Setelah beberapa waktu lalu galau menunggu film yang saya nanti-nantikan, akhirnya Jumat tanggal 23 kemarin, saya sukses nonton
The Hunger Games.
Hal yang menarik di sini adalah, saya nggak nyangka bioskop yang paling deket dengan kosan saya, yang notabene bisa dibilang termasuk bioskop kecil dan filmnya selalu telat, sukses menayangkan
The Hunger Games on time, even bebarengan dengan bioskop besar yang lain.
Yes! Serentak di seluruh dunia memang benar adanya. Bahkan yang jadwal rilisnya tanggal 23 pun, di Indonesia jadi tanggal 22.. Yeaaaaayyy~ \(^^,)/
Tanggal 22 malam, saya kebingungan menentukan jadwal nonton film. Jujur saya males sendirian. Nggak asik kan ya, nonton film di bioskop sendirian, nglangut gitu.. Berasa anak ilang. Akhirnya saya sukses membujuk temen sekantor saya untuk ikutan nonton. Meskipun dia nggak tau filmnya, saya mencoba membujuk dengan rayuan bahwa film ini bakal bagus (padahal belum yakin juga), dan akhirnya mau juga lah dia.. :D
Dan karena takut bakal ngantri panjang (parno dengan kondisi bioskop di Jogja yang kalau ngantri tiket berasa kayak ngantri BLT), akhirnya saya putuskan untuk datang dan ngantri lebih awal. Jam setengah 11 kalau menurut waktu bioskop Jogja adalah udah siang. Tapi ternyata, di bioskop yang saya tuju, jam setengah 11 = tutup! Belum buka!!
Dhoeeennnkkk!! Saya langsung masang tampang bete di depan bioskopnya.
Please deh! Ini udah hampir tengah hari,
hellooo...
Dengan penuh kedongkolan, sambil menunggu buka dan menunggu teman saya dateng, saya masuk dulu ke Gramedia. Cari buku buruan saya yang sudah lama pengen dibeli. Waktu dilalui dengan jalan-jalan, wira-wiri sendirian nggak ada juntrungannya, dan pada akhirnya jam setengah 12 bioskopnya buka juga. Dan udah banyak juga yang antri mau beli tiket.
Saya sempet takut nggak dapet tiket.
Theater-nya kan terbilang kecil. Udah gitu antriannya lumayan panjang. Untungnya, hari itu, saya masih terselamatkan dengan film
The Raid yang tayang perdana, dan Negeri 5 Menara (ngomong2, saya belom nonton dua-duanya :p) yang masih banyak diminati, dan untungnya juga (berdasarkan hasil analisis saya), belum banyak orang Indonesia yang tau kalau
The Hunger Games adalah film dari buku yang bagus. Jadinya, waktu saya akhirnya sampai ke counter tiket dan ditanyain sama Mbak-nya mau nonton apa, yang beli tiket
The Hunger Games ternyata baru satu orang. Yes! Bebas milih seat.. huhuhu
Bisa dibilang, acara nonton saat itu adalah pengalaman nonton terniat yang pernah saya lakukan di Jakarta. Sebelumnya, saya selalu nonton pas filmnya udah nggak banyak diminati dan
theaternya sepi banget. Dan kemarin, saya harus rela ngrogoh kocek lebih dalam, mengingat hari itu tanggal merah dan libur *
sigh*. Nggak papa lah, demi Peeta.. -______-
Tentang ceritanya (omong-omong, saya sudah pernah sedikit ng
review di
sini), dari beberapa artikel
review, banyak banget yang bilang film ini bagus.
Even kalau di luar sana,
The Hunger Games udah dapet
critical acclaim. Salah satu faktornya bisa dibilang adalah akting Jennifer Lawrence sebagai Katniss yang saya akui keren banget. Dia bisa menghidupkan sosok Katniss sesuai dengan bayangan saya dari bukunya. Dan faktor ke dua, mungkin karena pengaruh si pengarang yang juga jadi
script writer-nya?? :)
Sempet sih, saya agak ragu sama kebagusannya karena di bagian awal musiknya minim banget.
Backsound-nya nggak banyak, berasa krik-krik! Cuma ternyata dari tengah sampai ending, terutama pas udah masuk bagian
training dan di arena
Games-nya, emosi saya bisa cukup dipermainkan, baik dengan dialognya maupun adegannya yang cukup banyak bikin kaget dan meringis (
hey, it's a battle :D). Josh Hutcherson sebagai Peeta juga nggak mengecewakan saya.
He's too cute. Dan dia berhasil jadi anak cowok yang agak cengeng sekaligus "
Lover Boy" yang terlihat
innocent banget dan pantas dilindungi, tapi cukup melumerkan hati. Terutama pas di scene
interview Peeta dengan Caesar Flickerman yang bener-bener bisa bikin geleng-geleng kepala dan juga bilang, "awww..".
But, tetep aja, meskipun filmnya bagus, ada bagian-bagian yang menurut saya masih bisa diperbaiki. Beberapa detil di buku memang sengaja ditiadakan karena rasanya durasinya udah nggak mungkin ditambah lagi (hampir 2.5 jam lho filmnya). Masih bisa ditolerir lah, mengingat detil yang nggak ada juga nggak terlalu signifikan kalau ditaruh di filmnya. Cuma, saya merasa adegan romantisnya si Peeta sama Katniss masih kurang greget! Terutama dialognya yang terkesan sekenanya dan agak nanggung. Di buku, saya bener-bener bisa kebawa emosi membaca dinamika feeling-nya mereka berdua. Tapi di film kok rasanya agak kurang ya.. :( Rasanya belum cukup memainkan emosi gitu, meskipun udah nyrempet-nyrempet dikit. Bahkan kalau di film, saya jadi lebih suka bagian pas si sekutu kecil Katniss, Rue, mati. Daleeeeemmm banget. Sumpah saya nangis. Setidaknya adegan romantis yang masih kurang greget (menurut saya) itu terbayar dengan action yang keren. Brutal, tapi nggak berlebihan (masih oke lah kalau ditonton remaja tanggung). Bunuh-bunuhannya juga sesuai banget sama penceritaan yang di buku. Dan ini adalah poin plus dari film ini.
Kekurangan lain mungkin terasa karena di buku, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama (Katniss) yang membuat pembacanya bisa merasakan emosi sang tokoh dengan lebih dalem. Dengan sudut pandang orang pertama ini juga, konflik batin Katniss dan anggapannya ke Peeta bisa membuat pembaca merasa bingung motif si Peeta yang sebenernya apa. Bikin gregeten dan menduga-duga. Hal ini tentunya beda dengan film yang penceritaannya lebih
objective dan cenderung membuat rasa penasaran ke Peeta jadi nggak terlalu mencolok. Cuma, kalau di film, kita jadi tahu kondisi di luar Games yang nggak pernah bisa digambarin Katniss di buku. Misalnya, kondisi di distrik-distrik pas mereka lagi nonton Hunger Games pake semacam layar tancep, atau pas si Gale
jealous sama Peeta di adegan '
cave' dan membuat semua penonton di bioskop tertawa geli.. :p
Overall, saya merasa
The Hunger Games pantas dapat
review bagus. Dan saya nggak rela kalau banyak orang masih saja membandingkan film ini sama
Twilight. Animo masyarakat luar sama
Trilogy Hunger Games bisa dibilang sebanding dengan
Twilight. Tapi saya merasa film ini nggak bisa dibandingkan. Dan kesukaan saya dengan Jennifer Lawrence (dari aktingnya, tentu saja) ternyata jauuuuuuuuhhhh banget melampaui 'kesukaan' saya sama Kristen Stewart (
no offense buat para penyuka Kristen,
personal opinion aja). Ditambah lagi,
pace film ini nggak seperti
Twilight yang fokusnya di
romance.
Pace film ini cepet, ceritanya padat, dan tentunya lebih kental aksi. Nggak sia-sia saya duduk di bioskop lama dan membayar uang ekstra (gara-gara libur) karena sepanjang film, fokus saya tetep ke layar.
Dan ternyata saya juga berhasil membujuk temen-temen saya yang nggak tau biar nonton ini.
Yeah! :DDD
FYI, film ke dua katanya rilis November 2013 (lamaaaa... T.T). Tapi harus sabar, dan berdoa film ke dua juga sebagus bukunya,
even bisa lebih bagus dari film pertama. Amin. *
fingers crossed*