Saturday, March 5, 2011

Pertama Kalinya Ujian Skripsi (Chapter 2)

Oke. Lanjut ceritanya ke chapter 2

So, setelah dosen pembimbing saya masuk dengan muka yang agak horor (salah satu supporter -temen saya- mengakui kalau pertama kali liat beliau auranya memang cukup menyeramkan), beliau keluar lagi dengan langkah pasti. Hmmm.. Jangan-jangan sebel gara-gara dosen pengujinya telat semua? Maklum, DPS saya memang terkenal on-time.
Nggak lama kemudian, dosen penguji 1 (atau dosen B) datang. Bertanya kemana dosen A. Setelah saya jelaskan, beliau duduk sambil menunggu. Suasana ruangan jadi agak krik-krik. Beberapa menit kemudian, dosen C  datang dengan pertanyaan standar yang sama, kemana DPS saya. Setelah menjelaskan, dosen C duduk, ngobrol dan bersenda gurau dengan dosen B (bahkan sempat tukeran kursi segala. what the..??). Saya sih cuma bisa berdoa dalam hati, menyadari bahwa waktu saya tinggal sedikit lagi.
Mungkin kelamaan nunggu, dosen C tanya ke saya, kok dosen A nggak balik-balik? Akhirnya beliau mengajukan diri untuk nyari dosen A. Eh, pas dosen C keluar, dosen A masuk (aneh banget). Baru beberapa saat lagi dosen C muncul. Ini yang sama orang Jawa dinamakan 'tlisiban'. Dan setelah tiga-tiganya ngumpul, pembataian dimulai...

Oke. Jadi, yang pertama saya lakukan adalah presentasi. Pas diminta presentasi, jujur saya masih merasa nervous setengah mati. Entah kenapa, hal yang paling saya benci dari kuliah adalah presentasi. Tapi melihat bahwa saya nggak diperhatiin oleh ketiga dosen itu, saya jadi lebih santai. Setelah mempercepat kecepatan ngomong (karena waktu dibatasi 20 menit), dan mengakhiri presentasi dengan ngos-ngosan, saya dipersilahkan duduk. Oke. waktu itu saya berpikir, it isn't so bad (karena dosen pembimbing saya senyum dan menyuruh saya minum). Meskipun setelah itu saya melakukan hal yang bodoh dan membuat ketawa, saya bersyukur ajah. Setidaknya es-nya udah pecah. :p

Actually, kalau disuruh cerita detil prosesnya gimana, saya sudah lupa-lupa ingat. Soalnya kan emang fokus saya pas itu lebih kepada bagaimana menjawab pertanyaan tajam yang diajukan para dosen itu, jadi malah nggak ingat seluk-beluknya. Tapi intinya, saya cukup dibabat. Yang jelas, judul saya yang panjang banget itu dipermasalahkan. Jalan keluarnya, ditambahin jadi lebih panjang *sigh*. Lanjut, permasalahan saya dipertanyakan. Plus rumusan hipotesisnya.. T-T
Dan yang jelas, metode penelitian saya dibabat abis, secara dua dosen penguji adalah expert statistik. Tapi untungnya, saya bisa ngeles. Setidaknya konsep metode saya sudah bener. Cuma kurang ngeh aja.. ha! (bingung mesti)
Oh, iya. Kesimpulan dan Saran saya juga dikomentari. Pokoknya intinya adalah salah. huhuhuhu
Pada dasarnya, yang parah dari skripsi saya adalah tata tulis. Yang istilahnya nggak ajeg lah.. pemakaian kata hubung lah.. bahasa yang masih ambigu.. dan seterusnya. Cuma, yang cukup mengagetkan saya adalah ketika dosen penguji 2 atau dosen C meminta saya untuk mengganti analisis. I thought, "okay. I am so dead". FYI, sebelum ujian skripsi saya sendiri, saya menyempatkan untuk liat ujian temen saya yang dapat dosen yang sama di hari sebelumnya. Parahnya, temen saya itu juga disuruh ganti analisis. Waktu itu saya cuma mbatin, jangan sampe aku disuruh ganti analisis, eh.. ternyata malah kejadian beneran *sigh*. Nasib... Dan akhirnya, mau nggak mau saya mesti coba pake analisis baru dengan resiko:
  1. Hasilnya beda
  2. Kalau hasilnya beda, ganti pembahasan
  3. Diskusinya juga ganti
I mean, seriously. I really don't need this.
Satu-satunya yang membuat saya cukup bernafas lega adalah ketika DPS saya meminta supaya saya nggak ganti analisis. Secara terang-terangan, DPS mengasihani saya (yes!) dan menyarankan kepada dosen C untuk tetap memakai analisis semula. Tapi apa mau dikata, sang profesor yang satu lagi tetep keukeuh minta saya ganti. Jadi ya.. keluar dari ujian (dengan adanya perdebatan seru antardosen 'ganti analisis atau enggak', saya malah nggak tau jadinya ganti apa nggak. Meskipun saya disuruh maen-maen (yeah, can u believe that? maen-maen?) pake analisis yang diminta.

Overall, semuanya berjalan lancar. Meskipun saya merasa telah melakukan beberapa hal bodoh yang membuat dosen-dosen itu berdecak heran (saking anehnya mungkin), even worse, diketawain, setidaknya saya sudah merasa lega. Waktu dipanggil lagi untuk mbahas revisian, saya sempat shock karena ditawarin untuk sidang ulang. Tapi saya menolak, meskipun pas ditanya kenapa saya cuma bisa senyum-senyum GeJe. Siapa yang mau coba?? Tapi yang melegakan adalah, ketika dosen pembimbing saya tersenyum dan menyatakan kalau saya lulus, yeah! That was the best part. Sayangnya waktu itu nggak bisa langsung tau nilainya berapa (Hey, boleh aja kan kalau penasaran?? :pppp)
Menatap revisian yang diberikan, saya cukup lemes, merasa banyak. Tapi ternyata enggak juga. Apalagi pada akhirnya saya tetep pakai analisis lama (Well, that's another long story). Dan sekarang, semuanya sudah selesai pada akhirnya.

Waktu itu dalam hati, saya cuma berkata, "Congratulation. You are now a jobseeker."
Dan seperti kata teman baik saya beberapa hari yang lalu, "Selamat! Anda resmi berkubang dalam zona jobseeker!"

Oh, life.. Just another dilemma..

No comments:

Post a Comment