Nah, lanjut deh ceritanya ke hari ke-3..
:D
DAY
3
Seperti biasa, kami harus udah check-out jam 9 biar langsung bisa
berangkat. Sarapan di hotel di Pattaya hari ini agak beda karena kami nggak
nemu nasi. Jadinya ya cuma sedapatnya. Tapi saya kenyang juga sih.. Yang agak
bikin bete adalah temen-temen saya yang menganggap bahwa makan tanpa nasi itu
semacam kiamat, nggak bakalan survive.
Agak annoyed sih dengerin mereka
ngomel mulu. Tapi ya saya diemin aja.
Kelar sarapan (which took too long because some people just kept filling in their
plates though they won’t eat anything), kami langsung menuju mobil. Pas di
dalam mobil, si bos pamer foto-foto di pantai yang mengindikasikan bahwa
ternyata sebelum berangkat mereka mampir ke pantai sebentar. Mana foto-fotonya
bagus banget lagi. Saya langsung nuduh si bos curang, dan malah diketawain..
-__-
Sepanjang perjalanan mengarungi Pattaya,
si guide ini banyak banget cerita
tentang daerah ini. Menurutnya, daerah ini merupakan daerah yang banyak
ditinggali sama turis Rusia. Katanya, karena di negara mereka sendiri
bulan-bulan begini udah musim dingin (yang teramat parah kalo di Russia),
akhirnya mereka “migrasi” ke Pattaya. Dan memang sebagian besar turis
didominasi oleh orang Russia. Nilai plus daerah ini buat para turis itu adalah
karena biaya hidup di Pattaya murah. Dan mereka banyak nyari cewek lokal untuk
dijadikan pasangan kawin kontrak. Yah, semacam itulah.. Memang agak horor sih
ceritanya. Dan kesannya jadi negatif banget. Tapi kalau lihat suasana kotanya
memang banyak sekali bar. Apalagi kalo siang hari, kotanya sepi banget;
toko-toko juga pada tutup. Pattaya itu kota malam. Jadi pas udah malem, baru
deh semua orang keluar buat have fun
dan party-party..
Jadwal pagi itu kami diajak ke Gems Jewelry Factory. Katanya, GJF ini
adalah tempat wisata yang sama pemerintah diwajibkan untuk dikunjungi bagi
semua turis. Katakanlah, kalau ada travel
agent atau tour semacamnya yang
bawa turis, mereka harus memasukkan GJF ini ke agenda. Jadi bisa dibilang
memang pemerintah Thailand ikut andil dalam men-support pariwisata di sana.
Nah, sekilas tentang GJF, tempat ini
adalah tempat pembuatan perhiasan. Waktu sampai di sana, kami sempet bingung
karena kami disuruh antri menuju semacam lorong, dan ternyata di lorong itu ada
keretanya. Kata si guide, nanti kami
akan diminta masuk ke semacam wahana kayak di Dufan. Dan bener aja, pas masuk
keretanya, kami dibawa ke lorong-lorong gelap dan ternyata di situ ada banyak
dorama-dorama yang menjelaskan asal muasal dan bagaimana pembuatan batu-batu
untuk perhiasan. Bagusnya, di keretanya, ada terjemahan untuk masing-masing
turis dari berbagai negara. Jadi kami bisa ndengerin penjelasannya lewat bahasa
Indonesia. Di dalam lorong, terus terang agak spooky. Patung-patung dorama yang bergerak-gerak juga kesannya
nyeremin. Tapi cukup fun juga sih,
dan perjalanan juga tidak terlalu panjang. Yang jelas yang bikin cukup menarik
adalah patungnya bisa bergerak karena dikasih tali-tali penggerak supaya bisa
memeragakan proses yang dilakukan dalam penceritaannya.
|
Contoh bebatuan yang selanjutnya akan diproses |
|
Contoh dorama yang ada di sana
(Orang ini ceritanya lagi menyaring bebatuan yang jatuh dari atas setelah disiram air) |
Setelah keluar dari kereta, kami diantar
ke area pembuatan perhiasannya. Di situ, kita bisa lihat proses yang dilakukan
oleh para pekerja di pabrik ini. Ada yang mengasah batu, memotong batunya,
sampai masang ke perhiasannya. Selanjutnya, kami juga diantar untuk
melihat-lihat produk jadi dan yang dijual di sana.
Masuk ke areanya, perhiasan yang
ditunjukkan ke kami adalah perhiasan yang mahal-mahal dengan kisaran harga 50
juta ke atas. Hadehh.. Akhirnya kami cuma mupeng liat cincin-cincin yang biasa
dijadikan properti lamaran di film-film itu dengan berbagai warna batu di
atasnya. Saya naksir banget sama cincin dengan batu berwarna hitam, tapi saya
nggak nanya itu batu apaan. Di area ini, range
harga menjadi acuan utama penempatan produk, jadi kita bisa tahu mana area
mahal mana area yang lebih murah. Oh, dan di sini juga nggak boleh ngambil foto
sama sekali. Padahal saya pengen banget foto-foto perhiasannya. Huhu..
Banyak banget perhiasan yang bisa
ditelusuri di sini. Kami juga diantar ke area yang isinya mutiara. Lumayan
murah sih sebenarnya. Liontin mutiara asli di sana dijual antara 200-600 Baht.
Saya sempat pengen beli satu buat ibu. Tapi tiba-tiba inget ibu saya nggak
terlalu suka pakai kalung. Akhirnya saya cari yang gelang. Dapet sih.. tapi
harganya lebih mahal karena mutiaranya jauh lebih banyak. Akhirnya diurungkan
dan saya cuma beli gantungan kunci berbentuk perangko yang unyu sekali buat
oleh-oleh. Rasanya nggak sanggup beli yang mahal-mahal, mengingat oleh-olehnya
harus didistribusikan secara adil dan merata *tsaaah*.. <- mupeng parah
padahal (T___T)
Oh iya, waktu ngelewatin beberapa
informasi yang dipigura, saya sempat baca bahwa orang yang lahir di bulan Juli
itu batu alami yang pas untuknya adalah Ruby.
Agak kaget juga, soalnya selama ini saya memang lebih tertarik sama rubi
diantara batu yang lain. Entah apakah memang ngefek dan benar.. :p
Dan di sana sepertinya memang banyak yang
bisa bahasa Indonesia. Bahkan salah satu mas-mas yang njelasin produk-produk
perhiasan di sana sepertinya orang Indonesia asli. Bahkan dia sempat “nyetani”
kami dan bertukar joke ketika kami
galau beli apa enggak. Tapi menyenangkan sih.. dan sekali lagi saya yakin bahwa
memang banyak orang Indonesia yang liburan ke Thailand. Jelas banget soalnya
akses bahasanya gampang banget.
Kelar dari GJF, kami langsung menuju ke Nong Nooch Village. Nong Nooch Village ini semacam area resort yang luaaaaaas banget. Mungkin ada sekitar 40 hektar-an, dan
dimiliki oleh orang bernama Nong Nooch.
Katanya, Ibu Nong Nooch ini merupakan orang paling kaya di daerah itu, dan kalo
dilihat dari lahannya, emang sih.. Luas aja pake banget-banget! Dan waktu
perjalanan menuju ke area utamanya, kami ngelewatin pepohonan berkilo-kilometer
jauhnya. Dan di sepanjang jalan, ada pohon-pohon palem yang ditaruh di pot
besar di kanan-kiri jalan. Kata si guide
itu pohonnya dijual. Semakin gedhe
dan semakin berbunga semakin mahal. Tapi bingung juga sih bawanya gimana itu
pohonnya, orang jarak main road sama
areanya aja jauhnya minta ampun. Tapi saya menemukan bahwa ternyata para bule
banyak yang memilih jalan kaki menuju ke sana. Geez.. (O_O)
Sampai di sana, kami langsung ke tempat
pertunjukan. Jadi, jadwal kami hari itu adalah nonton pertunjukan budaya yang
ada semacam thai boxing-nya juga, dan
setelah itu nonton elephant show. Pas
cari posisi buat pertunjukan seni-nya, kami dihadapkan pada panggung yang cukup
besar, dan di depan panggungnya ini sudah di set kursi-kursi buat duduk. Tapi
setengah area duduk dari depan cuma pake busa aja yang ditaruh di bawah, di
anak tangga. Jadi kesannya duduknya ngedeprok gitu. Baru di belakangnya ada
kursi. Saya duduk di kursi bareng rombongan. Dan sumpah, ramenya… Bahkan banyak
banget anak-anak kecil (mungkin anak-anak TK) yang berwisata ke sana hari itu.
|
Depan kami isinya anak kecil semua |
|
Pertunjukan thai boxing yang dipertontonkan |
Pertunjukannya sih cukup menarik saya
bilang. Banyak tarian dari Thailand, dan bahkan saya juga lihat ada tarian
Melayu juga. Sempat ada intermezzo
pertandingan thai boxing juga, tapi
lebih ke parodi sih, karena ada beberapa orang yang pura-pura jatuh dan semua
orang ketawa. Dan di akhir, ada juga pertunjukan yang pake dua gajah gedhe banget dan pura-puranya dua orang
yang menunggangi gajah-gajah itu lagi bertempur trus salah satu kalah.
Setelah pertunjukan seninya selesai,
orang-orang langsung pada berbondong-bondong ke belakang untuk lihat Elephant Show. Saya sama salah satu
teman saya kebawa arus dan akhirnya meninggalkan rombongan lain. Tapi sampai
lokasi sudah penuh ternyata. Akhirnya kami berdua duduk “ndeprok” di depan sendiri dan bener-bener di pinggir jalan. Tapi
cukup dapet view bagus sih, terutama
kalau gajahnya lagi minggir.
Pertunjukannya mungkin mirip-mirip sama
pertunjukan gajah pada umumnya (bahkan bos saya bilang lebih bagus yang di
Taman Safari). Intinya, gajahnya pinter lah. Main dart, ngelukis, main hula-hup, dan juga ada gajah yang main sepeda.
Tapi saya jatuh cinta sama salah satu anak gajah yang hiperaktif banget. Ini
anak gajah mungkin salah makan, soalnya dia sangat bersemangat dan ngelempar
hulahup-nya pun lebay banget. Dia juga banyak disorakin sama pengunjung saking
enerjiknya. Udah gitu kan penonton boleh ngasih makan, nah.. si anak gajah ini
kalo dikasih makan nggak mau berhenti. Mana ekspresinya juga seneng banget,
lucuuuuu.. pengen saya peluk deh! X)
Oh iya, di akhir pertunjukan, kita boleh
foto sama gajah (dikasih tiga pose, termasuk diangkat sama gajahnya). Tapi
harus bayar 100 Baht. Saya candid
fotonya si anak gajah aja deh, yang gratis.. :p
|
Anak gajah yang hiperaktif |
|
Anak gajah yang ini juga lucu, tapi lebih anteng |
|
Gajah-gajah yang dipakai di pertunjukan |
Akhirnya di jam makan siang, kami diajak
makan di deket situ. Ternyata orang-orang Indonesia ngumpul makan siangnya juga
di situ. Saya jujur udah setengah nyawa banget. Kaki udah pegel, mata berat,
super ngantuk. Jadi pas makan juga sekenanya nggak niat-niat amat. Tapi lumayan
enak sih makanannya. Meskipun toilet lumayan susah dan jarang yang ada air
bersihnya.
Setelah makan, kami foto-foto sebentar
sambil menuju ke mobil. Bahkan sempet sama si bos kami disuruh naik-naik batu
gede di taman biar fotonya bagus.
Pas udah di mobil rasanya pengen tepar.
Si guide bilang tujuan kami
selanjutnya adalah dried food market,
sambil kami juga jalan kembali ke Bangkok. Akhirnya saya bisa tidur juga,
meskipun di sepanjang perjalanan, saya berkali-kali kebangun karena nyupirnya “smooth” banget. Terlalu “smooth”.. -__-
Sampai di dried food market, saya bingung mau beli apa. Masalahnya koper saya
udah benar-benar terbatas space-nya
(mengingat koper saya juga kecil), plus dia juga nggak bisa ditarik lagi, harus
dijinjing (mungkin dia memang sudah lelah). Akhirnya dengan mata 5 watt, saya cuma jalan muter-muter
nyobain sample makanan. Dan di sini
juga banyak yang bisa bahasa Indonesia. Bahkan mas-mas yang pegang halo-halo,
nawarin barangnya juga dalam bahasa Indonesia. Produknya sendiri mirip sama
produk kita, terutama keripik-keripik buah yang banyak kita temu di Jawa Timur.
Dan akhirnya, cuma buat sah-sah-an aja, saya beli teh instan buat ibu kos. Tapi
pas bayar kenapa harganya nggak sesuai sama tulisan yang di kartonny? >_<
*nggak santai*
Dan akhirnya mobil berjalan lagi menuju
Bangkok. Tujuan terakhir kami hari ini adalah MBK. MBK ini semacam pusat
perbelanjaan, kayak mall begitu lah..
Mungkin di Jakarta mirip sama ITC Kuningan. Barang-barang di sana kata teman
saya cenderung murah dan memang banyak jadi tujuan para turis buat berbelanja.
Yang bikin saya lebih excited lagi,
pada akhirnya saya janjian dengan teman saya di MBK untuk ketemuan. Sebenarnya
awalnya dia pengen nyamperin saya ke hotel. Tapi jarak tempat kerjanya (yang
deket dengan MBK) dan hotel saya lumayan jauh, mana dari stasiun kereta juga
jaraknya lumayan. Akhirnya, setelah tahu kalau saya mau nyambangin MBK, dia
dengan senangnya meminta saya menunggu dia di sana. Sempat agak ragu karena dia
ternyata jadwal pulangnya jam setengah 7, dimana saya jam segitu udah harus
kumpul lagi buat makan malam dan balik ke hotel. Dan setelah kompromi, teman
saya berusaha untuk diam-diam skip
kerjaan (*oops*) dan langsung nyamperin saya sekitar jam setengah 6.
Sambil nunggu dia, saya cari-cari
oleh-oleh buat dua krucil (aka
ponakan) di rumah. Banyak sih baju yang murah-murah, tapi banyak juga model
yang saya senengin dan ternyata harganya mahal. Tapi pada akhirnya saya bisa
dapat yang saya pengen buat dua krucil itu, plus
magnet kulkas buat mainan si krucil yang gedhe. Dan sekali lagi terbukti bahwa
di MBK ini banyaaaaak banget penjual yang bisa bahasa Indonesia. Ada yang
lancar banget, tapi ada juga yang cuma sepatah-dua patah kata dan tetap harus
dibantu kalkulator pas nawarin harga. Tapi setiap lewat lapak orang, kami
sering banget disapa pake bahasa Indonesia.
Bisa dibilang waktu di MBK saya nggak
bisa tenang. Karena cara satu-satunya menghubungi teman saya itu ya pake sms.
Sedangkan roaming mengharuskan saya
kena tarif per sms sekitar 8000-an rupiah. Saya sih udah siapin pulsa agak
banyak di hape, tapi tetep aja, pasti cepet habis. Dan akhirnya setelah
beberapa kali sms-an sama dia, saya bisa ketemu juga.
Tepat setelah saya selesai cari-cari
baju, saya dapat sms kalo temen saya ini udah nunggu di dekat information center di lantai 6. Akhirnya
saya tanya sama penjual terdekat information
center-nya dimana. Pas udah ditunjukin, saya langsung ngacir ke sana. Hal
ini juga mengingat jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, which is waktu kami ngobrol cuma sekitar setengah jam.
Pas saya lihat dia dan dia lihat saya,
kami langsung berpelukan kayak Teletubbies.
I know, cheesy banget! XD Dan di
tengah-tengah mall pula (jadi banyak
diliatin orang). Tapi saya sih udah nggak peduli, habis rasanya ketemu teman
dunia maya itu memang susah dideskripsikan, antara nggak percaya bahwa orangnya
beneran ada dan akhirnya setelah menunggu sekian lama bisa ketemu juga.
Pas saya bilang sama Natt (temen saya
ini) kalo waktu ketemuan cuma setengah jam, dia mulai bingung mau kemana. Kalo makan,
nggak mungkin. Mau jalan-jalan juga bingung kemana. Akhirnya dia nanya sama
saya mau nggak saya diajak muter-muter. Saya iyain aja lah, karena saya juga
nggak ngerti arah di sini. Tapi saya pastikan dulu kalo jam setengah 7 saya
udah harus nyampe di salah satu entrance
yang namanya Tokyu Door (dia sempet
nggak ngerti Tokyu Door itu dimana,
tapi setelah saya jelasin deskripsinya dan saat ini itu ada event boxing, dia langsung ngerti). Dan jadilah, saya dibawa muter-muter
jembatan skytrain sama dia.
Jadi, di Thailand ini ternyata ada kereta
yang lintasannya di atas, sebutannya skytrain
atau BTS; beda dari MRT yang sistemnya underground.
Makanya ada jembatan-jembatan (semacam jembatan penyebrangan) yang
menghubungkan tempat-tempat di sekitar situ (mostly malls dan gedung tinggi
kalo saya lihat) menuju ke stasiun skytrain-nya.
Tapi saya sama Natt cuma memutuskan untuk jalan-jalan di bridge-nya aja, jadi nggak naik keretanya. Sekali lagi, karena
nggak ada waktu. Dia bilang waktu itu mau nunjukin mall lain ke saya karena menurutnya MBK ini sebenarnya biasa aja
(dan memang iya). Saya juga bilang di Jakarta mall beginian juga banyak. Pas kami masuk ke mall lain (saya nggak tau mall apaan, tapi memang lebih mewah –
mungkin siam paragon atau sodaranya),
saya langsung diajak ke toko asesoris yang menjual barang-barang lucu. Seleranya
dia memang barang-barang lucu begitu, dan pas saya liat banyak banget toy-capsule dari Jepang yang sistemnya
pake koin gitu. Tapi saya sih cuma liat-liat aja. Dalam perjalanan keluar dari
MBK ke salah satu bridge skytrain-nya,
kami sempet-sempetnya nyasar. Ternyata temen saya ini juga sering nyasar di mall kayak saya.. lol
Kami cerita banyak, mulai dari hal-hal
yang menyatukan interest kami berdua
(termasuk fangirling-an), dan bahkan
saya juga curhat kerjaan sama dia. Dia sempet ngasih saya oleh-oleh kripik
duren sama kripik pisang dan pas banget, karena saya nggak beli keripik sama
sekali.. :p
Pas udah jam setengah 7-an, akhirnya kami
turun ke meeting point yang ditentukan
sebelumnya. Kami mau foto-foto dong ya.. kan sayang kalo udah ketemuan dan
nggak ada bukti foto yang membenarkan kalo kami udah kopdar-an di Bangkok. Tapi
pas sampe sana ternyata temen-temen saya belum balik juga. Kami nyoba selfie tapi ternyata gelap, sedangkan
saya bingung mau minta tolong siapa buat moto-in. Tapi setelah agak lama
ditunggu, temen-temen saya muncul juga. Saya kenalin deh Natt ke mereka, dan
saya minta salah seorang temen saya buat motoin. Hasilnya yah.. begitulah.
Masih kurang puas sebenernya, tapi kami udah harus balik lagi. Akhirnya Natt
nganter saya ke mobil dan kami udah kayak orang pacaran karena gandengaaaaan
melulu.. XD (nggak sadar sebenernya gandengannya)
Sampai mobil saya digodain sama si bos
yang bilang kami ini kayak anak TK soalnya gandengan melulu.. *facepalm* Yah, semoga next time bisa ketemu lagi di tempat
lain dan lebih lama.
|
Me and Natt |
Buat makan malam, kami dibawa sama guide ke tempat makan all-you-can-eat lainnya, tapi yang ini
menunya lebih lengkap. Ada makanan Indonesia, Jepang, Itali, macem-macem lah
pokoknya. Saya juga icip-icip banyak, termasuk makan sushi. See, saya baru
sekali ini nyobain makan sushi.
Sebelumnya kalo pengen selalu males beli soalnya mahal, dan saya kan belum tahu
saya bakalan suka apa enggak. Tapi ternyata pas nyobain saya suka.. :a Dan saya
juga sempet-sempetnya ngambil pizza
sama bakpau yang super enak dan isinya labu. Padahal saya udah makan banyak
juga.. Goodbye, diet! Makan saya sama
sekali nggak dijaga di sana.. *cries a
river*
Setelah makan malam, kami balik ke hotel
yang kami inapi di hari pertama. Lega karena pas masuk lobby saya udah bisa wi-fi-an
lagi. Dan ternyata saya dapat kamar yang dekat sama lift di lantai tiga, beda dari dua hari sebelumnya yang kamarnya masih
jauh ke belakang. And guess what?
Ternyata di kamar saya masih ada bocoran wi-fi
dari lobby! X) Seneng dong, saya.. Soalnya kan sebelum ini udah pasrah aja
hidup tanpa wi-fi selama di sini.
Tapi ternyata malah bisa wi-fi-an
sedangkan teman yang lain nggak bisa pada ngenet sama sekali.. *grin*
Sebenarnya agak miris rasanya ketergantungan sama wi-fi, tapi mengingat opsi
komunikasi di sana cuma itu, ya gimana lagi.. (.__. )
Dan malam itu saya tepar karena
kecapekan.
DAY 4
Hari ke-empat adalah hari bebas, jadi
tidak ada jadwal dari dari travel
yang harus kita ikutin. Tapi dari hari sebelumnya si bos sempat wanti-wanti
kalau mereka mau bikin acara buat kita. Belum tahu sih pilihannya mau ke mana,
tapi pada dasarnya kami lebih bisa bangun siang dibandingkan hari-hari
sebelumnya. Dan sesuai dugaan, saya bangun siangan dikit dari hari sebelumnya,
dan teman sekamar saya udah siap aja gitu. Udah mandi dan udah dandan. Saya
merasa dikhianati karena nggak dibangunin. Setelah siap-siap, langsung menuju
ke bawah. Nah, karena udah siang, menu sarapannya juga tidak sebanyak kalo kami
bangun pagi. Tapi setidaknya makanannya tetep enak dan kami kenyang lah ya..
Pas sarapan juga si bos bilang kalo kami
harus check-out jam 10, dan
selanjutnya mau diajak jalan-jalan ke Art
in Paradise. Semacam galeri 3D interaktif gitu lah. Setelah sarapan, saya
dan teman saya balik ke kamar dan saking capeknya, saya sempet-sempetnya
ketiduran. Baru bangun setelah teman di kamar lain ketuk-ketuk pintu minta kita
turun buat check-out.. *facepalm*
Nah, sebenarnya di hari terakhir ini kami
nggak dikasih fasilitas apapun sama travel-nya.
Tapi si bos kayaknya minta supaya tetap disediain driver dan mobil dengan charge
tambahan di luar paket karena kami nggak tau jalan dan si bos satunya lagi juga
males naik MRT. Akhirnya salah seorang driver
(yang kali ini tidak bisa berbahasa Indonesia) mengantarkan kami ke tempat
tujuan. Art in Paradise ini letaknya
di semacam mall, tapi saya nggak
lihat tulisan gedungnya apaan. Yang jelas tempatnya di lantai 4 gedung itu, dan
belum buka. Jadi, pas kami sampai, kami sambil lihat-lihat apa aja isinya di
dalam. Saya sempet mupeng soalnya saya lihat iklan film Mockingjay dan hari itu pas tanggal 19. Pengen nontooooon.. (btw,
Mockingjay super keren!!!) Dan saya juga lihat poster Peeta gedhe banget. Oh,
iya, sama di lantai atas, di balkonnya, juga dipasang poster film Saint Laurent yang dibintangi Gaspard
Ulliel. Mas Gaspard-nya terlalu cakep.. *sesenggukan*
Anw,
pas jalan mau ke lantai atas, sempat saya lihat salah satu toko yang masih baru
diberesin, dan di depan toko ada satu Teddy
Bear hampir segedhe badan. Nah, karena saya suka banget sama boneka Teddy
Bear, apalagi yang fluffy-fluffy gitu,
saya dari jauh udah nyeletuk “Teddyyy~”, sambil mengulurkan tangan pengen
megang. Saya nggak sadar kalo ada mbak-mbak di depan tokonya yang ngeliatin
saya dengan pandangan sinis dan bilang “no
touch!”. Tapi saya nggak menggubris dan tetep megang tu Teddy yang sangat fluffly. Habis itu saya langsung kabur, takut dimarahin sama
mbaknya. Dan temen saya di sebelah langsung ngakak.
Pas nyampe di depan Art in Paradise, ternyata kami pengunjung pertama. Jadi kami masih
mondar-mandir aja di depan pintunya sambil foto-foto dan nunggu si bos beli
tiket. Nah, ternyata pas kami masuk, si petugasnya bilang kalo hari itu sedang
ada promo. Jadi semua pengunjung dikasih satu foto gratis berpasangan (semacam
foto trik ilusi gitu), dan gayanya bisa milih dari gaya-gaya yang ada dan
ditempel di dinding. Saya sama temen saya milih gaya yang paling simpel, karena
dia males ribet-ribet dan nggak mau dikasih gaya yang agak ekstrim.
|
Pintu masuk Art in Paradise |
Masuk ke kawasan lukisannya, ternyata
kami disuruh lepas sepatu, jadi saya juga cuma pake kaos kaki (lebih karena
males aja pake lagi kaos kaki-nya pas kelar nanti). Nah, masuk-masuk, langsung
deh kami disuguhi pemandangan lukisan realis 3D yang masing-masing bisa kami
masukin buat pose. Intinya, buat foto di sini, kami harus kreatif karena
posenya harus disesuaikan dengan tema yang ada. Nggak bisa cuma berdiri mejeng
trus difoto <- mati gaya nanti.
Sebenarnya saya termasuk orang yang nggak
terlalu suka difoto. Dari dulu kayaknya. Jadi pas masuk sini, meskipun excited, saya juga nggak sebegitu
antusiasnya minta difoto di semua lukisan. Bahkan kebanyakan saya fungsinya
jadi juru foto dan pengarah gaya.. (-__-“) Tapi tak apa lah, seenggaknya saya
masih punya kenang-kenangan gambar di beberapa lukisan yang cukup oke. Dan
favorit saya.. lukisan kucing super besar ini. He’s just too cute.. <3
|
Ini kucingnya pengen saya peluk beneran deh.. |
Kami stay
dan foto-foto di AiP selama hampir 3 jam. Kelar dari sana, badan rasanya pegel
semua. Karena ternyata ngambil foto di sana juga nahan posenya bikin pegel. Setelah
selesai, si bos ngeliat kami dehidrasi dan memutuskan untuk beli minum di café-nya. Tapi ternyata service-nya lama banget, dan mbaknya
juga nggak bisa bahasa Inggris sampai-sampai dia manggil salah satu petugas
lainnya yang lebih ngerti bahasa Inggris buat ngomong ke kita.
|
Salah satu hasil foto favorit saya |
Kelar dari Art in Paradise, kami langsung ke MBK (lagi). Tujuan utama si bos
adalah supaya yang kemarin belum puas belanja bisa cari barang belanjaan lagi.
Dan kami juga mau cari makan di sana. Awalnya sih niatnya mau makan McD, tapi si bos malah ngajak kita ke food court-nya. Sistem di food court ini, kita beli makannya pake
kartu. Dan masing-masing kartu kisa isi voucher berapa baht, kayak kalo beli
pulsa lah ya.. Nah, kami disuruh cari makanan yang kami senengin sama si bos.
Tapi ternyata.. pas masuk.. ugh! Banyak banget yang daging babi! Bahkan waktu
kami lewat counter makanan pun bau
daging babi-nya menusuk banget, dan sumpah nggak enak. Saya ampe rasanya pengen
buru-buru menjauh dari konter-konter itu. Dan karena pusing, kami cari makanan
yang ada label halal-nya, sampe nanya ke yang masak ini halal apa enggak.
Akhirnya kami semua malah makan nasi semacam nasi gurih (yang buat kenduri di
desa-desa itu..) sama ayam yang udah direbus dan dikasih bumbu gurih plus ayam goring
krispi. Enak sih, dan jujur saya kangen makanan dengan cita rasa begitu. Udah
lama nggak makan.
Setelah dari food court, saya dan
salah satu teman saya langsung keluar cari baju, yang rencananya mau saya kasih
ke bapak. Tapi malah di pintu keluar saya nemu orang yang jualan perhiasan.
Katanya sih perak (meskipun saya agak ragu keasliannya karena harganya termasuk
murah). Macem-macem sih jenisnya.. Ada kalung,
gelang, bros, dll. Dan karena sebelumnya saya nggak jadi beliin ibu gelang
mutiara yang di Gems Jewel Factory,
akhirnya saya beliin kalung satu buat ibu. Wkwk..
Dan setelah dapat kaos pun saya
memutuskan untuk cari tempat duduk di food
court, karena kaki saya rasanya udah minta ampun pegelnya. Jalan pun udah
nggak sanggup, dan tiap kali turun tangga bawaannya meringis. Huhu.. *elus2
kaki*
Jam 5 sore, kami langsung menuju mobil
karena sudah jadwalnya menuju ke bandara buat pulang. Sampai bandara, ternyata ngantri
check-in-nya super panjang. Tapi kami
sempet lihat satu mas-mas cakep dengan
gaya nerdy gitu, lagi serius banget
mantengin hape-nya dan ngantri di belakang kami. Buat hiburan, kami mantengin
aja masnya biar nggak bosen.. XD
Tapi sempat ada balada si bos kehilangan iPhone-nya. Dan setelah dilacak, ternyata
iPhone-nya ketinggalan di MBK,
tepatnya di Coffee Bean. Akhirnya si
bos jadi senewen. Kami juga agak menjaga jarak deh, takut diomelin. Untungnya tour guide kami bisa dihubungin dan
dimintain tolong untuk nyimpenin dulu.
Sempat makan dulu di bandara karena
ternyata semuanya udah laper lagi. Dan sambil menunggu boarding, kami sempet observe ternyata orang Indonesianya
banyak banget. Dan pas di pesawat untungnya saya bisa tidur meskipun cuma
bentar. Sampai di Jakarta udah jam setengah 1. Cari taksinya nggak terlalu lama
karena antrian juga nggak begitu panjang, dan akhirnya saya sampe kosan sekitar
jam 2-an pagi. Langsung tepar. Besoknya, sudah bisa diduga saya kesiangan dan
semuanya telat masuk kantor.
***
Overall,
trip ke Thailand-nya cukup menyenangkan buat saya. Seenggaknya dari sini saya
sudah pernah jalan-jalan ke luar, dan rencana taun depan liburan sama temen pun
lebih bisa direncanakan dengan matang karena step-step-nya saya udah familiar. Tapi ya itu.. rasanya jadi pengen
ke tempat-tempat lain yang sekiranya lebih seru. Melihat budaya lain memang menarik. Saya juga banyak menyadari
bahwa culture Indonesia dan Thailand
secara umum tidak jauh berbeda, karena wilayahnya juga dekat dan iklimnya juga
sedikit-banyak mirip. Tapi bahasanya memang susah sih.. saya yang diajarin
beberapa kata aja kadang inget kadang enggak. Yang jelas, target selanjutnya
adalah tempat-tempat yang sudah menjadi impian saya beberapa tahun terakhir
untuk dikunjungi.