak.. Kalau mau mati ya silahkan, tapi nggak usah ajak-ajak, please.. -..-
Dan dari informasi teman saya jalanan
sangat macet, terutama yang ke arah Senayan (stuck banget!), sampai-sampai jam 5 lebih dia belum sampai juga.
Bahkan katanya tukang ojek yang nganterin dia pun sampai kehabisan bensin
saking macetnya. Ckck. Saya sendiri udah kayak cacing kena garam yang semakin
sore semakin gelisah karena sudah banyak orang yang masuk gerbang menuju stadion
dan ngantri ke dalam. I mean, saya
pengen banget dapat spot yang bagus, tapi mau nggak mau harus nunggu karena nggak
asik juga kalau nanti saya harus menghabiskan waktu sendirian selama konser.
Cengok banget kayaknya, jadi ya dibela-belain nunggu, biar ada temennya.
Setelah teman saya sampai, kami langsung
menuju gate untuk masuk area stadion.
Bisa dibilang penjagaan ketat. Bahkan sebelum masuk, kami benar-benar diperiksa
bawa makanan sama minuman apa enggak. Karena di tas saya ada dua buah roti dan
sebotol air mineral, kami akhirnya memutuskan untuk makan dulu (sambil ngisi
perut ceritanya) dan menghabiskan minum sebelum masuk. Setelah lolos, tiket
kami di-scan barcode-nya, untuk ngecek apakah sudah ada yang menggunakan kode
itu. Baru saya tau pas sampai rumah kalau ternyata banyak banget kasus tiket
palsu dan barcode yang tidak
terdeteksi keasliannya. Bahkan kerugiannya bisa sampai 450 juta dan pake acara
njebolin gerbang juga gara-gara mereka nggak boleh masuk. Hmm.. Ada-ada aja
ya..
Di dalam pun, line antriannya banyak. Kami harus memastikan berkali-kali kalau
kami antri di tempat yang benar. Untungnya antrian untuk LTL tidak sepanjang
antrian Festival. Jadi kami langsung lari nyari spot duduk yang oke. Pas masuk area tribun, kami agak shock karena kami ternyata dapatnya yang
bener-bener di area kiri (padahalnya ngarepnya yang masih agak di tengah).
Apalagi di bagian depan tribun yang ini, pandangan kami tertutup teralis besi
yang cukup annoying. Kami sempat melirik
ke arah tribun sebelah kanan kami yang sudah hampir penuh, dan karena penasaran
kami tanya apa itu masih area LTL atau sudah VIP. Dan jawabannya ternyata LTL.
Akhirnya kami minta masnya yang kami tanya supaya nge-tag-in tempat buat kami dan kami langsung lari keluar dari area
yang itu dan masuk area sebelah demi mendapatkan spot oke. Worth it banget
tapi. Viewnya lebih mendingan daripada yang sebelumnya.
Konser dimulai jam 7 malam. Penyanyi
pembukanya adalah Sam Tsui. Saya sebenernya belum pernah denger nama Sam Tsui
sebelum ini. Tapi kata temen saya, dia ini basically
adalah YouTuber yang banyak meng-cover lagu-lagu populer dan sudah punya
album sendiri juga. Saya sih berharap sebenarnya dia banyak nyanyiin lagu cover-an aja biar saya bisa sing-along. Tapi apa daya, si Sam
ternyata banyak menyanyikan lagunya sendiri. Jadi saya akhirnya cuma bisa
goyang-goyang sambil ngikutin beat.
Suaranya sih oke juga, dan penampilannya bikin saya inget sama Adam Lambert. Tapi
karena saya bukan penggemar genre music
yang dia nyanyikan ya jadinya buat saya masih biasa aja. Setelah sekitar 45 menit,
sesi Sam Tsui selesai. Setelah itu, tiba-tiba terdengar suara Judika
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Semua penonton langsung berdiri dan ikut menyanyi
dengan khidmat.
Setelah lagu Indonesia Raya selesai
dinyanyikan, crew-crewnya Bon Jovi
langsung pada keluar dan ngangkut-ngangkutin barang (Mulai dari gitar, drums, sound system, segala macem lah. Sampai soundcheck juga) diiringi backsound
lagu rock jaman dulu yang saya juga
nggak tau itu yang nyanyi siapa. Tapi mas di belakang saya ikut nyanyi-nyanyi sih,
jadi mungkin saya yang nggak gaul. Cukup lama kami nungguin, sampai berasa
ngantuk karena nggak mulai-mulai. Dan akhirnya, hampir setengah 9, lighting di panggung berubah warna
menjadi biru dan sorak penonton pecah. Ya, konsernya dimulai.
Tidak ada instrumental pembuka
sebelum dimulai. Tau-tau suara Om Jon terdengar dan mukanya terpampang di
layar. Saya dan teman saya langsung jejeritan dan tak henti-hentinya kami
nyebut karena memang sumpah, dia cakep sekali! O.O *memang kami salah fokus kadang-kadang
tapi ya mau gimana lagi* Sound system-nya
mantep banget! Suaranya sangat menggelegar dan atmosfer-nya masya Allah banget.
Pokoknya perfect deh ah.
Lagu pembukanya adalah That’s What the Water Made Me. Lalu
langsung diikuti Who Says You Can’t Go
Home sama Lost Highway sebelum
akhirnya Om Jon nyapa penonton pakai bahasa Indonesia. Btw, rambutnya si om terlihat sudah semakin memutih. Ya iya sih,
umurnya aja udah 53 tahun. Tapi nggak papa Om, saya tetap cinta padamu..
*kenapa jadi labil begini? -_- *
Anyway,
saya harus jujur kalau saya nggak 100% hafal semua lagu yang dinyanyikan di
konser ini. Dari total 20 lagu, mostly
saya tau, tapi ya kadang tau liriknya kadang enggak. Tapi masih bisa enjoy sih. Dan bisa dibilang saya salah
satu orang yang paling heboh di barisan saya. Orang-orang di sebelah, belakang,
dan depan saya persis sangat anteng. Sepanjang show mereka duduk (meskipun kalo teriak tetap dilakukan). Dan di
beberapa lagu, biasanya setelah dengar intro dan sadar kalau lagu yang dimainin
adalah lagu favorit saya, saya bakal langsung berdiri dan tepuk tangan,
ngangkat tangan, atau jingkrak-jingkrak sepuasnya. Pokoknya heboh banget. Nggak
tau deh penonton belakang saya keganggu apa enggak. Semoga enggak sih ya.. Ini
kan konser. Having fun is a must! :p
Oh iya, di awal konser, saya sempet ditakut-takutin
sama temen saya. Intinya, dia bilang kalau kemungkinan salah satu lagu yang
saya sukai (Because We Can) nggak
akan dimainin karena kurang populer dibandingin yang lain. Apalagi itu termasuk
lagu baru. Saya sih sempat nggak rela dan berharap bisa dengerin lagu itu live. Tapi lama-lama agak pupus
harapannya, terutama karena beberapa lagu yang populer pun nggak dimainkan.
Tapi pas di lagu entah ke berapa (saya lupa) mereka memainkan intronya, dan
seketika saya langsung jejeritan kayak orang gila karena seneng banget lagunya
dimainin. Sebelah saya sampai kaget kayaknya. Dan sudah bisa ditebak, saya yang
paling semangat nyanyinya.. =D
Suara Om Jon powerful banget. Dari awal
sampai akhir nggak terdengar berubah. Mungkin karena sudah biasa manggung dengan
durasi lama berpuluh-puluh tahun lamanya, makanya jadi perfect gitu performance-nya.
Saya juga suka liat aksinya di panggung yang tau-tau melakukan goyangan khas dia banget. Bikin
ngakak tapi juga sangat menghibur. Di beberapa lagu, bahkan terlihat sekali
koneksi antara band dengan penonton.
Di lagu Wanted Dead or Alive, dari
awal penonton disuruh nyanyi sampai verse
pertama selesai, dan dia diem aja gitu, sambil mukanya keliatan tersentuh dan
bahagia banget. Di lagu Raise Your Hands,
kami semua juga diminta ngangkat tangan (sambil sedikit di lambai-lambaikan,
khas banget gayanya Bon Jovi). Bahkan di beberapa lagu, refrain bagian terakhir
sengaja dilama-lamain sampai penontonnya pun nyanyinya ngos-ngosan karena sambil
teriak histeris. Dan yang cukup seru, mereka sempat menyanyikan lagu baru dari
album yang dirilis tahun ini, judulnya We
Don’t Run. Bisa dibilang lagu ini pertama kali dimainkan live di Jakarta. Jadi berasa sangat spesial
juga. Dari album yang paling baru, saya sama temen saya emang paling seneng
lagu yang ini, karena terdengar sangat powerful
dan cocok buat menggerakkan massa.
Yang bikin penonton geger jelas single-single yang paling digemari di
sini. Pertama kali stadion pecah adalah waktu mereka nyanyiin You Give Love A Bad Name. Itu pertama
kalinya saya langsung loncat berdiri dan jingkrak-jingkrak. Selanjutnya, jelas It’s My Life. Pas lagu ini, stadion
rasanya bergetar karena koor-nya loud banget. Dan ending-nya, sukaaaaaaaa banget! Mereka nyanyiin Bad Medicine yang juga saya
tunggu-tunggu dari awal. Sebenernya udah ada feeling mereka bakal menutup konser dengan lagu yang menggelegar,
dan sempat menduga Bad Medicine yang bakal dinyanyiin karena It’s My Life udah dinyanyiin.
Dan ternyata benar.. :3 *berasa cenayang* Yang jelas, lagu Bad Medicine jadi lama banget karena di belakangnya mereka tambahin refrain berkali-kali sampe gempor deh nyanyinya. wkwk
Selesai lagu ke-17, panggung gelap dan semua yang nonton langsung serempak teriak “we want more!” ß
kalau konser kayaknya nggak mungkin nggak ada ini. Dan akhirnya, nggak berapa
lama kemudian, Om Jon nongol lagi di layar, dan sudah berganti baju. Yang
tadinya vest atau semacam sleeveless leather jacket warna hitam berubah menjadi
kaos biru dan jaket kulit hitam. Saya sama temen saya langsung salah fokus lagi dan berkali-kali
nyebut nama Gusti Allah saking cakepnya Om Jon ini. Bahkan saya sampe ngunyel-unyel teman saya
karena gemes banget dan si subjek yang sebenarnya tidak berada dalam jangkauan. Saya harus bilang kalau
cakepnya Om Jon ini tidak bisa dijustifikasi lewat foto. Sumpah aslinya beneran
cakep banget. Bahkan dari layar pun keliatan cakep banget. Apalagi kalau liat langsung
coba?
Anyway, mereka langsung mainin Runaway, dan yang tidak terduga, setelah
itu mereka melanjutkan dengan Have A Nice Day.
Di sini saya juga all out.
Jingkrak-jingkrak dan teriak-teriak sejadi-jadinya. Habis itu, kami nebak lagu
apa lagi yang mau dimainin. Saya sempat bilang ke teman saya kalau mereka belum
mainin Livin’ on A Prayer, jadi harusnya
itu. Tapi eh tapi.. Om Jon tau-tau nongol sambil bawa gitar akustik dan mainin
nada slow. Saya bingung ini lagu apa.
Always? Tapi ternyata oh ternyata..
ini Livin’ on A Prayer versi akustik.
Praktis semua yang nonton ikut nyanyi hanya diiringi dengan gitar akustik sampai
saya rasanya merinding. Dan semakin lama versinya semakin keras sampai akhirnya
keluar versi aslinya. Saya jejingkrakan lagi. Dan di ujung lagu ini, suara yang nonton mencapai desibel maksimal yang bisa dibayangkan. Apalagi kan nada lagu ini makin lama makin tinggi. Kelar nyanyi rasanya nafas habis, suara udah serak, tapi happy-nya maksimal juga. Habis itu udah. Selesai. Mereka salaman
satu sama lain dan dadah-dadah. Nggak mungkin ditambahin lagi kalau udah
begini.
Sumpah saya puas! Sukaaaaaaaa banget!
Rasanya ini konser terkeren yang pernah saya tonton. Saya cuma menyesali dua
hal; saya pengen lebih dekat dengan Om Jon (di tribun kejauhan Om, but I’m still not complaining), dan saya juga pengen mereka mbawain
lagu Thank You for Loving Me sama All About Lovin’ You. Yah.. Maybe next time.
Oh. Dan meskipun dari tadi saya banyak
histeris karena Jon Bon Jovi, secara keseluruhan Bon Jovi ini kalau diibaratkan
makanan sangat maknyus. Meskipun nggak ada Om Richie, gitaris penggantinya
(kalau nggak salah namanya Phil X) juga mainnya keren banget. Banyak riff-riff
gitar yang bikin penonton langsung pada jejeritan saking kerennya. Drumming-nya pun mantep pake
banget-banget sampai teman saya sempet heran apa drummer-nya nggak pegel mainnya. Keyboard? Jangan ditanya. Om David mainnya mantep. Pokoknya secara
keseluruhan mereka keren sekali. Dan setelah tadi malam, saya bilang ke diri
sendiri kalau besok-besok ada kesempatan nonton mereka lagi, saya pasti datang.
Okay.
That’s it! Meskipun konser ini bukan konser paling gila yang pernah saya
alami (physically and mentally), tapi
dari semua sisi (konsep dan eksekusinya) ini yang paling amazing. Dan sampai sekarang pun saya masih nggak bisa move on. Playlist saya masih dipenuhi lagu-lagu Bon Jovi. Doa saya cuma
satu; semoga mereka masih akan terus berkarya sampai berpuluh-puluh tahun lagi
dan saya bisa nostalgia lagi dengan mereka.. :D